Friday, June 29, 2018

Ustadz, bagaimana caranya memakmurkan masjid?



Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian beberapa waktu yang lalu di sebuah daerah di Bukittinggi, seorang jamaah yang sekaligus pengurus sebuah masjid di Bukittinggi bertanya kepada Ustadz Maududi Abdullah tentang bagaimana cara memakmurkan masjid, dia mengeluh karena masjid yang dikelolanya sepi dari jamaah, lalu Ustadz Maududi Abdullah menjawab salah satu cara agar sebuah masjid menjadi makmur, ramai dengan jamaah dan banyak kegiatan didalamnya yakni dengan membuat halaqah-halaqah Al-Qur’an, dan beliau menyampaikan keadan masjid-masjid berbasis Sunnah di Pekanbaru yang selalu ramai oleh jamaah karena ada kegiatan halaqah Al-Qur’an didalamnya, seperti misal Masjid Mahad Abu Darda Panam Pekanbaru, setiap harinya selalu ramai oleh kegiatan jamaah halaqah Al-Qur’an, tidak kurang 1200 orang jamaah hadir setiap harinya untuk belajar bacaan Al-Qur’an. Dengan demikian masjid tersebut tentu menjadi makmur dengan kegiatan amal ibadah.
Mendengar jawaban ustadz dan kabar ada 1200 orang selalu memenuhi sebuah masjid setiap hari di Kota Pekanbaru bikin orang itu kagum dan sekaligus mendapatkan pelajaran penting bagaimana cara memakmurkan masjid, hal itu tentu menginpirasi dia untuk mencoba membuat halaqah Al-Qur’an di masjid yang dikelolanya, dan berharap dengan demikian masjidnya menjadi makmur.
Semoga tulisan ini menginpirasi siapa saja yang membacanya, Aamiin.
Allah Ta’ala berfirman:
{مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ. إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ}
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah Ta’ala)” (QS At-Taubah: 18).
Ayat yang mulia ini menunjukkan besarnya keutamaan memakmurkan masjid yang didirikan karena Allah Ta’ala, dalam semua bentuk pemakmuran masjid, bahkan perbuatan terpuji ini merupakan bukti benarnya iman dalam hati seorang hamba.
Imam al-Qurthubi berkata: “Firman Allah Ta’ala ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa mempersaksikan orang-orang yang memakmurkan masjid dengan keimanan adalah (persaksian yang) benar, karena Allah Ta’ala mengaitkan keimanan dengan perbuatan (terpuji) ini dan mengabarkan tentanganya dengan menetapi perbuatan ini. Salah seorang ulama Salaf berkata: Jika engkau melihat seorang hamba (yang selalu) memakmurkan masjid maka berbaiksangkalah kepadanya”
( Kitab “Tafsir al-Qurthubi” (8/83).)
Sumber referensi "Gemar memakmurkan Masjid, ciri orang beriman", karya Ustadz Abdullah bin Taslim di muslim. Or. Id
Foto kegiatan kelas bacaan Al-Qur’an di Masjid Mahad Abu Darda Panam, Pekanbaru.

Wednesday, June 27, 2018

Setan lebih takut kepada orang yang berilmu daripada seorang ahli ibadah.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dapat cerita dari seorang ustadz, kisah nyata yang membuktikan kebodohan memudahkan setan menjerumuskan seseorang kedalam kesesatan.
Di Pekanbaru hidup seorang wanita buruh cuci yang memiliki suami dan beberapa orang anak, mereka hidup serba kekurangan, upah dari kerja mencuci sangat kecil, sementara sisuami kerja serabutan, kadang jadi tukang batu atau buruh angkut.
Wanita buruh cuci itu adalah ahli ibadah, shalat fardhu tertib dia tunaikan, bahkan juga menegakkan shalat sunnah seperti shalat dhuha dan tahajud, puasanya senin kamis tidak pernah putus, selalu dia puasa dihari-hari itu. Namun sayang meskipun dia rajin beramal ibadah namun dia tidak memiliki banyak ilmu tentang agama.
Wanita buruh cuci itu hidupnya sangat sulit, hutangnya banyak kepada para tetangga, warung, spp sekolah anaknya juga menunggak beberapa bulan, dan seterusnya. Hal ini diketahui oleh salah seorang misionaris katolik yang merupakan salah satu pengguna jasa si tukang cuci, kemudian misionaris itu menawarkan kepada wanita buruh cuci agar pindah agama ke katolik dengan janji pihak yayasan katolik si misionaris akan membantu ekonomi si wanita itu, termasuk juga memberikan bea siswa kepada anak-anak wanita buruh cuci sampai perguruan tinggi. Mendengar tawaran si misionaris itu si wanita buruh cuci bimbang, dia masih sangat percaya kebenaran agama Islam dan ragu akan paham katolik. Wanita itu dalam kebimbangan yang luar biasa karena disatu sisi ekonominya sulit kemudian mendapat tawaran menggiurkan, disisi lain dia harus melepaskan agama yang dianutnya selama ini jika mengambil tawaran tersebut. Akhirnya si wanita memutuskan melakukan shalat Istikharah pada suatu malam untuk mohon petunjuk Allah mendapatkan keputusan yang benar, setelah melakukan shalat dia tidur, dan dalam tidurnya muncul sosok yang mengaku Isa Al Masih dalam mimpinya, dalam mimpinya itu wujud yang mengaku Isa Al Masih itu mengatakan bahwa si wanita harus memilih masuk Katolik dan meninggalkan Islam. Paginya ketika si wanita terbangun dia menceritakan mimpinya kepada sisuami, dan sisuami setuju dengan perintah Isa Al Masih itu, sehari kemudian sekeluarga masuk Katolik beramai-ramai dan meninggalkan agama Islam, subhanaallah.
Padahal andai wanita itu berilmu, dan mengetahui bahwa Isa Al Masih yang asli mengingkari trinitas yang dibawa kaum nasrani,
.... “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah al-Masih putra Maryam”, padahal al-Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Isra’il, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.”.. (Al Maidah 72-73).
Benar kata Ustadz Ali Ahmad, "setan lebih takut kepada seseorang yang berilmu daripada ahli ibadah, karena seorang ahli ibadah yang bodoh dalam ilmu agama sangat mudah disesatkan oleh setan, sementara seorang yang berilmu setan perlu berfikir ribuan atau jutaan kali mencari jalan agar dapat menjerumuskan seorang yang berilmu kepada kesesatan yang diinginkannya. Maka wajib bagi kita untuk menuntut ilmu agama sampai kapanpun, jangan pernah lelah menuntut ilmu agama, karena batasnya adalah liang lahat, hanya dengan ilmu agama yang kita miliki membuat kita mampu membedakan mana Tauhid dan mana syirik, mana Sunnah dan mana Bid'ah, mana halal dan mana haram, mana hidayah dan mana kesesatan dan seterusnya, dengan demikian sulit bagi setan menyesatkan kita, karena kita sudah mengetahui jalan mana yang akan ditunjukkan oleh setan, jalan yang patut kita hindari, waallahua'lam. "
Semoga kisah wanita buruh cuci itu menjadi pelajaran bagi kita, betapa pentingnya ilmu bagi kita, karena dengan ilmu agama yang cukup dapat menuntun kita kepada jalan yang benar dan menghindari jalan kesesatan.
Allah berfirman,
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar: 9)

Betapa lihainya setan menipu manusia, Waspadalah!


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kesempatan saya bertanya kepada seorang ustadz, "ustadz kenapa yaa jimat, jampi, rajah yang beredar dikalangan masyarakat selalu menggunakan lafadz yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an?", beliau menjawab, " ya kalau ditulis dengan lafadz selain ayat Al-Qur’an pasti kita tau itu amalan yang bathil, semisal huruf kanji(china/jepang) kita pasti tau itu sesuatu yang salah, makanya setan menipu manusia dengan cara menyamarkan kebathilan itu yakni menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga manusia mengira itu benar, padahal seperti kita ketahui bahwa jimat, rajah dan jampi(pelet) disebutkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dalam sebuah hadist yang demikian jelas adalah perbuatan syirik. ", subhanaallah.
Mungkin sama halnya dengan musik Islami, padahal Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menyandingkan alat musik dengan zina, khomer dan sutera yang jelas haram, kalau ada musik Islami tentu konsekuensinya ada zina Islami, khomer Islami dan sutera Islami, padahal itu semua jelas haram hukumnya dalam syariat Islam.
Atau juga sama dengan Asuransi Syariah, padahal dalam akadnya tidak jauh beda dengan Asuransi konvensional dimana pihak asuransi menjanjikan keuntungan sekian persen dalam jangka waktu tertentu, padahal didunia ini kepastian persentase sebuah usaha dapat dipastikan diterima berapa banyak dalam jangka waktu tertentu hanya dapat ditemui di bank-bank ribawi.
Atau juga ada istilah pacaran Islami, gimana bentuknya?, karena dalam Islam terlarang bersentuhan dengan yang bukan mahramnya, disuruh menundukkan pandangan, dilarang berduaan dengan bukan mahramnya. Pacaran Islami jelas tidak ada dikenal dalam Islam.
Dan banyak keharaman dan kebathilan yang di Islamisasikan oleh setan dan orang-orang yang tertipu, membuat yang jelas haram jadi samar, kemudian ujungnya jadi halal, subhanaallah.
Semoga dijauhkan dari fitnah2 setan yang selalu menyamarkan perbuatan haram untuk menipu kita, Aamiin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Rabb) Yang Maha Pemurah (Al Qur`an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya” [Az Zukhruf : 36].

Cek apakah kita ikhlas dalam beramal ibadah?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Zubair Haawary menasehati, " bagaimana mengetahui amal ibadah kita dilakukan ikhlas atau tidak?, lihat di saat melakukannya apakah sama bersemangatnya ketika sendirian maupun dihadapan banyak orang, jika yang terjadi kita malas melakukan amal ibadah ketika sendirian dan sebaliknya bersemangat melakukan amal ibadah ketika ada orang lain, apalagi ketika orang yang kita kenal yang melihat kita, hal ini menunjukkan mungkin dalam hati kita masih ada sikap riya'. sikap ingin dipuji orang lain, ketika hal demikian terjadi sepatutnya kita kuatir pahala amal ibadah yang kita kerjakan akan lenyap".
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ قَالَ قُلْنَا بَلَى فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ
“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,”Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya”. [HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa’id al Khudri. Hadits ini hasan-Shahih at Targhib wat Tarhib, no. 30]
Referensi "Bahaya Riya' oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di lamnahaj.or.id

HANYA SALAFI YANG MASUK SURGA


Oleh Siswo Kusyudhanto
At Taubah 100, Allah Ta’ala menjamin hanya salafi yang masuk surga, dan diluar salafi entah masuk mana, jangan keburu tensi naik, pahami salafi disini siapa yang dimaksudkan, yang dimaksud tentu yakni orang-orang yang mengikuti pemahaman kaum salaf, tiga generasi awal Islam, generasi terbaik umat ini, bukan orang yang ngaku2 sebagai salafi, oleh karenanya salafi bukan ormas, bukan firqoh atau hizby, siapa saja dapat menjadi salafi selama aqidah dan amal ibadahnya sama dengan generasi para salaf, Waalahua'lam.
Allah Ta’ala berfirman :
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah: 100).
Al Ustadz Abdul Hakim Abdat hafizhahullah mengatakan, “Ayat yang mulia ini merupakan sebesar-besar ayat yang menjelaskan kepada kita pujian dan keridhaan Allah kepada para Shahabat radhiyallahu ‘anhum. Bahwa Allah ‘azza wa jalla telah ridha kepada para Shahabat dan mereka pun ridha kepada Allah ‘azza wa jalla. Dan Allah ‘azza wa jalla juga meridhai orang-orang yang mengikuti perjalanan para Shahabat dari tabi’in, tabi’ut tabi’in dan setrusnya dari orang alim sampai orang awam di timur dan di barat bumi sampai hari ini. Mafhum-nya, mereka yang tidak mengikuti perjalanan para Shahabat, apalagi sampai mengkafirkannya, maka mereka tidak akan mendapatkan keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala.” (Al Masaa’il jilid 3, hal. 74).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan tentang tafsir ayat ini, “Allah ta’ala mengabarkan bahwa keridhaan-Nya tertuju kepada orang-orang yang terlebih dahulu (masuk Islam) yaitu kaum Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Sedangkan bukti keridhaan-Nya kepada mereka adalah dengan mempersiapkan surga-surga yang penuh dengan kenikmatan serta kelezatan yang abadi bagi mereka…” (Tafsir Ibnu Katsir, 4/140). Imam Al Alusi menerangkan bahwa yang dimaksud dengan As Saabiquun adalah seluruh kaum Muhajirin dan Anshar (Ruuhul Ma’aani, Maktabah Syamilah). Imam Syaukani menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan, “Orang-orang yang mengikuti” di dalam ayat ini adalah orang-orang sesudah mereka (para sahabat) hingga hari kiamat. Adapun kata-kata, “dengan baik” merupakan ciri pembatas yang menunjukkan jati diri mereka. Artinya mereka adalah orang-orang yang mengikuti para sahabat dengan senantiasa berpegang teguh dengan kebaikan dalam hal perbuatan maupun perkataan sebagai bentuk peniruan mereka terhadap As Sabiquunal Awwaluun, tafsiran serupa juga disampaikan oleh Syaikh As Sa’di di dalam tafsirnya (Lihat Fathul Qadir dan Taisir Karimir Rahman, Maktabah Syamilah).
Referensi dr "Mari mengenal Manhaj Salaf", karya Ari Wahyudi di muslim. Or. Id

Pahami hakekat kehidupan agar kita tidak iri.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Melaju di jalanan kemudian berpapasan dengan Mobil Ferari yang berjalan kencang, langsung saja dalam fikiran kita dipenuhi angan-angan, betapa enaknya hidup orang itu, kemudian berandai andai karenanya, andai aku berada didalam mobil itu. 
Jadi teringat nasehat Ustadz Abu Zubair Hawaary, " jika antum iri kepada seseorang kare na harta dan kedudukannya artinya antum belum paham hakekat kehidupan, karena hakekatnya urusan dunia adalah sebanyak apapun harta seseorang atau setinggi apapun kedudukan seseorang itu semua pasti akan ditinggalkan olehnya ketika dia mati, jerih payah seseorang mengumpulkan Harta dan kedudukan toh ujungnya orang lain yang kemudian menikmatinya, yang utama dari kehidupan adalah amal ibadah kita, itu yang menjadi bekal sebenarnya ketika seseorang mati, yang menjadi ukuran hebatnya seseorang adalah ketika dihisab kelak. Ingat akhirat adalah lebih utama dari dunia, pahami itu agar tidak iri dalam perkara dunia".
Diantara nasehat itu adalah firman Allâh :
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan kehidupan dunia ini tiada lain hanyalah main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mau memahaminya? [Al-An’âm/6:32]
Juga firman-Nya
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا ۚ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedangkan apa yang di sisi Allâh itu lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak mau memahaminya? [Al-Qhashas/28:60]
Juga firman-Nya:
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ
Allâh meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). [Ar-Ra’du/13:26]
Juga firman-Nya:
أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. [At-Taubah/9:38]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿١٦﴾ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Tetapi kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. [Al-A’lâ/87:16-17]
Sumber referensi almanhaj.or.id

Monday, June 25, 2018

Beramal ibadah berharap surga tanda tidak ikhlas?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam saja menyuruh para istri beliau dan para sahabat berdoa meminta surga, bahkan surga tertinggi, apakah ada yang berani bilang Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, para istri beliau dan para sahabat nabi bukan orang yang ikhlas dan tulus dalam beramal ibadah?, lalu juga kenapa Allah Ta’ala menyampaikan surga di puluhan ayat Alquran?, pemahaman bathil jika mengatakan beribadah berharap surga bukan orang yang ikhlas dalam beramal ibadah, kata seorang ustadz ibarat kerja namun cuma dikasih sertifikat, alias gak digaji, mana ada orang yang mau?, hampir semua manusia mau bekerja karena digaji, memang fitrah manusia demikian, dalam lubuk paling dalam hati seorang manusia berharap imbalan atas apa yang mereka kerjakan, Allah Ta’ala dan RasulNya lebih mengetahui, Waalahua'lam
DOA IBNU MAS’UD AGAR MENYERTAI RASUL SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM DI SURGA TERTINGGI
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيمَانًا لاَ يَرْتَدُّ ، وَنَعِيمًا لاَ يَنْفَدُ ، وَمُرَافَقَةَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَعْلَى جَنَّةِ الْخُلْدِ
Ya Allâh, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu iman yang tidak pernah berbalik menjadi kufur, kenikmatan yang tidak sirna, dan agar mengiringi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga abadi yang paling tinggi.
HR Ahmad, Ibnu Hibban, Ath-Thabrani dalam al-Kabîr
Sumber referensi almanhaj.or.id

Nikmat dibalik beratnya hijrah


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kadang ada teman bercerita berbagai hal mengenai pengalaman mereka dalam menempuh jalan istiqomah mengikuti pahaman Aqidah Tauhid dan Sunnah yang sahhihah, bikin diri ini ingin terus bersemangat menempuh jalan itu. Bagaimana tidak semangat jika mengetahui ada seorang ikhwan yang dulu melakukan berbagai maksiat, mulai mabuk mabukan, narkoba, zina dan seterusnya kemudian saat ini benar-benar ingin istiqomah dalam amal ibadah dan selalu berharap dalam doanya agar Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosanya dimasa lalu.
Atau ada seorang akhwat yang dimasa lalu melakukan berbagai maksiat termasuk zina, dan ketika bertaubat dia ingin istiqomah dalam amal ibadah, termasuk istiqomah hijab dan cadarnya. Atau juga ada akhwat yang bercadar dan berhijab syar'i namun terus mengkuatirkan tato yang ada pada dirinya, saksi bisu kemaksiatan yang dilakukan dimasa lalu. Dan banyak lagi cerita seperti ini dari banyak orang.
Jadi teringat perkataan Ustadz dalam sebuah kajian, seseorang yang merasakan betapa nikmat dan lezatnya amal ibadah, adalah orang yang banyak melakukan berbagai maksiat, kemudian pada suatu saat dia mendapatkan hidayah, petunjuk padanya untuk menyusuri jalan kebenaran, jalan yang diridhoi Allah Ta’ala.
Sementara orang-orang yang tidak merasa dirinya berbuat maksiat kepada Allah Ta’ala padahal mereka melakukan banyak kemaksiatan, maka akan sulit baginya merasakan nikmatnya beramal ibadah, karena bertaubat mencari hidayah Allah Ta’ala bukan kebutuhan bagi mereka.
Seharusnya kita iri kepada orang-orang yang telah bertaubat dan iri akan kenikmatan mereka dalam beramal ibadah.
Waalahua'lam.
diriwayatkan dari Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْباً ثُمَّ يَقُوْمُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّى ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ ثُمَّ قَرَأَ هَذَهِ الآيَةَ (وَالَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوْا اللهَ فَاسَتَغَفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ.
“Jika seorang hamba berbuat dosa kemudian ia pergi bersuci (berwudhu’), lalu ia shalat (dua raka’at), lalu ia mohon ampun kepada Allah (dari dosa tersebut), niscaya Allah akan ampunkan dosanya”.
Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat ini:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan orang-orang yang apabila mengejakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui”. [Ali ‘Imran : 135].
[Hadits hasan riwayat At Tirmidzi (no. 406), Ahmad (I/10), Abu Dawud (no. 1521), Ibnu Majah (no. 1395), Abu Dawud Ath Thayalisi (no. 1 dan 2) dan Abu Ya’la (no. 12 dan 15). Lihat Tafsir Ibnu Katsir (I/438), Cet. Darus Salam.
Sumber: "Segeralah bertaubat kepada Allah Ta’ala!", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or id

Salah satu cara kita hidup dengan Al-Qur’an.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Mungkin banyak Muslim mengaku mencintai Al-Qur’an, namun sangat sedikit diantara mereka hidup bersama Al-Qur’an, yakni menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pelajaran dalam mengarungi kehidupan, penyebabnya mungkin mereka tidak memiliki semangat untuk mempelajari isi atau kandungan didalamnya dan akhirnya Al-Qur’an tidak menjadikan acuan dalam beragama, mungkin ini penyebab utama umat Muslim makin jauh dari syariat Allah dan RasulNya.
Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Zubair Hawaary menyebutkan, salah satu cara kita hidup dengan Al-Qur’an adalah dengan cara mentadaburrinya, mengerti arti dan mengambil pelajaran darinya, semisal mungkin kita mengerti surat-surat pendek, namun jika kita mengetahui arti dan pelajaran didalamnya itu akan membekas dalam diri kita dan menjadikan kita makin taat kepada Allah Ta’ala, dan berusaha mengikuti sunnah-sunnah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, semisal ketika kita membaca Surat Al Kaustar dalam Shalat kita, dimana dalam surat ini disampaikan adanya telaga Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yaitu Al Kaustar, dan ketika membaca dan melafadzkannya karena kita mengetahui arti dan pelajaran didalam surat ini menjadikan kita berharap sampai di telaga tersebut, dan berusaha menjauhi perbuatan yang membuat kita diusir dari telaga itu(perbuatan bid'ah).
Semoga kita termasuk orang-orang yang punya semangat untuk mempelajari arti dan makna dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang kita baca, dan menjadikan pelajaran guna menjadi petunjuk menuju jalan yang lurus, Aamiin.
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَىٰ عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur`ân) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. [al-A’râf/7:52].
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur`ân) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri”. [an-Nahl/16:89]
Sumber referensi "Petunjuk terbaik hanya dari Al-Qur’an", karya Ustadz Ashim bin Musthafa di almanhaj.or.id.

Selalu muncul pertanyaan jahil seperti ini, Waspadalah!.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Heran, selalu muncul pertanyaan jahil disetiap moment, dulu ketika Raja Salman dari Arab Saudi bertemu dengan para tokoh di negri ini kemudian nampak dalam tayangan televisi nasional, muncul pertanyaan aneh, "loh itu Raja Salman kok salaman dengan wanita yang bukan mahramnya?", atau yang banyak muncul pertanyaan, "kok Raja Salman isbal, katanya isbal haram hukumnya?".
Pas moment Piala Dunia juga muncul pertanyaan, "Bola yang ada bendera Arab Saudi padahal ada lafadz syahadat kenapa boleh diperjual belikan?", atau, "katanya musik haram kenapa ada musik pada lagu kebangsaan Negara Arab Saudi?". Padahal bola dengan bendera Arab Saudi bukan bola yang dipakai saat pertandingan di Piala dunia.
Tampa disadari orang-orang yang membaca pertanyaan seperti ini sebenarnya telah terbangun Syubuhat, kebingungan, dan terutama terdorong pada kebencian kepada Negara Arab Saudi, dan tentu golongan yang paling membenci Arab Saudi tidak lain adalah Syi'ah Rafidhoh, Khawarij dan Ahlul bid'ah dari kelompok lain. Sebaiknya tinggalkan membahas pertanyaan2 sejenis, karena lebih banyak mudharat karenanya.
Jadi ingat ketika seorang jamaah bertanya kepada Ustadz Erwandi Tarmidzi, dia bertanya, "Ustadz apakah ada bank riba di Arab Saudi?", beliau menjawab, "ada", karena beliau sudah tau arah pertanyaan tersebut, langsung saja beliau menjelaskan, "Meskipun ada bank yang mempraktekkan riba di Arab Saudi, bukan berarti itu menjadi pembenar atas perbuatan riba tersebut, perbuatan riba tetaplah haram hukumnya. Sama halnya dengan misal di Arab Saudi mungkin juga ada perbuatan zina, apakah itu menjadikan perbuatan zina menjadi halal?, tentu tidak sama sekali, zina tetaplah haram hukumnya. Kita sebagai Ahlu Sunnah tetaplah menjadikan risalah dari Al-Qur’an dan Hadist sebagai tolak ukur benar dan salah, dan apa yang terjadi tidak dapat sama sekali dijadikan pembenaran, apalagi jika itu perbuatan yang jelas haram hukumnya. "
Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Maka jika datang kepadamu petunjuk dariKu, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta”. [Thaha : 123, 124].
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah RasulNya”. [Hadits Shahih Lighairihi, HR Malik; al Hakim, al Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13].
Sumber referensi, "Kaidah memahami Al-Qur’an dan Hadist", karya Ustadz Abu Ismail Al Asyari di almanhaj.or

Tidak ada penghafal Al-Qur’an sekaligus pemusik, hal ini menunjukkan dengan nyata keharaman musik.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Jika kita berkunjung dari sekolah atau pondok pesantren yang ada dibanyak daerah, maka akan kita temui bahwa metode hafalan Al-Qur’an menerapkan beberapa peraturan yang ketat yang harus ditaati para santri jika ingin memperbanyak hafalan Al-Qur’annya, yakni diantaranya santri dilarang mendengarkan musik dan menjauhi bercampur dengan lawan jenisnya.
Dalam sebuah kajian Ustadz Khalid Basalamah menyebutkan, "salah satu sebab rusaknya hafalan Al-Qur’an adalah musik dan bercampur dengan lawan jenis, maka dibanyak pusat pendidikan hafalan salah satu peraturan yang diterapkan adalah memjauhkan para anak didik dari musik dan bercampur dengan lawan jenisnya. Bahkan para ulama menyebutkan musik adalah panah-panah setan, yang menghancurkan hati seorang manusia ".
Mungkin benar yang dikatakan seorang ustadz,, banyak kita temui penghafal Al-Qur’an, dari berbagai profesi, mulai ada penghafal Al-Qur’an dari kalangan guru, penghafal Al-Qur’an dari kalangan camat atau bupati, ada juga penghafal Al-Qur’an dari kalangan polisi dan tentara, dan seterusnya, bahkan saya punya teman dari Batam, dia sudah hafal 15 juz, dan bertekad mencapai hafalan 30 juz tahun depan, dan dia profesinya sehari-hari adalah pekerja di bengkel perbaikan kapal di Kota Batam. Banyak penghafal Al-Qur’an dari berbagai profesi namun sejauh ini belum ada satupun penghafal Al-Qur’an dari profesi pemusik atau penyanyi, hal ini menunjukkan bahwa musik dan Al-Qur’an adalah dua hal yang berlawanan, Waalahua'lam.
Bahkan seperti Syaikh Ibnu Qoyyim Al Jauziyah menyebutkan dengan tegas bahwa Al-Qur’an dan musik mustahil berkumpul pada seseorang.
Ibnul Qayyim rahimahullah. Beliau mengatakan, “Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami, merenungkan dan mengamalkan isi Al Qur’an. Ingatlah, Al Qur’an dan nyanyian selamanya tidaklah mungkin bersatu dalam satu hati karena keduanya itu saling bertolak belakang. Al Quran melarang kita untuk mengikuti hawa nafsu, Al Qur’an memerintahkan kita untuk menjaga kehormatan diri dan menjauhi berbagai bentuk syahwat yang menggoda jiwa. Al Qur’an memerintahkan untuk menjauhi sebab-sebab seseorang melenceng dari kebenaran dan melarang mengikuti langkah-langkah setan. Sedangkan nyanyian memerintahkan pada hal-hal yang kontra (berlawanan) dengan hal-hal tadi."(Ighatsatul Lahfan, 1/248-249.)
sebuah riwayat dari Abu ‘Amir atau Abu Malik Al Asy’ari telah menceritakan bahwa dia tidak berdusta, lalu dia menyampaikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ ، يَأْتِيهِمْ – يَعْنِى الْفَقِيرَ – لِحَاجَةٍ فَيَقُولُوا ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا . فَيُبَيِّتُهُمُ اللَّهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ ، وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung dengan binatang ternak mereka. Seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq dengan lafazh jazm/ tegas.)
Sumber referensi "Saatnya meninggalkan Musik", karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc di Rumoysho.co.

Poster ajakan merapatkan Shaf dan posisi makmum.



Sejauh saya ikut serta dalam usaha dakwah dengan memasang poster tentang shaf dan posisi makmum di dinding beberapa masjid, sejauh pengamatan kami ternyata terbukti efektif dalam mengedukasi jamaah di masjid itu, alhamdulillah, mereka jadi banyak berubah, shalat berjamaah yang dilaksanakan di masjid tersebut makin rapat, dan sesuai syariat.
Mereka berubah tampa merasa digurui, mungkin disebabkan karena ilmu telah sampai kepada mereka.
Ukuran poster 60 x 90 cm, juga disertai dengan dalil sahhih. Harga 20 perlembar, harga belum termasuk ongkos kirim.
Ada dua jenis Poster Shaf Shalat Berjama'ah dan Poster Posisi Imam dan Makmum.
Bagi teman-teman yang berminat silahkan hubungi WA 081378517454 syukron.
By Siswo Kusyudhanto

Thursday, June 21, 2018

Apa gak takut dosanya Lebaran dengan cara NgeRiba?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kalau sedang jalan dan lewat pegadaian, bank, koperasi simpan pinjam dan sejumlah lembaga keuangan yang menawarkan produk riba seminggu terakhir ini nampak dipenuhi nasabahnya, para nasabah itu melakukan kegiatan muamalah untuk mendapatkan sejumlah dana dan kemudahan untuk persiapan menyambut Lebaran, melihat itu jadi ikut miris dan ngeri, subhanaallah. 
Gak kebayang buruknya kalau sebuah keluarga demi pulang kampung dan lebaran bersama keluarganya mereka melakukan perbuatan riba semua.
Semisal mobilnya untuk pulang kampung didapat dari kredit ke sebuah leasing, tentu dengan bunga selangit.
Baju dan sandal yang mereka pakai hasil gesek kartu kredit, juga berbunga.
Oleh-oleh untuk keluarga dikampung dari pinjam ke sebuah BPR, bunganya juga selangit.
Uang bensin dan uang untuk bekal selama diperjalanan dan dikampung didapat dari mengadaikan barang dengan dikenakan bunga tinggi.
Subhanaallah, Maha Suci Allah.
Andai banyak Umat Muslim di Indonesia memiliki ilmu agama yang cukup tentu mereka akan tidak memaksakan diri bersenang-senang dalam belebaran dengan cara riba, mengingat besarnya dosa yang diakibatkan dari perbuatan itu, seperti disebutkan Ustadz Erwandi Tarmidzi dalam sebuah kajian ketika membahas hadist dimana Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan perbuatan riba disandingkan dengan perbuatan syirik dan dosa besar lainnya, " jika dalam perkara aqidah syirik adalah dosa besar, dosa yang tidak terampuni, maka dalam perkara muamalah riba mengakibatkan kebinasaan hampir sama besarnya."
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اِجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: اَلشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِِ.
“Jauhilah oleh kalian tujuh (perkara) yang membinasakan.” Para Sahabat bertanya, “Apa itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan cara yang haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menu-duh wanita yang suci bersih lagi beriman (dengan perzinaan).”
Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (V/393, no. 2766), Shahiih Muslim (I/92, no. 89), Sunan Abi Dawud (VIII/77, no. 2857), Sunan an-Nasa-i (VII/257).
Referensi dr almanhaj.or.id
Foto Baliho dakwah anti riba di senapelan, Pekanbaru.

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengenali umatnya dari bekas wudhu, gimana kalau gak pernah wudhu/shalat?.




Oleh Siswo Kusyudhanto
Tadi malam ketika Ustadz Firanda Adirja di Masjid Abu Darda membahas telaga Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, dalam salah satu sesi beliau menceritakan bagaimana Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengusir orang-orang bukan umat beliau yang hendak minum dari telaganya, orang-orang itu diminta mencari telaga lain sesuai panutannya, dan beliau mempersilahlan umatnya untuk minum, dan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengenali umatnya dari bekas wudhu mereka, MasyaAllah. 
Pertanyaannya bagaimana dengan mereka yang jarang shalat? , artinya jarang juga wudhu? , tentu tanda yang melekat pada mereka tidak akan terlihat oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, subhanaallah, waalahua'lam. 
Semoga kita selalu menunaikan shalat fardhu dan sunnah, agar bekas wudhu itu melekat pada diri kita sampai kelak di padang mahsyar, dan menjadi tiket masuk ke telaga Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, aamiin.
Rasulullah bersabda, “Sungguh setiap Nabi memiliki telaga. Dan mereka saling membanggakan siapakah yang telaganya paling banyak dikunjungi. Aku berharap, telagakulah yang paling banyak pengunjungnya” (HR. Tirmidzi no. 2443 dan dishahihkan al-Albani).
Kemudian hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Telagaku panjangnya lebih jauh dari pada jarak antara Ailah dengan Adn. Airnya lebih putih dari salju, lebih manis dari pada madu yang dicampur susu. Sungguh gayungnya lebih banyak dari pada jumlah bintang. Aku menghalangi orang-orang (yang bukan umat beliau) untuk mendekati telagaku, sebagaimana seseorang menghalangi onta orang lain untuk mendekat ke wadah airnya.
Para sahabat bertanya, ’Ya Rasulullah, apakah anda mengenaliku di hari itu?’
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Ya, kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh umat sebelumnya. Kalian mendatangiku dalam keadaan putih di wajah dan tangan-kaki, karena bekas wudhu” (HR. Muslim)
Sumber referensi "Terusir dari Telaga Nabi", karya Ustadz Ammi Nur Baits di muslim.or.id

Dakwah kami mengIslamkan orang Islam dan mengIslamkan orang kafir.



Oleh Siswo Kusyudhanto
Sering kali banyak tuduhan diarahkan kepada Dakwah Sunnah sebagai dakwah yang mengkafirkan sesama umat Muslim, sebenarnya ini hanya tuduhan isapan jempol belaka, faktanya justru makin banyak penduduk negri ini makin mengenal Islam yang benar, sesuai pemahaman generasi Salaf yakni beramal ibadah sesuai dalil sahhih dari Alquran dan Hadist sahhih. Dan tidak ada satupun saya ketahui ada orang ketika mengenal Dakwah Sunnah dikemudian hari menjadi kafir, alias murtad.
Justru sebaliknya makin banyak non Muslim kemudian mengenal Dakwah Sunnah dan menjadi mualaf.
Dan jamaah kajian Sunnah berkembang luas hampir disemua daerah, salah satunya terlihat dari variabel konsumsi buku berbasis Sunnah yang selalu dicari, dan beberapa waktu yang lalu saya mendengar dari beberapa penerbit berbasis Sunnah bahwa permintaan buku dan kitab beberapa tahun terakhir membludak, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk menyuplainya, hal ini merupakan fakta bahwa kesadaran beragama yang benar mulai bangkit di negri ini. Juga dari banyak kajian Sunnah di negri ini selalu disesaki jamaah sangat jelas menunjukkan perkembangan pesat Dakwah Sunnah.
Disalah satu sisi badai fitnah kepada Sunnah sangat menggelora, dihembuskan oleh pihak-pihak yang merasa terusik dengan dakwah ini, tingkatan fitnah itu mulai dari sekedar fitnah sampai tindakan anarkis seperti pembubaran kajian dibeberapa daerah, dan alhamdulillah hal-hal tersebut tidak dibalas dengan perbuatan yang sama, hal ini menunjukkan fakta nyata bagaimana santunnya dakwah ini, jauh dari tuduhan selama ini.
Semoga Allah Ta'ala selalu melindungi dakwah ini, aamiin.

Sayang Malaikat Maut tidak berkirim surat, WA, massanger, bbm, sms dulu sebelum datang menjemput kita.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kemarin sore bertemu seorang bapak yang saya kenal, dia bercerita baru kembali dari daerah kampungnya untuh bertakziah ke rumah beberapa orang yang meninggal dunia, dan berusaha menghibur keluarga yang ditinggalkan, totalnya ada 5 orang meninggal dalam seminggu terakhir disebabkan beberapa hal, bapak itu menyampaikan tentang pentingnya mengingat kematian yang datang tidak pernah mengabari datangnya, padahal lebaran tinggal menghitung hari saja, namun ternyata nyawa sudah duluan tercabut, dalam benak saya mungkin orang-orang yang meninggal dunia sudah punya rencana dikala menjelang lebaran, mungkin sudah menyiapkan baju barunya, mungkin sudah berencana berkunjung ke rumah sanak familinya di beberapa daerah, atau sudah menyiapkan bekal dan persiapan detail untuk berwisata kemana, tapi apalah daya rencananya didahului oleh rencana Allah Ta’ala, yakni kembali kepadaNya sebelum rencana itu terwujud.
Andai saja Malaikat Maut sebelum menjemput seseorang dia berkirim surat, atau kirim WA, kirim massanger, atau BBM duluan kepada seseorang yang akan dijemputnya, mungkin dia akan persiapkan sebaik mungkin bekal berupa amal ibadah menjelang kepergiannya. Misal dikabari suatu pagi seseorang oleh Malaikat Maut bahwa sehari berikutnya, yakni esok paginya dia akan dicabut nyawanya, mungkin sehari itu dari pagi dia tidak lepas bibirnya dengan dzikir, mungkin fia segera melunasi semua hutang-hutangnya, mungkin juga sejak pagi itu dia sibuk bersedekah kesana kemari, sedapat mungkin sebanyak-banyaknya bersedekah, kalau perlu menjual isi rumah dan sekalian rumahnya untuk sedekah, sejak pagi menjelang sore mungkin dia akan berdiam diri di dalam masjid dan non stop melakukan semua shalat fardhu dan sisanya melakukan shalat sunnah, dan seterusnya.
Namun sayang malaikat maut tidak mengabarkan kedatangannya, dia datang sewaktu-waktu, dia datang jika sudah waktunya seseorang berpulang apapun keadaan orang itu, malaikat maut selalu mengintai setiap saat tidak mengenal mau umur tua dan muda, si kaya atau si miskin, seorang yang taat atau tukang maksiat dan seterusnya.
Oleh sebab itu seharusnya kematian menjadi pengingat bagi kita untuk selalu Istiqomah diatas ketaatan beramal ibadah, karena dengan selalu Istiqomah setidaknya kita punya persiapan lebih baik daripada sedang bermaksiat, juga setidaknya punya bekal pahala amal ibadah ketika si malaikat maut datang menjemput kita.
Waalahua'lam.
Imam Bukhari telah meriwayatkan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا
Dari Abdullah, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis segi empat, dan Beliau membuat garis di tengahnya keluar darinya. Beliau membuat garis-garis kecil kepada garis yang ada di tengah ini dari sampingnya yang berada di tengah. Beliau bersabda,”Ini manusia, dan ini ajal yang mengelilinginya, atau telah mengelilinginya. Yang keluar ini adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya.” [HR Bukhari, no. 5.938].
Referensi dr "Mengingat Kematian", karya Ustadz Abu Muslim at Atsyari di almanhaj.or id

Wahai Akhwat Waspadai ikhwan genit!


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa tahun yang lalu ketika tabligh akbar Syaikh Abdurrazaq di istiqlal, beberapa teman sengaja menjebak dan menangkap seorang ikhwan yang banyak dikomplain para akhwat karena sering merayu dan dijanjikan menikah kepada mereka via media sosial, namun ternyata itu hanya isapan jempol, dan bahkan beberapa akhwat mengaku ditipu secara materi. Setelah di tangkap dan dinasehati akhirnya si ikhwan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi dimasa depan.
Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Zubair Hawaary pernah juga menyampaikan kisah nyata seorang akhwat, ibu rumah tangga yang semula adalah ibu rumah tangga yang baik, kemudian dia mengisi waktu luangnya dengan menjelajah di dunia sosial media, dan pada suatu saat berkenalan dengan seorang ikhwan yang selalu posting soal agama, dan pemahaman agamanya luas, dan dari perkenalan itu terjalin komunikasi yang sifatnya pribadi sampai bertemu darat, dan selanjutnya makin intens sampai mereka berzina di sebuah hotel. Dari situ si ikhwan jahat ini memeras si ibu rumah tangga, dia meminta sejumlah uang secara terus menerus atau aib tentang perzinahannya akan disampaikan kepada si suami.
Ini adalah beberapa contoh betapa bahayanya fitnah syahwat, sangat mudah seseorang terjerumus kedalam lembah kehinaan karena lupa menjaga dirinya dari dorongan syahwat.
Mungkin benar yang disampaikan seorang ustadz, fitnah itu dapat datang dari segala arah untuk menguji kita, dapat saja ketika seseorang sudah ngaji Sunnah, mungkin dia akan berhasil lepas dari perkara syirik, bid'ah, riba dan dosa besar lainnya, namun mungkin dia gagal ketika menghadapi fitnah wanita, menunjukkan bahwa fitnah wanita juga sangatlah berbahaya.
Semoga selamat dari segala fitnah, aamiin.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
Tidak ada fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita.
Shahîh. HR al-Bukhâri (no. 5.096) dan Muslim (no. 2.740 (97)), dari Sahabat Usamah bin Zaid Radhiyallahu anhuma.
Referensi dr, "Waspadalah Fitnah Dunia dan Fitnah Wanita", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or id

Islam mengajarkan kasih sayang kepada manusia bahkan binatang.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Ketika seorang ustadz mengkaji hadist dimana seorang wanita masuk neraka disebabkan karena perbuatan dia mengurung seekor kucing, selain itu dia tidak memberinya makan juga menyiksa si kucing. 
Hadist ini menunjukkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi kasih sayang kepada semua makhluk, bahkan dalam Islam hak binatang sangat terjaga, sehingga siapa saja yang merengut hak seekor binatang terancam dengan azab neraka.
Maka jika ada ajaran yang dengan menyatakan mudah merengut hak orang lain, bahkan mudah menumpahkan darah sesama manusia bahkan berstatus Muslim, mereka yakni para khawarij, tentu bukan berasal dari Islam. Waalahua'lam.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Seorang perempuan disiksa gara-gara seekor kucing. Dia mengurung kucing itu sampai mati. Karena itulah dia masuk neraka. Perempuan itu tidak memberi makan dan minum kepadanya -tatkala dia kurung-. Dan dia pun tidak melepaskannya supaya bisa memakan serangga atau binatang tanah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sumber referensi muslim.or.id

Wahai ukhti hindari sepatu berhak tinggi.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Tampa sengaja bertemu dengan seorang wanita yang berhijab lebar, namun sayang nampak ketika dia melangkah menggunakan alas kaki sebuah sepatu dengan hak tinggi, mungkin hak sepatu itu sekitar 10 cm, subhanaallah, berprasangka baik saja, mungkin soal hijab dia sudah mengetahui ilmunya, namun soal alas kaki yang sesuai syariat belum sampai kepadanya, sehingga dia tidak tau hal demikian adalah terlarang. Seperti dijelaskan banyak ulama bahwa sepatu berhak tinggi adalah kebiasaan para wanita di jaman jahiliyah, dan ketika Islam datang hal demikian terlarang karena dapat menarik perhatian lawan jenis yang bukan mahram baginya, waalahua'lam.
------
HUKUM MEMAKAI SENDAL/SEPATU BERHAK TINGGI
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin ditanya : Apa hukum memakai selop (sendal atau sepatu yang berhak tinggi) bagi wanita? Lalu bagaimana batasannya? Dan apa hukum memakai alas kaki yang dapat mengeluarkan suara?
Jawaban:
Memakai selop yang terlalu tinggi haram hukumnya, karena termasuk dari tabarruj yang dilarang, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada isteri-isteri Nabi:
وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ
“Dan janganlah kalian berhias dan tingkah laku seperti orang Jahiliyah yang dahulu.” [Al-Ahzaab/33: 33]
Memakai selop yang terlalu tinggi juga akan berdampak buruk pada kesehatan kaki, sebagaimana yang disebutkan oleh para ahli kedokteran. Bahkan bisa membuat pemakainya terjatuh.
Adapun batasan selop yang diharamkan yaitu yang melebihi batas kewajaran, sehingga membuat jari kaki merunduk ke tanah karena ketinggian tumit. Sedangkan memakai alas kaki yang bersuara hukumnya makruh, sebagaimana disebutkan oleh para ulama. Namun jika selop (alas kaki) tersebut membuat si pemakainya berjalan sambil mengeluarkan suara seperti alunan musik, maka hukumnya haram.
(Jawaban dari: Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin tanggal: 26 – 9 – 1412 H)
Sumber referensi almanhaj.or.id

Selalu mengingat Allah Ta’ala disaat lebaran?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Sering saya membaca status WhatsApp teman-teman dan para kenalan yang terhubung dengan sosial media yang satu ini untuk mengetahui aktifitas mereka, biasanya mereka menulis "busy", "ada", atau semacamnya.
Namun dimoment lebaran kali ini banyak status dari teman-teman di WhatsApp yang berhubungan erat dengan moment lebaran seperti ucapan selamat hari raya, soal mudik dan banyak lagi, mendadak ketika membaca status2 itu ada satu status yang mengusik saya ketika membaca status dari Ustadz Maududi Abdullah, bunyinya "selalu mengingat Allah", masyaAllah, kalimat singkat, padat dan penuh nasehat, kenapa demikian?, karena disaat-saat lebaran tentu dalam benak banyak orang akan disesaki segala pernak pernik berkaitan dengan lebaran, mulai rencana mudik kemana, makanan apa yang akan disajikan dan dimakan, skedul bertemu teman dan sanak famili, rencana Tamasya di daerah mudik dan sebagainya. Disaat fikiran dan hati dipenuhi hal-hal demikian tentu untuk mengingat Allah Ta’ala jauh lebih sulit, karena biasanya seseorang dapat mengingat Allah Ta’ala adalah disaat beramal ibadah seperti shalat, atau juga sedang menghadapi hal yang sulit dan berat dimana tidak ada jalan lain selain hanya kepada Allah Ta’ala, namun disaat sibuk bersenang-senang berlebaran tentu yang dapat mengingat Allah Ta’ala adalah orang-orang yang punya tekad kuat untuk selalu mengingatNya, semisal apakah kita masih mengingat Allah Ta’ala ketika berhadapan dengan sepiring opor ayam yang jarang kita temui dihari selain lebaran?, dan mensyukuri dapat menikmati dilebaran tahun ini?, apakah kita akan mengingat Allah Ta’ala ketika duduk disebuah acara reuni sekolah?, dan bersyukur kepada Allah Ta’ala karena masih diberikan umur untuk bersilaturahmi dengan teman sekolah?, apakah kita masih mengingat Allah Ta’ala ketika bertemu sanak famili di kampung? Dan bersyukur kepada Allah Ta’ala masih diijinkan bertemu mereka?, dan seterusnya. Sesuatu keadaan yang melalaikan dan menjadi ujian bagi kita dalam mengingat Allah Ta’ala,
waalahua'lam.
Syukron yaa ustadz atas nasehat dari status antum, sungguh menggugah dan bermakna, insyaallah sangat bermanfaat.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ الْإسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ ، فَأَنْبِئْنِيْ مِنْهَا بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ ؟ قَالَ : لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ
Dari ‘Abdullâh bin Busr Radhiyallahu anhu berkata, “Seorang Badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, ‘Wahai Rasûlullâh, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak pada kami. Beritahukanlah kepada kami sesuatu yang kami bisa berpegang teguh kepadanya ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah lidahmu senantiasa berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla”
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya (IV/188, 190); at-Tirmidzi (no. 3375). Beliau berkata, “Hadits ini hasan gharib.”; Ibnu Majah (no. 3793) dan lafazh ini miliknya. Ibnu Abi Syaibah (X/89, no. 29944); Al-Baihaqi (III/371)
Sumber: "Keutamaan berdzikir mengingat Allah Ta’ala", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or id

Solusi riba yaa hidup sederhana, jangan berhutang dan belilah sesuai kebutuhan.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Banyak teman yang taubat dari riba namun setelah bertekad untuk bertaubat dia menemui banyak kesulitan, mungkin kebanyakan dari mereka menemui kesulitan disebabkan keinginan taubat dari riba namun kebiasaan mereka masih tetaplah sama, seperti gaya hidup dan belum mampu hijrah dari kebiasaan hidup konsumtif. 
Kata seorang ustadz menyebutkan, jika seseorang ingin taubat dari riba sebaiknya juga diikuti dengan merubah gaya hidup, menjadi gaya hidup yang sederhana, tinggalkan budaya berhutang, gemar menabung dan belilah sesuai kebutuhan dan jangan beli sesuai keinginan.
Seperti yang dituturkan oleh Ustadz Erwandi Tarmidzi dalam sebuah kajian, "biasakan hidup sederhana, menabung dan belilah sesuai kebutuhan dan jangan beli sesuai keinginan, karena kebanyakan praktek riba yang terjadi di Indonesia adalah didominasi oleh kredit konsumsi, dimana kebanyakan hutang riba didorong atas dasar keinginan, bukan berhutang atas kebutuhan mereka".
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallaahu ‘anhaa, bahwasanya dia mengabarkan, “Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di shalatnya:
( اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ, اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ)
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dari fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari hal-hal yang menyebabkan dosa dan dari berhutang“
Berkatalah seseorang kepada beliau:
( مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ مِنَ الْمَغْرَمِ؟ )
“Betapa sering engkau berlindung dari hutang?”
Beliau pun menjawab:
( إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ, حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ. )
“Sesungguhnya seseorang yang (biasa) berhutang, jika dia berbicara maka dia berdusta, jika dia berjanji maka dia mengingkarinya” (HR Al-Bukhaari no. 832 dan Muslim no. 1325/589)
Referensi dr "Hindari kebiasaan Berhutang", oleh Ustadz Sa'id Ya'i Ardiansyah Lc. MA. Di muslim.or.id

Islam Timor leste



Jika di Indonesia banyak Muslim yang menjadi murtad, ditandai dengan menurunnya jumlah Muslim di Indonesia dari tahun ke tahun(lihat data penduduk dri BPS), justru Perkembangan Islam di Timor Leste sungguh menggembirakan, diantaranya yakni ditandai dengan seorang Perdana Mentri Timor Leste adalah seorang Muslim yakni Bapak Mario Al Katiri, semoga jumlah Muslim di negri jiran tersebut terus berkembang, meskipun mereka saat ini masih minoritas ditengah pemeluk ajaran Katolik, aamiin.
Foto dari teman saya Ibrahim Mourinho Suwaresdi Timor Leste

Tidak ada peluang sikap sombong dalam Islam!


Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada seorang ustadz bilang boleh sombong dalam keadaan tertentu, ini perkataan yang sangat bathil dan sarat syubhat, karena jika merujuk Alquran dan Hadist sahhih maka kita temui tidak sedikitpun ada peluang untuk berlaku sombong dalam Islam, dalam perkara dan kondisi apapun. Akibat Syubuhat ini akhirnya menjadi pembenar ketika terjadi ucapan dan tindakan sombong yang dilakukan si ustadz, padahal Allah Ta’ala dan RasulNya melaknat orang-orang yang berlaku sombong dan memperingatkan orang-orang beriman menjauhi sifat sombong, dan memerintahkan untuk wajib bersikap tawadhu', rendah hati, waalahua'lam.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ {18}
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)
An Nawawi rahimahullah berkata, “Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/16.
Sumber referensi "Jauhilah Sifat Sombong", karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc di muslim.or.id.