Thursday, March 19, 2020

ALLAH AZZA WA JALLA CUKUP KIRIM MAKHLUK KECIL ITU DAN DUNIA TERGUNCANG




Oleh Siswo Kusyudhanto
Antum tau ukuran virus corona?, Melansir Antara, diameter virus corona diperkirakan mencapai 125 nanometer atau 0,125 mikrometer, bukan 400-500 mikrometer.
Satu mikrometer sama dengan 1.000 nanometer.
Ukuran diameter itu ditemukan oleh dua peneliti asal AS, yaitu Anthony R. Fehr dan Stanley Perlman dalam publikasi penelitian di situs Pusat Informasi Bioteknologi Nasional AS.
Fakta lain adalah virus corona bisa bertahan lebih dari 10 menit di permukaan, termasuk tangan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut virus corona baru (COVID-19) dapat bertahan selama beberapa jam, bahkan beberapa hari.
Kemudian, virus corona tidak mati hanya dalam udara bersuhu 26-27 derajat Celcius.
Sejatinya virus Corona cuma satu dari jumlah virus yang tidak diketahui, sebuah studi terbaru mengungkapkan ada 320.000 jenis virus yang juga bisa menginfeksi mamalia. Dan mungkin ada jutaan virus atau mikroorganisma di dunia ini yang belum diketahui oleh manusia.
Cukup satu jenis virus yang suuper kecil ini ternyata cukup menguncang dunia, pasar-pasar saham anjlok disejumlah negara, aktivitas ekonomi hancur di seluruh dunia, kegiatan belajar mengajar mandek dan seterusnya, semua aspek kehidupan mengalami dampak besar secara tiba-tiba.
Padahal itu baru satu virus saja yang berkembang, belum virus-virus berbahaya lainnya.
Kejadian ini membuktikan bahwa kehebatan manusia, kesombongan manusia akan segala ilmu dan fasilitas yang mereka miliki tidak ada apa-apanya ketika berhadapan dengan satu virus saja.
Terus apa yang akan disombongkan ? Kebanyakan manusia sombong dengan mengingkari kebenaran atas apa yang disampaikan oleh Allah dan RasulNya, bahkan banyak diantara mendebat apa-apa yang disampaikan oleh Allah dan RasulNya.
Orang yang sombong terhadap ajaran rasul secara keseluruhan maka dia telah kafir dan akan kekal di neraka. Ketika datang kebenaran yang dibawa oleh rasul dan dikuatkan dengan ayat dan burhan, dia bersikap sombong dan hatinya menentang sehingga dia menolak kebenaran tersebut. Hal ini seperti yang Allah terangkan dalam firman-Nya,
إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي ءَايَاتِ اللهِ بِغَيْرِ سًلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِن فِي صُدُورِهِمْ إِلاَّ كِبْرٌ مَّاهُم بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ {56}
“Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kesombongan yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. Ghafir:56)
Foto virus corona dibawah mikroskop sumber cnbc Indonesia
Teman-teman dapat juga mengikuti postingan ini di Instagram saya
https://www.instagram.com/p/B9yAmsUho6X/…
Semoga bermanfaat.

DITUDUH SESAT ???, SIKAPI DENGAN CARA POSITIF.



Oleh Siswo Kusyudhanto
Sejak banyak berinteraksi dengan banyak ustadz pemateri Kajian Sunnah dan melihat serta mendengar sikap mereka jadi paham bagaimana mengambil sikap ketika dikatain buruk, bahkan disebut sesat sekalipun, dan tidak sedikit kajian mereka dibubarkan oleh sebagian kelompok yang merupakan akumulasi kebencian mereka.
Misal Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas sejak dulu banyak kajian beliau dibubarkan dan banyak orang awam mengatakan beliau dengan banyak istilah buruk, mulai "ustadz wahabi", "ustadz mujasimah", "ustadz sesat" dan seterusnya, namun sejauh ini belum pernah beliau share dikajian beliau atau media sosial dan lainnya klarfikisai bahwa beliau bukan usatdz sesat dan seterusnya, dan beliau terus berdakwah dan menulis buku, bahkan tulisan beliau berupa buku mungkin jumlahnya ratusan judul dan banyak diantaranya masuk best seller di Indonesia, sebut saja "Buku Dzikir Pagi Petang" karya beliau konon terjual lebih dari 3 juta eksemplar, belum lagi seperti "Mulia Manhaj Salaf" yang sudah terjual ratusan ribu eksemplar, bahkan konon Habib Riziek punya buku ini, atau buku lainnya.
Melihat hal ini agak aneh jika ada seorang ustadz sebelah sering sampaikan ke publik bahwa dirinya tidak sesat, saya rasa sebuah sikap yang kurang pas bagi seorang pendakwah, karena tuduhan itu sudah menjadi resiko wajib bagi pendakwah dimanapun, sepatutnya sikap seperti Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas menjadi teladan bagi si ustadz, juga kita semua, jika dituduh sesat, wahabi, menyimpang dan seterusnya maka kita jawab dengan akhlak mulia, berusaha menjawab tuduhan itu dengan cara positif dengan terus belajar ilmu syar"i dan berusaha mengamalkannya juga mendakwahkannya, insyaAllah dengan usaha seperti itu suatu saat orang akan menilai diri kita lebih baik dari yang dituduhkan, dan sebaik-baik penilai adalah Allah Azza Wa Jalla, waallahua'lam.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لا تزالُ طائفةٌ من أمَّتي علَى الحقِّ ظاهرينَ لا يضرُّهم من خذلُهم حتَّى يأتيَ أمرُ اللَّهِ
“Akan selalu ada suatu kaum dari umatku yang menampakkan kebenaran. Orang-orang yang mencela mereka tidak akan membahayakan mereka, sampai datang perkara Allah (maut)” (HR. Tirmidzi no.2229, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
يأتي على النَّاسِ زمانٌ الصَّابرُ فيهم على دينِه كالقابضِ على الجمرِ
“Akan datang suatu masa, orang yang bersabar berpegang pada agamanya, seperti menggenggam bara api” (HR. Tirmidzi no. 2260, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
Sumber Referensi " Ketika da'i Tauhid dan Sunnah dituduh antek Kafir", karya Ustadz Yulian Purnama di web muslim.or
Teman-teman juga dapat melihat postingan ini di Instagram
https://www.instagram.com/p/B93Mv5yB7M4/?igshid=k6og5wshckvy
Semoga bermanfaat.

PESAN ORANG TUA YANG ORIENTASINYA AKHIRAT


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang ustadz mengatakan, " Banyak orang tua ketika anaknya sedang sekolah atau kuliah di lain kota pesannya hampir sama, kebanyakan mereka menasehati anaknya seperti ini, "Nak belajar yang giat, raih prestasi setinggi-tinginya, raih nilai yang bagus, bikin bangga orang tuamu, jangan bikin kecewa, kami orang tua sudah bersusah payah agar engkau punya masa depan yang bagus, dan jangan lupa sholat."
Nasehat orang tua seperti ini menunjukkan dalam hati mereka masih dipenuhi kepentingan dunia, karena setelah menyebutkan orientasi-orientasi dunia baru soal akhirat(sholat) asal jangan lupa.
Kenapa soal dunia demikian begitu penting dan soal akhirat asal jangan lupa?.
Harusnya ketika orang tua punya orientasi dihati mereka adalah akhirat dan dunia asal jangan lupa seperti ini:
Nak kami ingin dirimu selalu hadir di masjid ketika shalat fardhu berjamaah di masjid terdekat.
Kami akan memberikan motor kepadamu asal syaratnya motor itu minimal satu atau dua kali seminggu parkir ditempat kajian agama.
Nak ingat selalu bahwa akhiratmu adalah segalanya, perjuangkan sekuat tenaga dalam meraihnya.
Dan Jangan lupa belajar yang giat untuk meraih prestasi.
Adapun orang yang mendahulukan kenikmatan dunia, maka ia akan diberikan bagiannya di dunia ini, akan tetapi di akhirat ia tidak akan mendapatkan bagian apa-apa.
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan di akhirat lenyaplah semua yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. [Hûd/11:15-16].
Sumber Referensi "Kehidupan yang Hakiki", almanhaj.or
Teman-teman juga dapat melihat postingan ini di Instagram saya di
https://www.instagram.com/p/B96DVjiBL_m/?igshid=llxj15codfdx
Semoga bermanfaat.

Wednesday, March 11, 2020

JANGAN MENGECILKAN HAKEKAT DZIKIR KARENA WABAH CORONA


Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada nasehat seorang ustadz ketika melihat banyak orang share pentingnya dzikir pagi petang berkaitan dengan merebaknya wabah corona, kata beliau, "Dzikir dan doa itu maknanya sangat besar bagi seorang Muslim, dengan dzikir dan doa dia berkomunikasi dengan Rabbnya, maka dia akan selalu berdzikir dan berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla baik ada atau tidaknya wabah penyakit seperti corona.
Bagi seorang yang beriman wabah corona adalah musibah kecil, karena bagi orang beriman dinamakan musibah besar ketika harus menghadapi azab kubur dan azab neraka, bisa jadi kita selamat dari wabah corona, namun apakah kita dapat selamat dari azab kubur dan azab neraka?.
Disini kita perlunya selalu berdzikir dan berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla agar kita diberikan keselamatan di dunia dan terutama di akhirat kelak, waallahua'lam."
Dalam sebuah hadits disebutkan keutamaan dzikir,
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا، عِنْدَ مَلِيكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِعْطَاءِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ، فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ ” قَالُوا: بَلَى. قَالَ: «ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى»
Dari Abu ad-Darda` beliau berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Maukah kalian aku beritahu amalan terbaik, tersuci kalian disisi Allâh dan paling tinggi dalam derajat kalian serta lebih baik bagi kalian dari diberi emas dan perak dan lebih baik dari berjumpa musuh kalian lalu kalian penggal leher mereka dan mereka memenggal leher kalian? Mereka menjawab, ‘Ya.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Dzikir kepada Allâh.
TAKHRIJ
Hadits yang mulia ini dikeluarkan oleh Imam Mâlik dalam al-Muwatha` no. 524, Ahmad dalam Musnadnya no. 21702 , at-Tirmidzi dalam Sunannya no. 3377, Ibnu Mâjah dalam sunannya no. 3790, al-Hâkim dalam al-Mustadrak no.1825 dan ath-Thabrâni dalam kitab ad-Do’a no.1872. Hadits ini dishahihkan al-Albâni rahimahullah dalam Shahîh al-Jâmi no. 2629, Shahîh at-Targhîb wat Tarhîb no. 1493, Shahîh Sunan at-Tirmidzi dan Shahîh Sunan Ibnu Mâjah. Syaikh Syu’aib al-Arnâ’uth rahimahullah menyatakan bahwa hadits ini Sanadnya Shahîh dalam tahqiq beliau terhadap Musnad Imam Ahmad.
Sumber Referensi "Dzikir amalan terbaik dan tersuci", Sumber: Fikih al-Ad’iyah wal Adzkâr Syeikh Abdurrazaq al-Badr 1/33-38 dengan sedikit penambahan dan pengurangan)
Postingan ini dapat teman-teman ikuti di Instagram
https://www.instagram.com/p/B9YxAYchIFG/?igshid=2otmkgje04zl
Semoga bermanfaat.

Memperingati Isra Mi'raj tapi menolak menyakini Allah Azza Wa jalla di atas Arsy


Oleh Siswo Kusyudhanto
Sebentar lagi akan banyak masjid dan musholla mengadakan peringatan Isra Mi'raj, namun kebanyakan mereka yang merayakan peringatan Isra Mi'raj menolak mengatakan Allah Azza Wa Jalla diatas Arsy, padahal peristiwa ini adalah kisah dimana Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam melakukan perjalanan yang kemudian naik ke arsy untuk menemui Allah Azza Wa Jalla guna mengambil syariat shalat, waallahua'lam.
Isra` secara bahasa berasal dari kata ‘saro’ bermakna perjalanan di malam hari. Adapun secara istilah, Isra` adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Jibril dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Palestina), berdasarkan firman Allah :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha “ (Al Isra’:1)
Mi’raj secara bahasa adalah suatu alat yang dipakai untuk naik. Adapun secara istilah, Mi’raj bermakna tangga khusus yang digunakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk naik dari bumi menuju ke atas langit, berdasarkan firman Allah dalam surat An Najm ayat 1-18.
Di antara hadits shahih yang menyebutkan kisah ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya , dari sahabat Anas bin Malik :Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Didatangkan kepadaku Buraaq – yaitu yaitu hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, dia meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya (maksudnya langkahnya sejauh pandangannya). Maka sayapun menungganginya sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat yang digunakan untuk mengikat tunggangan para Nabi. Kemudian saya masuk ke masjid dan shalat 2 rakaat kemudian keluar . Kemudian datang kepadaku Jibril ‘alaihis salaam dengan membawa bejana berisi khamar dan bejana berisi air susu. Aku memilih bejana yang berisi air susu. Jibril kemudian berkata : “ Engkau telah memilih (yang sesuai) fitrah”.
Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit (pertama) dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Adam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian kami naik ke langit kedua, lalu Jibril ‘alaihis salaam meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril”. Dikatakan lagi:“Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kedua) dan saya bertemu dengan Nabi ‘Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariya shallawatullahi ‘alaihimaa, Beliau berdua menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit ketiga dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketiga) dan saya bertemu dengan Yusuf ‘alaihis salaam yang beliau telah diberi separuh dari kebagusan(wajah). Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit keempat dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab: “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit keempat) dan saya bertemu dengan Idris alaihis salaam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah berfirman yang artinya : “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi” (Maryam:57).
Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit kelima dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kelima) dan saya bertemu dengan Harun ‘alaihis salaam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit keenam dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Musa. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit ketujuh dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab, “Muhammad” Dikatakan, “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab, “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketujuh) dan saya bertemu dengan Ibrahim. Beliau sedang menyandarkan punggunya ke Baitul Ma’muur. Setiap hari masuk ke Baitul Ma’muur tujuh puluh ribu malaikat yang tidak kembali lagi. Kemudian Ibrahim pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha. Ternyata daun-daunnya seperti telinga-telinga gajah dan buahnya seperti tempayan besar. Tatkala dia diliputi oleh perintah Allah, diapun berubah sehingga tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang sanggup mengambarkan keindahannya
Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Allah mewajibkan kepadaku 50 shalat sehari semalam. Kemudian saya turun menemui Musa ’alaihis salam. Lalu dia bertanya: “Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas ummatmu?”. Saya menjawab: “50 shalat”. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Sesungguhnya saya telah menguji dan mencoba Bani Isra`il”. Beliau bersabda :“Maka sayapun kembali kepada Tuhanku seraya berkata: “Wahai Tuhanku, ringankanlah untuk ummatku”. Maka dikurangi dariku 5 shalat. Kemudian saya kembali kepada Musa dan berkata:“Allah mengurangi untukku 5 shalat”. Dia berkata:“Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”. Maka terus menerus saya pulang balik antara Tuhanku Tabaraka wa Ta’ala dan Musa ‘alaihis salaam, sampai pada akhirnya Allah berfirman:“Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari semalam, setiap shalat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 shalat. Barangsiapa yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa baginya) sedikitpun. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis(baginya) satu kejelekan”. Kemudian saya turun sampai saya bertemu dengan Musa’alaihis salaam seraya aku ceritakan hal ini kepadanya. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”, maka sayapun berkata: “Sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai sayapun malu kepada-Nya”. (H.R Muslim 162)
Untuk lebih lengkapnya, silahkan merujuk ke kitab Shahih Bukhari hadits nomor 2968 dan 3598 dan Shahih Muslim nomor 162-168 dan juga kitab-kitab hadits lainnya yang menyebutkan kisah ini.
Sumber Referensi " Kisah Isra Mi'raj", oleh Andika Minaoki di web muslim.or

Allah dan RasulNya melaknat suap menyuap


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah ketika membahas hadits larangan suap atau sogok, atau رشوة (rashua), beliau mengatakan jika seseorang duduk di rumah orang tuanya kemudian mendapatkan hadiah yang sama ketika dia duduk ditempat kerjanya maka tidak mengapa, namun ketika dia duduk dirumah orang tuanya dan tidak mendapatkan hadiah yang sama ketika dia duduk ditempat kerjanya, maka itulah sogok atau suap.
Maksudnya beliau mungkin jika orang tua memberikan hadiah kepada anaknya maka kemungkinan besar didasari keikhlasan, orang tua memberikan hadiah kepada si anak didasarkan kasih sayang dan tanpa berharap imbalan apapun dari si anak, sebaliknya jika kita bekerja dan duduk pada sebuah jabatan, dan karena jabatan itu kemudian ada orang memberikan hadiah tentu hal ini didasarkan kepada unsur kepentingan si pemberi, dia berharap imbalan atas hadiah yang diberikan mungkin berupa kemudahan urusan dan semacamnya dari si penerima hadiah, waallahua'lam.
Ketahuilah suap menyuap dilaknat oleh Allah dan RasulNya.
Laknat Allâh Azza wa Jalla bagi Pemberi Suap Dan Penerimanya
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الرَّاشِي وَالْمُرْتَشِي
Dari Abdullah bin ‘Amr, dia berkata: Rasûlullâh n bersabda, “Laknat Allâh kepada pemberi suap dan penerima suap”. [HR. Ahmad, no. 6984; Ibnu Majah, no. 2313. Hadits ini dinilai sebagai hadits shahih oleh syaikh al-Albani dan syaikh Syu’aib al-Arnauth]
Laknat Rasûlullâh bagi Pemberi Suap dan Penerimanya
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الرَّاشِىَ وَالْمُرْتَشِىَ.
Dari Abdullah bin ‘Amr, dia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu’alaihi wa sallam melaknat pemberi suap dan penerima suap. [HR. Ahmad, no. 6532, 6778, 6830, ; Abu Dawud, no. 3582; Tirmidzi, no. 1337 ; Ibnu Hibban, no. 5077. Hadits ini dinilai sebagai hadits shahih oleh syaikh Al-Albani dan syaikh Syu’aib al-Arnauth]
Sumber Referensi " SUAP, MENGUNDANG LAKNAT", Oleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari di web almanhaj.or
Postingan ini teman-teman dapat lihat juga di Instagram
https://www.instagram.com/p/B9kslhbBH0H/…
Semoga bermanfaat.

Pekanbaru menuju Kota Sunnah


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu Kota Pekanbaru dikunjungi rombongan sebuah Lembaga Dakwah Arab Saudi, mereka mengunjungi beberapa lokasi kelas bacaan Al-Qur'an yang ada di Kota Pekanbaru, dari hasil kunjungan ini mereka sangat senang dan kagum dengan banyaknya kelas-kelas bacaan Al-Qur'an yang tersebar mulai masjid dan musholla sampai ke perumahan-perumahan warga, menurut mereka sejauh berkunjung ke beberapa daerah di Indonesia mungkin Kota Pekanbaru inilah yang paling banyak dijumpai kelas-kelas bacaan Al-Qur'an.
Hal ini mungkin merupakan kemudahan dari Allah Azza wa Jalla dan juga hasil kerja keras para ustadz untuk mengajak warga belajar membaca Al-Qur'an dengan benar, diawali dari kelas bacaan Al-Qur'an di masjid-masjid dan lembaga pendidikan berbasis Kajian Sunnah.
Semoga hal seperti ini juga menjadi trend ke kota-kota lain di Indonesia, Aamiin.
InsyaAllah dengan makin banyaknya Umat Islam mengenal Al-Qur'an kemudian hari Islam akan berjaya di negri ini, Aamiin.
Allah Azza wa Jalla berfirman;
"Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian".(Al-Isro 82).
Foto kelompok Bacaan Al-Qur'an Masjid Ubay bin Ka'ab Sidomulyo Barat Maporyan Pekanbaru.
Postingan ini dapat teman-teman ikuti juga di Instagram saya di
https://www.instagram.com/p/B9kyQVQh0-f/…
Semoga bermanfaat.

KEMBALINYA KERIS SANG WAHABI


Oleh Siswo Kusyudhanto
Alhamdulillah, akhirnya dalam kunjungannya Raja Belanda meminta maaf secara resmi atas tindakan Pemerintah Belanda di masa lalu yang telah menjajah Indonesia selama 3,5 abad, waktu yang lama untuk sebuah penjajahan alias sistem Kolonialisme bercokol.
Namun hal yang terasa istimewa dari kunjungan Raja Belanda kali ini adalah dia mengembalikan keris salah satu pahlawan Nasional yakni Pangeran Diponegoro yang sempat nongkrong di negri eropa itu selama ratusan tahun. Meskipun dikalangan ahli sejarawan meragukan keaslian keris itu benar milik Pangeran Diponegoro, namun bukan itu yang kita bahas.
Membahas pahlawan satu ini jadi teringat salah hal yang sering digembar-gemborkan sebuah ormas bahwa wahabi tidak pernah berjuang sedikitpun untuk kemerdekaan negri ini, namun fakta menunjukkan sebaliknya, ada beberapa pahlawan Nasional sesungguhnya berpaham wahabi, hal ini dibahas dalam salah satu buku sejarah Islam Indonesia yang ditulis oleh Buya Hamka.
BERIKUT ini kami mengutip tulisan Prof. Dr. Hamka dari salah satu bukunya1, di mana beliau membahas tentang wahabi,
Mari kita baca tulisan Buya Hamka berikut ini. Beliau menulis:(1)
“Pada zaman Amangkurat IV, dengan kehendak Belanda diusirlah beberapa Muballigh Wahabi yang datang ke Jawa hendak mengajarkan Islam yang bersih kepada penduduk. Bahkan Amangkurat sendiri pun tertarik pada ajaran itu. Begitu pun keturunannya Pangeran Abdul Hamid Diponegoro, terang-terang hendak mendirikan Kerajaan Islam, dengan beliau sendiri menjadiAmiril Mukminin di tanah Jawa. Beliau ganti pakaian Jawa Lama dengan jubah dan serban. Maksud beliau niscaya akan berhasil, seandainya Kompeni tidak campur tangan.”(2)
1. Buku “Dari Perbendaharaan Lama” halaman 34.
2. Sampai di sini tulisan Buya Hamka.
Teman-teman juga dapat melihat postingan ini di Instagram
https://www.instagram.com/p/B9lGHTKh_Ar/…
Semoga bermanfaat.

KELAK DI AKHIRAT MASING-MASING ORANG HANYA PEDULI KESELAMATANNYA


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang menjelaskan keutamaan memperhatikan amalan diri sendiri, oleh karenanya perlu memperhatikan amalan ibadah kita secara detail agar amalannya menyelamatkan kita, karena kelak manusia di akhirat akan hanya peduli keselamatan diri sendiri, bahkan karena hal ini mereka mengabaikan hubungan kekerabatan seperti keluarga, kelompok, ormas, suku, lingkungan, satu negara dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa kelak di akhirat keselamatan masing-masing orang adalah urusan paling penting.
Dan penentuan seseorang selamat atau tidak kelak di akhirat ditentukan di dunia, bukan di akhirat, karena di akhirat adalah tempat dimana kita menerima hasil atas apa-apa yang kita kerjakan di dunia, waallahua'lam.
Allah Azza Wa Jalla berfirman,
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya”. (QS. ‘Abasa: 34-37)
Tafsir AL-Qurthubi menjelaskan,
أي تجيء الصاخة في هذا اليوم الذي يهرب فيه من أخيه ; أي من موالاة أخيه ومكالمته ; لأنه لا يتفرغ لذلك ، لاشتغاله بنفسه
“Yaitu ketika datangnya hari kiamat ia akan lari dari saudaranya yaitu lari dari berdekatan dan berbicara dengan saudaranya (keluarga). Ia tidak fokus (terlalu peduli) dengan hal tersebut karena sibuk dengan urusan dirinya.” [Tafsir Al-Qurtubi]
Sumber Referensi "
"Kenapa Seseorang Lari dari Anak, Istri, dan Orang Tuanya di Hari Kiamat?", Oleh dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Teman-teman juga dapat melihat postingan ini di Instagram saya di
https://www.instagram.com/p/B9nZKTChaeO/…
Semoga bermanfaat.

Monday, March 2, 2020

Dokter paling hebat saja tidak tau apa-apa tentang nyawa


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dapat cerita seorang teman dokter, dia bercerita bahwa ilmu kedokteran saat ini mampu menjelaskan banyak hal tentang fisiologi tubuh manusia, mulai bagaimana kerja organ pencernaan, organ pernafasan, sampai yang paling rumit seperti syaraf dalam tubuh manusia, namun dari semua ilmu kedokteran yang ada tidak satupun yang dapat menjelaskan bagaimana nyawa masuk ke tubuh manusia, kemudian dalam waktu tertentu tetap ditubuh seseorang, juga bagaimana ketika nyawa lepas atau keluar dari tubuh manusia. Atau yang simpel misal pertanyaan "dimana letak nyawa seseorang sehingga sebuah tubuh tetap hidup?".
Hal ini menunjukkan bahwa ilmu manusia sangat-sangat terbatas, sementara ilmu Allah Azza wa Jalla jauh diatas semua makhlukNya.
Ketika kita mengetahui hal ini yang dapat kita lakukan adalah mengimani apa-apa yang dijelaskan oleh Allah Azza wa Jalla, termasuk juga soal kematian dan selalu mengingatnya agar menjaga kita tetap istiqomah diatas amal ibadah dan ketaatan kepadaNya, waallahua'lam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. [An Nisa’:78].
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاَقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. [Al Jumu’ah:8].
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya. [Qaaf:19].
Kematian sebagai bukti nyata kekuasaan Allah, dan siapapun tidak ada yang dapat mengalahkanNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan [Al Waqi’ah:60].
Allah menantang kepada orang-orang yang menyangka bahwa mereka tidak dikuasai oleh Allah, dengan mengembalikan nyawa orang yang sekarat, jika memang mereka benar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلَوْ لآ إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ وَأَنتُمْ حِينَئِذٍ تَنظُرُونَ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَكِن لاَّ تُبْصِرُونَ فَلَوْ لآ إِن كُنتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ تَرْجِعُونَهَا إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan. Padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu.Tapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah). Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar. [Al Waqi’ah:83-87].
Manusia tidak akan lepas dari ajal, bahkan ajal itu meliputinya. Imam Bukhari telah meriwayatkan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا
Dari Abdullah, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis segi empat, dan Beliau membuat garis di tengahnya keluar darinya. Beliau membuat garis-garis kecil kepada garis yang ada di tengah ini dari sampingnya yang berada di tengah. Beliau bersabda,”Ini manusia, dan ini ajal yang mengelilinginya, atau telah mengelilinginya. Yang keluar ini adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya.” [HR Bukhari, no. 5.938].
Sumber Referensi " Mengingat Kematian", Oleh Ustadz Abu Isma’il Muslim Al Atsari di web almanhaj.or

JANGAN SAMPAI SALAH BEKAL


Oleh Siswo Kusyudhanto
Mendapat nasehat dari salah seorang ustadz tentang bekal akhirat, kata beliau "selalu perhatikan bekal kita, yakni berupa amalan selama di dunia, jangan sampai ketika dijemput kematian bekal kita ternyata bukan menyelamatkan kita disaat hisab, justru bekal kita malah menjerumuskan kita kedalam neraka."
Nasehat singkat tapi penuh makna, betapa celaka ketika masuk liang kubur ternyata bekal kita berupa amalan yang melanggar syariat Allah dan RasulNya, ternyata bekal yang kita bawa full kesyirikan, full kebid'ahan, full maksiat.
Menjadi renungan pentingnya ilmu agama untuk memilah yang hak dan bathil, sehingga kita mampu memilah mana perbuatan yang hak dan mana yang bathil.
Mungkin ini sebab kenapa orang menuntut ilmu agama dimudahkan menggapai surga, karena dengan ilmu agama dia mengetahui jalan menuju surga, dan berusaha menghindari perbuatan yang membawanya ke neraka, waallahua'lam.
Hidup seperti tiket sekali jalan, jangan sia-siakan dengan perbuatan yang melanggar syariat Allah dan RasulNya, insyaAllah.
Dalam sebuah ayat Allah Azza Wa Jalla mengisahkan penyesalan seseorang yang ingin kembali ke dunia untuk beramal saleh,
رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
“(Ketika datang kematian pada seseorang, lalu ia berkata): Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al Mu’minuun: 99-100).

KENAPA ANDA SAYA BLOKIR ?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang ustadz menjelaskan wajibnya menghindari orang bodoh, "ciri orang bodoh yang melekat kepadanya adalah ketika kita mengajak mereka untuk taat kepada Allah dan RasulNya dan menjauhi larangan Allah dan RasulNya, dia malah marah kepada kita, dan ketika kita sudah meminta maaf namun dia terus marah, dan secara syariat kita wajib meninggalkannya. Ciri orang bodoh juga dia tidak mengerti fungsi dari diturunkannya agama, dia suka berdebat dalam perkara agama, padahal fungsi agama diturunkan adalah untuk dipelajari dan diamalkan, bukan untuk menjadi bahan perdebatan. Waallahua'lam."
Mungkin dalam dunia sosial media lebih tepatnya adalah melakukan blokir kepada orang-orang yang marah ketika menyampaikan amar makruf nahi munkar, meskipun kita sudah meminta maaf namun mereka tetap marah, jika sudah demikian sepatutnya kita meninggalkan dia, dengan cara memaafkan dan mblokirnya, waallahua'lam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199)
Tafsir Ibnu Katsir:
‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan tentang firman-Nya, خُذِ ٱلۡعَفۡوَ “Jadilah engkau pemaaf,” Allah memerintahkan kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam supaya memaafkan kaum musyrikin selama sepuluh tahun (ketika beliau di Makkah), kemudian (setelah hijrah ke Madinah) Allah memerintahkannya supaya bersikap keras terhadap mereka.
Sejumlah perowi menuturkan dari Mujahid mengenai firman-Nya, “Jadilah engkau pemaaf,” ia mengatakan, yakni terhadap akhlak dan perilaku manusia, tanpa mencari-cari kesalahannya.
Hisyam bin Urwah menuturkan dari ayahnya, Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam agar memaafkan berbagai perilaku manusia. Dalam suatu riwayat, ia mengatakan, “Jadilah engkau pemaaf terhadap segala perilaku mereka kepadamu.” Dalam Shahih Bukhari dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, ‘Urwah, dari saudaranya, ‘Abdullah bin az-Zubair, ia mengatakan, “Allah menurunkan: “Jadilah engkau pemaaf,’ hanyalah berkenaan dengan akhlak manusia.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim sama-sama meriwayatkan: Yunus menuturkan kepada kami, Sufyan –yaitu Ibnu Uyainah­– menuturkan kepada kami, dari Umayya, ia mengatakan: Ketika Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan pada Nabi-Nya shallallahu ‘alayhi wa sallam ayat ini,
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan, “Apa ini, wahai Jibril?” Ia mengatakan, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu supaya memaafkan orang-orang yang berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang tidak memberi, dan menyambung orang-orang yang memutuskan perhubungan denganmu.” (Ath-Thabari (VI/ 154) dan Ibnu Abi Hatim (V/1638)
Sumber Referensi anacilacap.blogspot.c

Kajian Khusus Tuna Netra Masjid Umar bin Khattab Pekanbaru.




Oleh Siswo Kusyudhanto
Pagi ini saya ada diundang panitia kajian rutin khusus tuna netra di Masjid Umar bin Khattab jalan Delima Pekanbaru untuk meliput kegiatan mereka.
Begitu datang MasyaAllah, suasana jauh berbeda dengan kajian-kajian lainnya, karena mayoritas adalah tuna netra sehingga panitia sangat sibuk melayani peserta kajian, mulai datang harus dituntun menempati tempat duduk, sampai juga mengambil wudhu guna shalat tahiyatul masjid dan juga ketika mereka akan buang air kecil harus dituntun, MasyaAllah kesabaran panitia dalam melayani peserta kajian ini patut ditiru.
Kajian yang di gagas yayasan Ubudiyah ini juga mungkin kajian rutin termahal yang saya ketahui, karena sekali mengadakan kajian memerlukan dana sekitar 14 juta rupiah, dana yang di dapatkan dari beberapa donatur ini kebanyakan digunakan untuk transportasi para peserta kajian tuna netra dari rumah mereka ke tempat kajian, beberapa diantaranya datang jauh dari beberapa kota di Riau.
Sungguh duduk diantara teman-teman yang tidak memiliki penglihatan normal seperti mereka membuat banyak bersyukur, ternyata nikmat Allah Azza wa Jalla yang kadang kita anggap sepele namun bagi orang lain sangat berarti dan sangat besar artinya.
Semoga kajian khusus tuna netra seperti ini juga bermunculan di kota lainnya, agar teman-teman yang mengalami kekurangan fisik seperti tuna netra juga mendapatkan ilmu agama yang berguna bagi mereka, Aamiin

TIDAK PERLU MELAKUKAN BID'AH, KARENA SUNNAHNYA SUDAH DIAJARKAN NABI MUHAMMAD SHALALALLAHU ALAIHI WA SALLAM SEMUA.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang ustadz mengatakan, "dijaman sekarang di dunia ini perusahan secanggih apapun tidak ada satu perusahaan dimana mereka mengatur karyawannya bagaimana adab didalam kamar mandi, namun Islam sudah memberikan adab bagaimana harusnya didalam kamar mandi, berdoa sebelum masuk kamar mandi, kaki kiri dulu dilangkahkan ketika masuk dalam kamar mandi dan seterusnya. Jika urusan buang air kecil dan air besar saja yang sepele dimata manusia saja diatur oleh Islam, tentu mustahil Islam tidak mengatur hal yang jauh serius dalam agama seperti bagaimana berdzikir, bagaimana berdakwah, bagaimana bersedekah, bagaimana ketika ada orang mati, bagaimana shalat, bagaimana berjihad, bagaimana menegakkan agama ini dan hal lainnya.
Semua sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam sehingga tidak tersisa sedikitpun bagian kehidupan manusia yang tidak diatur oleh Islam.
Maka ketika kita menemukan sebuah perkara dalam kehidupan sehari-hari, kembalikan perkara itu kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam, bagaimana beliau bersikap atas perkara itu, bagaimana larangannya dan seruannya. Dari sana kita mengetahui mana yang hak dan mana yang bathil, karena mustahil ada urusan agama yang tidak beliau ketahui, karena manusia diatas permukaan bumi ini yang paling mengetahui Islam adalah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam, waallahua'lam.
Allah mengabarkan bahwa pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat teladan yang baik bagi segenap ummatnya. Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari Kiamat dan dia banyak menyebut Nama Allah.” [Al-Ahzaab/33: 21]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ayat yang mulia ini adalah pokok yang agung tentang meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai perkataan, perbuatan dan perilakunya. Untuk itu, Allah تَبَارَكَ وَتَعَالَى memerintahkan manusia untuk meneladani sifat sabar, keteguhan, kepahlawanan, perjuangan dan kesabaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menanti pertolongan dari Rabb-nya Azza wa Jalla ketika perang Ahzaab. Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat kepada beliau hingga hari Kiamat.”
Sumber Referensi "Wajibnya Mentaati dan Meneladani Nabi Shallallahu alaihi wa Salla", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or

Tingkatkan kualitas syukurmu




Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kesempatan dapat nasehat seorang ustadz tentang sikap syukur, kata beliau, "Harusnya bagi kita yang telah mengetahui sedikit tentang ilmu agama banyak bersyukur, dan utama meningkatkan kualitas syukur kita, jika orang awam mereka bersyukur ketika mendapat gaji, ketika mendapatkan arisan, ketika mendapatkan hadiah dan semacamnya, seharusnya kita lebih dari itu, sebaiknya kita juga bersyukur ketika mampu duduk di kajian, bersyukur ketika mampu shalat fardhu berjamaah, bersyukur ketika mampu membaca Al-Qur'an dan beramal ibadah lainnya, karena disisi Allah Azza wa Jalla yang mahal adalah nilai amal ibadah kita, sementara urusan-urusan dunia itu sangat murah disisi Allah Azza wa Jalla, waallahua'lam."
MasyaAllah nasehat yang senilai emas batangan, memang benar adanya kita sejauh ini hanya banyak bersyukur kepada perkara-perkara dunia, sementara soal amal ibadah malah menganggapnya murah akhirnya kita jarang bersyukur atas hal ini, waallahua'lam.
Syukur secara bahasa,
الثناء على المحسِن بما أَوْلاكَهُ من المعروف
“Syukur adalah pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya tersebut” (Lihat Ash Shahhah Fil Lughah karya Al Jauhari). Atau dalam bahasa Indonesia, bersyukur artinya berterima kasih.
Sedangkan istilah syukur dalam agama, adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Ibnul Qayyim:
الشكر ظهور أثر نعمة الله على لسان عبده: ثناء واعترافا، وعلى قلبه شهودا ومحبة، وعلى جوارحه انقيادا وطاعة
“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus Salikin, 2/244).
Allah Ta’ala berfirman,
فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون
“Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar” (QS. Al Baqarah: 152)
Sumber Referensi "Jadilah Hamba Allah yang bersyukur", karya Yulian Purnama di web Muslim.or