Tuesday, April 25, 2017

Ketika bid'ah mengikis amalan Sunnahnya, hisab kelak dimulai dari rumah kita.


Ketika melintas di Jl.Balam Pekanbaru, didepan sd ada seorang jamaah traveling yang hidup diemper trotoar, dengan berbekal seadanya ia menetap diatas trotoar, kebutuhan hidupnya ditopang dengan berjualan snack kepada anak sd didekat dia menetap, dia menganggap dirinya musafir yang zuhud, subhanaallah, setau saya bukan seperti ini pemahaman zuhud yang benar sesuai syariat, karena yang dimaksud zuhud adalah memilih sederhana meskipun punya kemampuan bergaya hidup mewah, bukan memiskinkan diri, atau berusaha menjadi gelandangan, ini zuhud yang salah, subhanaallah. Juga saya memikirkan anggota keluarga yang ditinggalkan, apakah mereka rela kerabatnya menjadi gelandangan? Apakah keluarganya tidak malu? Apakah anggota keluarga dia membenarkan cara hidup seperti ini?, semua diawali dari syubhat amalan yang dikira berdakwah sesuai Sunnah, padahal jauh dari sunnahnya, karena dakwah yang utama adalah mendakwahi keluarganya, subhanaallah.
Beberapa hari yang lalu juga sempat diundang kesebuah rumah yang tuan rumahnya juga mengikuti jamaah traveling, dr bapaknya sampai anaknya aktif traveling kebanyak tempat, dan itu diceritakan dengan bangga kepada saya, namun lihat keadaan keluarga itu jadi miris, seperti nya kehidupan mereka jauh dari cukup, maklum mereka jarang bekerja, waktu mereka banyak dihabiskan untuk traveling sehingga keadaan keluarga mereka kurang perhatian terutama dari sisi nafkah, subhanaallah, sungguh menyedihkan.
Padahal Islam dr kata dasarnya adalah menyelamatkan, menyelamatkan umat manusia dari kerusakan dan keterpurukan dunia dan akhirat, maka kalau diamalkan malah merusak dan bikin makin terpuruk tentu datangnya bukan dari pemahaman Islam yang benar, waallahua'lam.
Dua kasus diatas menunjukkan bahwa amalan yang datangnya d bukan dari Allah dan RasulNya justru malah merusak kehidupan manusia, waallahua'lam.
Ketika membahas Surat At tahrim 6 Ustadz Maududi Abdullah menjelaskan, " ayat ini adalah perintah Allah Azza Wajalla agar kita menjaga keluarga kita untuk selalu selalu beramal ibadah dan selalu diatas jalan yang diridhoi oleh Allah Azza Wajalla, juga perintah Allah Azza Wajalla agar menjaga keluarga kita dari bermaksiat kepada Allah. Dan ayat ini juga menegaskan bahwa kelak hisab dimulai dari diri sendiri kemudian keluarga, maka ada sekelompok orang berdakwah jauh dari rumah berlawanan dengan makna pada ayat ini, kenapa mereka menyelamatkan orang yang jauh dari rumah padahal kelak hisab dimulai dari rumah?, dan tidak ada jaminan sama sekali bahwa keluarga kita kelak selamat dari azab neraka, waallahua'lam ".
Marilah kita perhatian perintah Allâh Yang Maha Kuasa berikut ini :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
[at-Tahrîm/66:6]
‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku” [HR. At Tirmidzi no: 3895 dan Ibnu Majah no: 1977 dari sahabat Ibnu ‘Abbas. Dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no: 285].
Hadits di atas, hadits yang sangat mulia. Sebuah hadits yang menunjukkan agar manusia bersikap mulia dan berlaku jujur. Begitu pula bagi seorang suami khususnya, karena ia sebagai pemimpin dan bertanggung jawab kepada keluarga. Maka menjadi keharusan, agar kita mencerna tingkat urgensinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت) متفق عليه
“Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin.” (Muttafaqun alaih)
referensi "RUMAH, MEMBONGKAR RAHASIA LELAKI"
Oleh
Syaikh Abdul Malik Ramadhani Hafizhahullah
di web almanhaj.or.id.co

No comments:

Post a Comment