Saturday, September 30, 2017

Hidayah itu mahal

HIDAYAH ITU MAHAL KAWAN

Oleh Siswo Kusyudhanto

Ada teman saya yang baru kenal Dakwah Sunnah bercerita, saat ini dia menyesal ketika keadaan usahanya sedang gak bagus dia justru baru kenal Dakwah Sunnah," kok tidak dari dulu kenal dakwah ini, dulu saat usaha saya sedang bagus saya malah gunakan untuk berfoya-foya, dulu sering duduk di Mal atau Cafe, mendengarkan musik, makan minum dan kongkow dengan kawan-kawan, sekali duduk habis duit hingga ratusan ribu bahkan jutaan. Andai dulu saya kenal dakwah ini mungkin akan saya gunakan kekayaan saya itu untuk menyumbang bagi kegiatan dakwah seperti menyediakan mushaf Alquran, membantu pembangunan masjid, membantu pembangunan pondok pesantren, membantu mendanai sekolah tahfizh dan seterusnya. Sejak mendapat musibah, ditipu orang sampai milyaran rupiah dan orang itu lari, menghilang hingga sekarang tidak ketemu, usaha saya sekarang terpuruk, betapa menyesalnya saya". Saya cuma tersenyum mendengar keluhannya, lalu saya berkata, " Saya malah bersyukur antum dapat musibah, kemudian terpuruk.", teman saya kaget. " loh kok malah nyukurin?'. Lalu saya jelaskan, " ya jelas kalau lihat ceritanya dengan musibah dan keterpurukan usaha antum justru membuat tergerak untuk mendapatkan hidayah, andai Allah tidak menurunkan musibah kepada antum kemudian usaha antum tetap berjaya,  apakah ada kemungkinan antum mau duduk di kajian ilmu, apakah ada kemungkinan mau belajar membaca Alquran? apakah mau tergerak menyumbang mushaf dan seterusnya. Saya yakin jika tampa adanya musibah mungkin antum masih asyik duduk di Mal dan Cafe menikmati musik dan menghamburkan uang bersama teman-teman antum, waallahua'lam." Mendengar penjelasan saya teman saya sepertinya paham akan hal ini.
Ustadz Syafiq Reza Basalamah dalam salah satu kajiannya mengatakan, " Kadang Allah Azza Wa Jalla menurunkan musibah kepada manusia yang dipilihNya untuk mengingatkan manusia itu agar kembali ke jalanNya, kadang dari musibah seseorang adalah jalan hidayah baginya. Maka disisi yang lain musibah membawa hikmah bagi yang ditimpanya, karena merupakan jalan kebaikan bagi yang ditimpanya, waallahu'alam."

Allah ta’ala berfirman yang artinya,

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِيَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidaklah ada sebuah musibah yang menimpa kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah (bersabar) niscaya Allah akan memberikan hidayah kepada hatinya. Allahlah yang maha mengetahui segala sesuatu.” (QS At Taghaabun: 11)

Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi mengatakan, “Di dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menginformasikan bahwa seluruh musibah yang menimpa seorang individu di antara umat manusia, baik yang terkait dengan dirinya, hartanya atau yang lainnya hanya bisa terjadi dengan sebab takdir dari Allah. Sedangkan ketetapan takdir Allah itu pasti terlaksana tidak bisa dielakkan. Allah juga menyinggung barang siapa yang tulus mengakui bahwa musibah ini terjadi dengan ketetapan dan takdir Allah niscaya Allah akan memberikan taufik kepadanya sehingga mampu untuk merasa ridho dan bersikap tenang tatkala menghadapinya karena yakin terhadap kebijaksanaan Allah. Sebab Allah itu maha mengetahui segala hal yang dapat membuat hamba-hambaNya menjadi baik. Dia juga maha lembut lagi maha penyayang terhadap mereka.” (Al Jadiid, hal. 313).

Sumber:" Seberkas cahaya ditengah Gelapnya musibah", oleh Ari Wahyudi di web muslim.or.id

Bid'ah Hasanah dari Imam Syafii?

Imam Syafi'i adalah Ulama Ahlu Sunnah, bukan ulama Ahlul Bid'ah.

Oleh Siswo Kusyudhanto

Setiap kali menegur seseorang yang mengamalkan amalan bid'ah maka orang yang ditegur itu selalu berlindung dengan fatwa yang katanya dari Imam Syafi'i, yakni ada pembagian bid'ah Hasanah dan Bid'ah dholallah. Padahal fatwa yang dimaksud ada dalam Manakib Al Baihaqi, disampaikan dari salah satu murid beliau yakni Harmalah bin Yahya itu yang dimaksud adalah konteks istilah, bukan konteks amalan seperti yang dipahami para pelaku bid'ah. Maka ketika ditanyakan balik kepada mereka di kitab mana Imam Syafi'i mengajak pengikutnya mengamalkan amalan2 bid'ah seperti tahlil kematian, maulid nabi, shalawat nariyah dan seterusnya pasti terjadi skak mat, karena faktanya justru dalam kehidupannya Imam Syafi'i adalah ulama yang sering berdebat dengan para pelaku kebid'ahan sehingga digelari NASHIRUS SUNNAH(Penolong Sunnah).

Dalam sebuah kajian Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas mengatakan, " mereka yang mengamalkan amalan bid'ah sering berdalih menggunakan perkataan Imam Syafi'i tentang adanya bid'ah Hasanah dan Bid'ah Dholallah, padahal yang dimaksudkan beliau adalah dalam konteks istilah, bukan konteks amalan. Maka tidak akan kita temukan Imam Syafi'i mengajak orang lain untuk melakukan amalan bid'ah dikitab manapun karya beliau."

Imam Syafi’i Tidak Mempunyai Akidah?

Sesunguhnya para ulama di sepanjang zaman bersepakat bahwa Imam Syafi’i rahimahullah  adalah mujaddid di zamanya. [Al Khazain As Saniyyah (hal. 108) karya ‘Abdul Qadir Al Mandili] Karena keilmuan dan perjuangan beliau yang begitu gigih. Imam Ahmad, selaku muridnya, pernah mengatakan, “Dahulu ilmu fikih itu terkunci, sampai kemudian datang Imam Syafi’i membukanya.”

Jika seseorang yang memperhatikan madzhab Imam Asy Syafi’i dengan sebenar-benar perhatian, niscaya ia akan mendapatkan bahwa madzhab yang beliau dirikan adalah madzhab yang berasaskan ushul Ahlissunnah wal Jama’ah. Ini karena beliau melihat di zamannya banyak bermunculan kelompok-kelompok sesat yang berkembang, seperti Zindiq, Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah, dan ahli kalam lainnya. [Al Imam Asy Syafi’i wa Madzhabaih Al Qadim wal Jadid hal. 121 karya Dr. Ahmad Nahrawi ‘Abdussalam]

Imam Abul Muzhaffar As Sam’ani Asy Syafi’i rahimahullah dalam kitabnya, Al Intishar li Ash-habil Hadits, setelah beliau menjelaskan sikap Imam Asy Syafi’i terhadap ilmu kalam dan ahlinya, beliau berkata, “Tidak sepantasnya bagi seseorang yang membela madzhabnya dalam furu’ (fikih) namun kemudian membenci metodenya dalam ushul (akidah).” [Dinukil As Suyuthi dalamShaunul Manthiq]

Imam Ibnu Qayyimil Jauziyyah rahimahullah dalam Ijtima’ul Juyusyil Islamiyyah (hal. 150) menukilkan perkataan Imam Abu ‘Amru As Sahrawardi dalam kitab Ushuluddin, “Imam kami dalam ushul & furu’, yaitu Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris Asy Syafi’i

Sumber referensi, " Bermadhzab Syafi'i beraliran Asy'ari", karya Firman Hidayat di Musli.or.id

Islam lemah karena...

Kenapa Islam lemah?, Karena para lelakinya..

Oleh Siswo Kusyudhanto

Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Zubair Haawary mengatakan, " salah satu penyebab lemahnya Islam dijaman ini diantaranya karena dikalangan umat Muslim para lelakinya disibukkan dengan hal-hal yang tidak berguna bagi agama ini. Lihat saja banyak lelaki disibukkan dengan memancing, main gaple, nonton bareng sepakbola, main bilyard, duduk diwarung kopi dan banyak lagi kesia-siaan lainnya. Sangat sedikit para lelaki Muslim mau disibukkan dengan duduk dikajian ilmu agama, sangat sedikit lelaki Muslim disibukkan dengan menuntut ilmu agama, padahal ilmu itu adalah dasar dalam beramal dalam kehidupan sehari-hari, akibatnya sangat sedikit lelaki Muslim tau bagaimana menjadi ayah dan suami yang sesuai dengan ketentuan agama ini, sangat sedikit para lelaki memikirkan dan berjuang demi agamanya dan seterusnya."

Cahaya (An-Nūr):55 -" Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."

Tuesday, September 26, 2017

Sangat sedikit anak muda memikirkan akhiratnya.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Disebuah masjid Tampa sengaja saya duduk disebelah seorang pemuda bercelana cingkrang dan berjenggot panjang, dan selesai shalat berjamaah dia berdoa sendiri, dalam doanya dia menangis kesenggukkan sehingga air matanya membasahi jenggotnya, masyaAllah, salut, mungkin dia sedang menangisi dosanya selama ini, dan jarang ada anak muda demikian dalam beragama, kebanyakan anak muda yang saya kenal mengejar kesenangan dunia meperturutkan syahwatnya, dan sangat sedikit anak muda memikirkan perkara akhirat, waallahua'lam. Semoga dia termasuk anak muda yang dinaungi Allah kelak dipadang mahsyar aamiin.
Jadi teringat kajian Ustadz Syafig Reza Basalamah, beliau mengatakan, " salah satu golongan yang kelak dinaungi oleh Allah adalah anak muda/pemuda yang menjaga diri agar selalu diatas ketaatan beramal ibadah kepada Allah. Kenapa golongan ini diistimewakan?, Alasannya jelas, karena jika sudah berumur 40 tahun keatas tentu kebanyakan manusia akan memikirkan akhiratnya, sehingga diumur 40 lebih kebanyakan mulai memperbagus agamanya, karena mereka mengetahui kematian akan datang kepada mereka sebentar lagi, maka sebuah hal wajar mereka yang sudah berusia tua rajin shalat berjamaah dan beramal ibadah lainnya. Sementara jika ada anak muda yang sudah berfikir seperti orang tua maka itu masuk dalam kelompok yang istimewa, karena kebanyakan manusia di usia muda belum memikirkan akhiratnya dan cenderung memburu kesenangan dunia, waallahua'lam."
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ»
“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah..."HSR al-Bukhari (no. 1357) dan Muslim (no. 1031).
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin berkata, “Sesungguhnya sebab-sebab (yang mendukung terjadinya) penyimpangan dan (banyak) masalah (di kalangan) para pemuda sangat banyak dan bermacam-macam, karena manusia di masa remaja akan mengalami pertumbuhan besar pada fisik, pikiran dan akalnya. Karena masa remaja adalah masa pertumbuhan, sehingga timbullah perubahan yang sangat cepat (pada dirinya). Oleh karena itulah, dalam masa ini sangat dibutuhkan tersedianya sarana-sarana untuk membatasi diri, mengekang nafsu dan pengarahan yang bijaksana untuk menuntun ke jalan yang lurus”.
Referensi "Pemuda yang dinaungi oleh Allah", oleh Ustadz Abdullah Taslim di muslim.or.id

Islam apaan ini kok ini diharamkan itu diharamkan.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kajian Ustadz Syafiq Reza Basalamah kemarin memberikan saya catatan penting tentang perbedaan cara beragama yang benar sesuai syariat dan mana cara beragama yang asal asalan.
Ustadz Syafiq Reza Basalamah mungkin dapat menjawab sebagian pendapat di masyarakat yang menuding dakwah Sunnah merupakan gerakan dakwah garis keras, padahal apa yang mereka dakwahkan memang sudah dijelaskan oleh Allah dan RasulNya, bagaimana cara beragama yang benar.
Ada salah satu teman mengatakan Dakwah Sunnah yang diusung para ustadz terlalu ekstrem, seperti rokok diharamkan, musik diharamkan, bersalaman dengan wanita tidak halal diharamkan, dan seterusnya. Mungkin hal demikian karena belum sampai ilmu padanya sehingga berpendapat demikian, semoga Allah mudahkan dia, aamiin.
Dalam kajian kemarin Ustadz Syafiq Reza Basalamah mengatakan, " kadang ada orang mengatakan Islam apaan ini, kok dikit-dikit diharamkan, ya memang kalau kita mengikuti syariat Allah dan RasulNya demikian, banyak peraturan yang harus diikuti. Selama kita hidup didunia akan capek oleh peraturan ini dan itu, capeeekk kita, dan memang demikian adanya bagi orang beriman, mereka yang masuk golongan Mukmin seperti orang yang sedang dipenjara di dunia, ini diharamkan itu diharamkan, sementara orang yang kafir merasa dirinya bebas melakukan apa saja, bagi orang kafir akan banyak yang dihalalkan bagi mereka, dan mereka merasa hidup disurga berkat kesenangan yang dapat diraihnya karena sangat sedikit peraturan yang diikutinya."
Dunia itu penjara bagi orang beriman. Apa maksudnya?
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ »
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no. 2392)
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan, “Orang mukmin terpenjara di dunia karena mesti menahan diri dari berbagai syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan. Orang mukmin juga diperintah untuk melakukan ketaatan. Ketika ia mati, barulah ia rehat dari hal itu. Kemudian ia akan memperoleh apa yang telah Allah janjikan dengan kenikmatan dunia yang kekal, mendapati peristirahatan yang jauh dari sifat kurang.
Adapun orang kafir, dunia yang ia peroleh sedikit atau pun banyak, ketika ia meninggal dunia, ia akan mendapatkan azab (siksa) yang kekal abadi.”
Al-Munawi rahimahullah dalam Mirqah Al-Mafatih menjelaskan, “Dikatakan dalam penjara karena orang mukmin terhalang untuk melakukan syahwat yang diharamkan. Sedangkan keadaan orang kafir adalah sebaliknya sehingga seakan-akan ia berada di surga.”
Sumber Referensi " Dunia bagaikan Penjara bagi Orang Mukmin", oleh Ustadz Muhammad Tuasikal Msc. di rumoysho.co

Pertama ghuluw, selanjutnya taklid buta, kemudian bid'ah, kemudian syirik dan terakhir agama itu lenyap.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu di Instagram saya diskusi dengan seorang suster katolik dari Bogor, dalam diskusi awalnya biasa saja namun terakhir dia memojokkan saya dengan mengatakan, "semoga Yesus menuntunmu kejalan yang benar wahai domba tersesat", subhanallah. Kemudian saya mengatakan kepadanya hidayah atau kesesatan itu ukurannya dalil dari kitab suci, maka saya sampaikan bahwa dia sebenarnya sedang tersesat bahkan jika ditinjau dari Injil sekalipun. Si suster tidak percaya akan hal ini, lalu saya sampaikan, " coba ibu cari di ayat mana dalam Bibel/Injil perintah merayakan natal?, insyaAllah tak satupun ayat memuat perintah perayaan natal. Kalau dalam istilah kami natal adalah bid'ah, karena Isa Al Masih tidak sekalipun mengamalkan perayaan Natal, bahkan para sahabat nya juga tidak pernah merayakan natal. Tanggal kelahiran Isa Al Masih juga tidak ada sejarawan yang mengetahui kapan lahirnya, bahkan menurut beberapa ahli sejarah Isa Al Masih kemungkinan lahir ditanggal 15 Januari, bukan 25 Desember!?. Demikian juga soal berkumpul di hari Minggu kemudian bernyanyi nyanyi, di ayat mana dalam Bibel/Injil ada perintah demikian?, Bahkan Isa Al Masih tidak pernah mengamalkan demikian. Sementara dalam Islam berkumpul umat muslim di hari Jum'at diatur khusus dalam Surat Al Jumuah".
Setelah saya paparkan panjang lebar, akhirnya si suster katolik terdiam, semoga Allah memberikan hidayah kepadanya, aamiin.
Kalau ada pertanyaan kenapa dalam agama Nasrani banyak amalan bid'ah?, Juga sampai ada kerusakan Aqidah yang menganggap ada 3 kepribadian dalam satu dzat, atau yang disebut dengan trinitas?, Atau juga kenapa agama Nasrani sulit terlihat agama aslinya seperti yang dibawa oleh Isa Al Masih?, Jawabannya semua diawali dari ghuluw, berlebihan dalam agama.
Ustadz Abu Haidar As Sundawy ketika membahas tentang ghuluw menyebutkan Surat At Taubah 31, beliau mengatakan," didalam ayat disebutkan bahwa mereka mengangkat orang alim dan juga para ulama sebagai Tuhannya, ini bukan dalam makna harfiah dimana ada manusia menyembah manusia lainnya, namun artinya mereka berlebih dalam beragama, menganggap apa yang disampaikan para orang alim dan ulamanya pasti benar, sehingga mereka mengambil syariat -syariat bikinan para orang alim dan ulama, dan mereka meninggalkan syariat-syariat yang sudah ditetapkan oleh Allah. Padahal yang memiliki hak mutlak membuat syariat hanya Allah Azza Wa Jalla, waallahua'lam."
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا تُـطْـرُوْنِـيْ كَمَـا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَـرْيَمَ، فَإِنَّمَـا أَنَـا عَبْدُهُ، فَـقُوْلُوْا عَبْـدُ اللّـهِ وَرَسُوْلُـهُ
Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah, ‘‘Abdullâh wa Rasûluhu (hamba Allâh dan Rasul-Nya).’”-Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtashar asy-Syamaa-il al-Muhammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47).

Ancaman bagi yang suka mengurangi timbangan.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Selalu prihatin jika membeli buah duku atau buah yang dibeli dengan cara ditimbang, sering ketika ditimbang ulang tidak sesuai dengan akad belinya, semisal saat beli judulnya 2 kg pas ditimbang ulang ternyata cuma 1,7kg, berbeda 3 ons dengan akadnya, subhanallah, si penjual ini tampa mereka sadari membahayakan dirinya sendiri, semoga mereka yang sering mengurangi timbangan diberikan hidayah oleh Allah, aamiin.
Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, "sedih kadang kita memikirkan, sering kita jumpai para pedagang di pasar-pasar atau di jalanan menjual barang dagangannya dengan cara tidak jujur, mereka mencuri timbangan dengan kenikmatan dunia sesaat, padahal Tampa sadari mereka mencampakkan diri kepada azab neraka Wail yang pedih. Padahal sudah banyak para khatib, para kyai, para ustadz, para imam dalam shalat menyampaikan ayat Muthaffifin yang merupakan ayat dimana Allah mengancam siapa saja yang mengurangi timbangan dan berbuat curang dengan azab neraka Wail, namun itu berlalu begitu saja bagi mereka, bagi para pelakunya kenikmatan dunia yang sesaat lebih diutamakan dari ancaman neraka. Berapa sih keuntungan dari mengurangi timbangan?, 500 juta?, 10 juta? 5 juta, berapapun keuntungan yang mereka dapatkan dari mengurangi timbangan dan berbuat curang tidak ada bandingnya dengan beratnya ancaman azab dari Allah Azza Wa Jalla kelak, waallahua'lam."
Allah Azza Wa Jalla berfirman :
وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ﴿١﴾الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ﴿٢﴾وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ﴿٣﴾أَلَا يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ﴿٤﴾لِيَوْمٍ عَظِيمٍ﴿٥﴾يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam (QS. al-Muthaffifîn/83:1-6)
Makna muthaffifîn
Kata wail (وَيْلٌ) artinya adzab yang dahsyat di akherat. Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata, “Itu adalah satu jurang di Jahannam, tempat mengalirnya nanah-nanah penghuni neraka.”
Sumber Referensi," Mencurangi Timbangan dan Timbangat membuat kerusakan didunia dan azab di Akhirat", oleh Ustadz Abu Minhal Lc. Di muslim.or.id

Friday, September 22, 2017

Cinta dunia hanya sementara

Apa yang kita cintai tak selamanya bersama kita(dunia hanya sementara).

Oleh Siswo Kusyudhanto

Dunia yang kita cintai hanya kita nikmati sesaat saja.
Saya mendapat cerita dari seorang ustadz yang sekiranya kita dapat mengambil pelajaran darinya.
Dikisahkan ada seorang bapak tua, beliau termasuk orang berkecukupan, sangat membanggakan mobil mewahnya, sebuah mobil Pajero sport yang sudah dimodifikasi total, dan sudah menghabiskan banyak dana. Hal itu demi memuaskan dirinya akan penampilan mobil, setiap saat selalu berfikir apa yang perlu dimodifikasi pada mobil itu sehingga tak terasa sudah puluhan juta digunakan hanya memodifikasi mobilnya.
Pada suatu pagi di bapak ini mencuci sendiri mobilnya, dia ingin memastikan benar mobilnya bersih sesuai keinginannya sehingga dia tidak mau menyucikan ditempat cucian mobil.
Dari pagi dia sudah mencuci mobil itu, mulai disabun setiap bagian mobil itu hingga dibilas, setelah itu dia poles sehingga nampak mengkilat. Karena asyik mencuci mobilnya tak terasa sudah beberapa jam dia melakukan hal itu. Menjelang siang tiba-tiba si bapak mendapat serangan jantung, mungkin karena begitu capeknya, saat itu juga dia meninggal dunia.
Maka siang itu para tetangga dan anggota keluarganya berkumpul dirumah si bapak untuk menyelenggarakan proses pemandian dan mensholatkannya.
Ketika akan dibawa menuju pemakaman terjadi masalah, ternyata kerabat yang mencari ambulance tidak mendapatkan satupun ambulance yang dapat digunakan dikota itu, padahal tempat pemakaman jauh dari rumah almarhum.
Karena sulit mendapatkan pinjaman ambulance akhirnya ada seorang tetangga mengusulkan untuk membawa mayat di bapak dengan mobil Pajero sportnya, namun hal ini ditentang oleh anak-anak di bapak tua, " itu mobil mahal, jangan digunakan untuk membawa mayat, cari mobil yang lain saja", namun diantara anak sibapak juga tidak mau mobil mereka digunakan untuk membawa mayat di bapak.
Tidak beberapa lama akhirnya ada seseorang yang terketuk hatinya menawarkan mobilnya untuk membawa mayat di bapak ke pemakaman, yakni sebuah mikrolet butut yang sudah berkarat disana-sini.
Akhirnya sore itu mayat si bapak dibawa ke area pemakaman dengan mikrolet yang penampilannya buruk, diiringi dibelakangnya oleh mobil Pajero sport milik si bapak.
Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

Orang-orang yang berlomba mengejar kesenangan dunia ini ibarat orang-orang yang berada dalam sebuah permainan yang melalaikan, tidak lama lagi permainan itu akan berakhir dan menyisakan kelelahan yang tidak berarti.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya ? [al-An’âm/6: 32]

Imam al-Alûsi rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah semua perbuatan yang dikhususkan hanya untuk kehidupan dunia ini seperti main-main dan senda gurau, yaitu tidak bermanfaat dan tidak tetap (kekal). Dengan penjelasan ini, sebagaimana dikatakan oleh banyak ulama’, amal-amal shalih yang dilakukan di dunia ini tidak termasuk (main-main dan sendau gurau), seperti ibadah dan perbuatan yang dilakukan untuk kebutuhan pokok dalam kehidupan.”

Sumber referensi"Kerugian yang hakiki", oleh Ustadz Abu Ismail Al Atsyari di almanhaj.or.id

Apa itu bid'ah?

Beramal sebaik-baik nya namun sia-sia, itulah bid'ah.

Oleh Siswo Kusyudhanto

Ada teman bertanya apa itu bid'ah, maka saya jelaskan secara sederhana agar memahaminya, saya kutip dari apa yang disampaikan Ustadz Syafig Reza Basalamah, lalu saya jelaskan, bid'ah itu seperti shalat Subuh empat raka'at, meskipun ada bacaannya Ayat Alquran didalamnya, bacaannya benar, semua gerakannya adalah gerakan shalat yang benar, namun karena dilakukan menyelisihi syariat maka ya sia-sia, karena syariat Shalat Subuh cuma dua raka'at saja. Hanya Shalat Subuh dua raka'at saja yang diterima oleh Allah, selain melakukan diluar itu semisal raka'at nya dikurangi atau ditambah itu sia-sia belaka,  waallahua'lam.
Alhamdulillah teman saya paham mendengar penjelasan dari saya.

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.” (All-Mulk : 2)

Al-Fudhail berkata: “Maksud yang lebih baik amalnya dalam ayat ini adalah yang paling ikhlas dan paling benar.” (Tafsir al-Baghawi, 8:176)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)

Sumber referensi "Hadist-hadist Bid'ah", oleh Yulian Purnama di muslim.or.id

Kapan wajibnya poligami?

Kapan poligami menjadi wajib?( IMB: Ijin Menambah Bini)

Oleh Siswo Kusyudhanto

Dalam sebuah kesempatan seseorang bertanya kepada Ustadz Abu Salma (Jambi), "ustadz kondisi seperti apa sehingga seorang lelaki wajib berpoligami?", Ustadz menjawab, " menjadi keharusan berpoligami bagi seorang lelaki ketika seorang istri saja tidak cukup baginya, semisal istri dalam keadaan sakit atau ada udzur sehingga tidak dapat melayani sang suami, dan jika dia tidak melakukan poligami kemungkinan akan mendatangkan mudharat yang lebih besar baginya, karena syahwatnya tidak tercukupi maka kemungkinan dia dapat terjerumus pada perbuatan zina dan fitnah pada dirinya. Maka untuk menghindari seorang lelaki terfitnah zina dan demi menjaga kehormatan dirinya agar tetap terjaga dari perbuatan itu dia menyelamatkan diri dengan poligami, namun sekiranya si lelaki tidak dapat berlaku adil jangan melakukan poligami, waallahua'lam."

Adapun makna perintah dalam firman Allah Ta’ala,

{وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ}

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat” (QS an-Nisaa’:3).

Perintah Allah dalam ayat ini tidak menunjukkan wajibnya poligami, karena perintah tersebut dipalingkan dengan kelanjutan ayat ini, yaitu firman-Nya,

{فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلَّا تَعُولُوا}

“Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya” (QS an-Nisaa’:3).

Sumber: "Poligami bukti keadilan Allah Ta'ala", karya Ustadz Abdullah Taslim, di web muslim.or.id

Menaikkan kain saja masih didebat?

Menaikkan kain saja masih didebat, bagaimana dengan jihad atau hal yang lebih berat?

Oleh Siswo Kusyudhanto

Dalam suatu waktu ada seseorang bertanya kepada Dr.Zakir Naik, " bagaimana pendapat anda soal isbal(kain menutupi mata kaki), ada sebagian Muslim menganggap itu sebuah keharusan untuk menaikkan kain, namun ada juga sebagian Muslim menganggap tidak mengapa menutup mata kaki dengan kain?", Beliau menjawab, " setiap Muslim harusnya punya sikap samina wa atho'na, dengar dan taati terhadap perkataan Allah dan RasulNya, kalau hanya perintah menaikkan kain saja masih didebatnya lalu bagaimana cinta Muslim itu yang diberikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam?".
Benar juga perkataan beliau, kalau perintah menaikkan kain saja masih didebat juga, padahal itu perintah yang sangat ringan amalannya, bagaimana orang itu menjalankan perintah jihad harta dan nyawa yang jauh lebih berat dari sekedar menaikkan kain?.

Hadits ini dalil terlarangnya isbal bagi laki-laki, yaitu menjulurkan atau memakai pakaian hingga melebihi mata kaki. Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
ما أسفل من الكعبين من الإزار ففي النار

“Kain yang panjangnya di bawah mata kaki tempatnya adalah neraka” (HR. Bukhari 5787).

Hadits ini bantahan telak bagi pendapat yang mengatakan bolehnya isbal jika bukan karena sombong.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengingkari sahabatnya yang isbal tanpa mengecek maksud sahabat tersebut ber-isbal karena suatu maksud yang mengandung kesombongan atau tidak. Dan ini sering beliau lakukan kepada para sahabat, diantaranya juga kepada Ibnu ‘Umar:
مَرَرْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي إِزَارِي اسْتِرْخَاءٌ فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللَّهِ ارْفَعْ إِزَارَكَ! فَرَفَعْتُهُ. ثُمَّ قَالَ: زِدْ! فَزِدْتُ. فَمَا زِلْتُ أَتَحَرَّاهَا بَعْدُ. فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ: إِلَى أَيْنَ؟ فَقَالَ: أَنْصَافِ السَّاقَيْنِ

“Aku (Ibnu Umar) pernah melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sementara kain sarungku terjurai (sampai ke tanah). Beliau pun bersabda, “Hai Abdullah, naikkan sarungmu!”. Aku pun langsung menaikkan kain sarungku. Setelah itu Rasulullah bersabda, “Naikkan lagi!” Aku naikkan lagi. Sejak itu aku selalu menjaga agar kainku setinggi itu.” Ada beberapa orang yang bertanya, “Sampai di mana batasnya?” Ibnu Umar menjawab, “Sampai pertengahan kedua betis.” (HR. Muslim no. 2086)

Sumber referensi"isbal tidak karena sombong juga diingkari Nabi", oleh Yulian Purnama, di muslim.or.id

Ponpes Kandang Sapi

Pondok Imam Nawawi Rimba Melintang, pondok pesantren dari kandang sapi.

Oleh Siswo Kusyudhanto

Beberapa hari yang lalu saya bertemu Ustadz Abu Daud, beliau adalah pimpinan Pondok Imam Nawawi Kecamatan Rimba Melintang Rokan Hulu Riau, sejenak saya berbicara mengenai sejarah berdirinya Pondok Pesantren Imam Nawawi, merupakan ponpes Bermanhaj Salaf yang cukup lama berdirinya, menurut beliau dahulunya kelas yang digunakan oleh para santri disana asalnya dari kandang sapi. Beliau berkisah awalnya ada rencana untuk pengadaan sapi bantuan untuk didaerah Rimba Melintang, kemudian dibuatlah beberapa kandang sapi untuk menampung sapi yang akan diperbantukan, namun karena sesuatu hal akhirnya rencana ini gagal, dan kandang sapi yang sudah di lantai semen serta sudah beratap itu terbengkalai. Melihat keadaan ini Ustadz Abu Daud bersama ustadz lainnya berinisiatif untuk dipergunakan menjadi sebuah kelas pondok pesantren, maka jadilah kandang sapi itu menjadi kelas untuk proses belajar mengajar sampai hari ini.
Saat ini Pondok Pesantren Imam Nawawi memiliki jumlah santri 158 orang, dan diharapkan fasilitas yang sederhana saat ni berkembang menjadi lebih baik lagi.

Lebih lengkapnya simak video ini

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=%23&ved=0ahUKEwiDtJuYqazWAhWFro8KHZjgCg8QwqsBCB0wAA&usg=AFQjCNF1sHlk2z9QIx28jtvfnGP_UlkifA

Bagaimana bentuk kredit Syar'i?

Bagaimana bentuk sebenarnya kredit syar'i?

Oleh Siswo Kusyudhanto

Banyak teman bertanya diinbox bagaimana bentuk transaksi kredit syar'i, karena mereka sering mendengar posting soal ini namun tidak paham bagaimana pelaksanaannya.
Saya akan sampaikan sebuah ilustrasi sederhana agar mudah dipahami, meskipun sebenarnya materi soal ini sangat banyak, bahkan pelatihan kredit syar'i bagi penggiat usaha ini perlu berhari-hari. Materi ini saya kutip dari apa yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, seorang pakar bab Muamalah syariyyah, penulis buku penting soal muamalah yang termasuk best seller karena dicetak sampai belasan kali yakni "Harta Haram Muamalat kontemporer".
Jika kita mengambil kredit konvensional semisal untuk pengambilan produk sebuah sepeda motor, semisal harga motor 12 juta, maka pihak leasing akan menambahkan bunga berlaku berdasarkan lamanya tenor dan uang administrasi, semisal ditotal selama mengangsur menjadi 15 juta, juga dalam pasal kredit ada hukuman atas keterlambatan pembayaran berupa denda yang akan dibebankan kepada konsumen. Ini bentuk transaksi yang diharamkan secara syariat karena mengandung riba dan denda jika terjadi keterlambatan membayar angsuran yang disepakati.
Dalam kredit syar'i, motor dari dealer dibeli oleh pihak sponsor(tangan ketiga) seharga 12 juta, kemudian sponsor mengambil keuntungan sebesar 3 juta, dan sebagian keuntungan juga diberikan kepada pelaku bisnis kredit syar'i, sehingga harga yang berlaku bagi konsumen adalah 15 juta, jumlah 15 juta inilah yang dibagi berapa lama pengambilan kredit. Dengan demikian transaksi yang berlaku dalam kredit syar'i adalah JUAL BELI dengan pembayaran mundur.
Jadi hutang yang dibebankan kepada konsumen sama-sama 15 juta, namun satunya cara bathil yang dilarang dalam syariat, satunya sejalan dengan cara yang dibenarkan syariat.
Untuk lebih mengetahui bentuk kredit syar'i secara detail teman-teman dapat membaca buku Harta Haram Mualat Kontemporer", karya Ustadz Erwandi Tarmizi, semoga tulisan ini bermanfaat. Syukron.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

“Dan Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”. [al Baqarah : 275].

Dakwah Manhaj Salaf

Manhaj Salaf mengajak umat meninggalkan cara beragama primitif.

Oleh Siswo Kusyudhanto

Ada teman minta saran di inbox tentang sekolah tinggi mana yang diambil untuk tempat kuliah, saya sarankan untuk mengambil kuliah di sekolah tinggi dengan paham Ahlu Sunnah Manhaj Salaf, pertimbangan saya karena kedepannya insyaAllah tenaga pengajar atau ustadz Bermanhaj Salaf sangat dibutuhkan seiiring makin pesatnya jumlah pengikut Manhaj Salaf di Indonesia.
Perubahan itu sangat terasa, perkembangan jumlah jamaah kajian Manhaj Salaf misal seperti di Pekanbaru ataupun dikota lainnya, meskipun jumlah masjid berbasis Sunnah didirikan namun selalu penuh dengan jama'ah.
Sungguh luar biasa perkembangan jamaah di Indonesia meskipun diterpa fitnah, diperlakukan buruk diBanyak daerah, dihalangi pembangunan masjidnya, namun semua itu justru membuat masyarakat yang mayoritas penduduknya Muslim penasaran dan mencari kebenaran atas segala fitnah itu, dan pada akhirnya mereka menemukan bahwa yang mereka dengar hanyalah fitnah belaka. Justru mereka menemukan pemahaman beragama yang benar, sesuai kaidah syariat, karena setiap amalan diusahakan diatas dalil Sahhih dari Al-Quran dan Hadist Sahhih.
Saya sendiri pernah ditanya, "apa yang antum rasakan mengenal Dakwah Salaf?", Jawaban saya singkat, " saya merasa sudah dimerdekakan dari cara beragama primitif, beragama hanya didasari perkataan seseorang, sekarang saya merasa merdeka untuk menanyakan dalil atas sebuah amalan, jika Sahhih saya mengikutinya, jika dhaif atau maudhu' dapat saya tinggalkan."
Dan yang jelas saya rasakan yakni soal akhlak, dulu ketika menyikapi perbedaan selalu ujungnya main anarkis, main bubarin amalan orang, atau bertindak lebih dari itu, namun sekarang jika ada perbedaan kembali kepada Al-Qur'an dan Hadist yang sahhihah.
Semoga Istiqomah diatas Manhaj Salaf, aamiin.

Ilmu dahulu

Ilmu yang memudahkan tumbuhnya leasing non riba.

Oleh Siswo Kusyudhanto

Beberapa waktu yang lalu bertemu dengan seorang teman yang termasuk dalam pasukan anti riba Al Fadl, beliau sering melayani konsumen yang akan mengambil kredit secara syar'i, menurutnya kendala utama usaha ini adalah ilmu mengenai Muamalah(transaksi) belum banyak dipahami oleh kebanyakan umat Muslim, sehingga mereka tidak paham alur bisnis kredit non riba, sehingga ketika mereka melakukan pengambilan barang dan terjadi sesuatu mereka sering mempertanyakan,  kok begini, dan begitu.
Pasukan riba yang dibentuk selain bertujuan punya kemampuan untuk memproses permintaan akan kredit syar'i, juga mereka dibekali pengetahuan secara detail ilmu Muamalah, sehingga dapat menjelaskan kepada konsumen dan umat Muslim yang masih awam agar mengetahui bagaimana bentuk transaksi dalam kredit syar'i. Oleh karenanya mereka sering mengadakan pelatihan, workshop dan diskusi mengenai ilmu Muamalah.
Kesimpulannya jelas bahwa hanya dengan cara menyebarkan ilmu Muamalah yang benar kepada umat Muslim, kemudian mengajak mereka mengamalkannya dalam bentuk transaksi yang benar adalah jalan utama menumbuhkan leasing syar'i ditengah masyarakat. Tampa ilmu mustahil ada amalan yang benar.

Umar bin al-Khottob radhiyallahu ‘anhu juga berkata :

لَا يَبِعْ فِي سُوقِنَا إِلَّا مَنْ قَدْ تَفَقَّهَ فِي الدِّينِ

“Janganlah berjualan di pasar kami orang yang belum paham tentang ilmu agama” (riwayat at Tirmidzi)

Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu berkata:

الْعِلْمُ إمَامُ الْعَمَلِ وَالْعَمَلُ تَابِعُهُ

“Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikut ilmu” (Dari kitab al-Amru bil Ma’ruf wan nahyu anil munkar karya Ibnu Taimiyyah halaman 15).

Referensi "Ilmu dulu baru amal", karya Fuad Hamzah Baraba di muslim.or.id

Foto salah satu work shop pasukan anti riba di Pekanbaru.

Jangan lihat dengan aneh

Jangan lihat dengan aneh orang yang baru ngaji !

Oleh Siswo Kusyudhanto

Beberapa waktu yang lalu saya duduk dihalaman Masjid Raudhatul Jannah menunggu seorang teman, saat itu ada kajian Ustadz Abu Qotadah yang dikhususkan bagi Muslimah, nampak banyak akhwat masuk masjid, dari sekian banyak yang hadir tidak semua berpakaian sesuai kaidah syariat menunjukkan mereka baru kenal Dakwah Sunnah, banyak diantaranya masih memakai jilbab hanya dibagian kepala, bahkan ada yang menggunakan jeans, MasyaAllah.
Jadi ingat kajian Ustadz Abdullah Zein, beliau mengatakan," Jangan melihat aneh orang yang hadir di kajian ilmu karena penampilan mereka yang tidak syar'i, mereka yang baru kenal Dakwah ini mungkin juga perlu proses menuju penampilan yang sesuai standartnya syar'i, sama dengan kita dulu, kita juga perlu proses untuk berubah, jenggot saja perlu tumbuh berminggu-minggu, apalagi pemahaman seseorang akan agama, perlu waktu untuk mencapai pemahaman yang benar. Maka jangan sekali-kali melihat aneh dan asing kepada yang baru mengaji agar mereka mereka merasa nyaman didalam menuntut ilmu syar'i."

Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun” (QS. An Nahl [16] : 78)
Allah juga mengatakan kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَى
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang sesat , lalu Dia memberikan petunjuk.” (QS. Adh Dhuha [93] : 7). Dan yang dimaksudkan adalah ‘Dia mendapatimu dalam keadaan tidak mengetahui apa yang dia ajarkan dari Al Kitab dan Al Hikmah (kecuali dengan petunjuk-Nya, pen).

Sumber referensi"Setiap Hamba dalam keadaan tidak tau arah", oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal MSc. Di rumoysho.co

Allah merahasiakan Nya?

Allah merahasiakan Hari kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam dari Ahlul Bid'ah.?

Oleh Siswo Kusyudhanto

Beberapa kali mengikuti kajian soal tanggal kelahiran nabi bersama para ustadz, baru mengetahui bahwa tanggal nabi ternyata tidak ada yang tau secara pasti, para ulama hanya mengetahui bulan dan tahunnya saja.
Maka maulid nabi sangat kelihatan amalan yang dipaksakan, karena perayaan itu tidak ada dasarnya sama sekali, jika disebutkan adalah bukti kecintaan kepada Rasulullah, pertanyaannya apakah yang menyelenggarakan acara seperti itu lebih mencintai Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam dari para sahabat beliau?, Padahal para sahabat Nabi adalah orang-orang yang dimuliakan oleh Allah, bahkan dijamin tempat di Surga, dan mereka tidak pernah merayakan maulid nabi. Waallahua'lam.
Juga soal waktu kapan diadakan, merayakan maulid nabi ibarat merayakan hari ulang tahun tapi tidak pernah tau kapan hari kelahirannya, pokoknya ulang tahun.

--*******--
Kapan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir? Apakah benar tanggal 12 Rabi’ul Awwal?
Oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal MSc di web Muslim.or.id

Kita sudah paham bahwa Hari kelahiran Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– adalah hari Senin. Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim no. 1162)

Sedangkan tahun kelahiran beliau adalah pada tahun Gajah. Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad berkata,

لا خلاف أنه ولد صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بجوف مكّة ، وأن مولده كان عامَ الفيل .

“Tidak ada khilaf di antara para ulama bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir di kota Mekkah. Dan kelahirannya adalah di tahun gajah.”

Kapan Tanggal dan Bulan Lahir Nabi Muhammad?
Sedangkan mengenai tanggal dan bulan lahirnya Nabi kita –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, hal ini masih diperselisihkan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa beliau lahir tanggal 8 Rabi’ul Awwal, seperti pendapat Ibnu Hazm. Ada pula yang mengatakan tanggal 10 Rabi’ul Awwal. Dan yang masyhur menurut jumhur (mayoritas) ulama adalah pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Selain itu ada yang mengatakan, beliau dilahirkan pada bulan Ramadhan, ada pula yang mengatakan pada bulan Shafar. Sedangkan ahli hisab dan falak meneliti bahwa hari Senin, hari lahir beliau bertepatan dengan 9 Rabi’ul Awwal. Dan inilah yang dinilai lebih tepat.

Jika kita meneliti lebih jauh, ternyata yang pas dengan tanggal 12 Rabi’ul Awwal adalah hari kematian Nabi ­-shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Meski mengenai kapan beliau meninggal pun masih diperselisihkan tanggalnya. Namun jumhur ulama, beliau meninggal dunia pada tanggal 12 dari bulan Rabi’ul Awwal, dan inilah yang dinilai lebih tepat.

Jika demikian, yang mau diperingati pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal apakah kematian beliau?! Wallahul musta’an.

Perselisihan di atas juga menunjukkan bahwa perayaan Maulid Nabi tidaklah begitu urgent, karena seandainya itu ingin diperingati, maka seharusnya ada konsensus para ulama yang menetapkan tanggal pasti perayaannya biar umat tidak berselisih sebagaimana jelas untuk Idul Fithri tanggal 1 Syawal dan Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah.

Lagian para sahabat Nabi pun tidak pernah merayakan Maulid Nabi. Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali bin Abi Tholib tidak pernah memperingati maulid. Kalau seandainya perayaan Maulid Nabi dituntunkan tentu pula mereka akan lebih dahulu mencontohkan pada kita.

Law kaana khoiron lasabaqunaa ilaih, seandainya amalan tersebut baik tentu para sahabat akan mendahului kita untuk melakukannya.

Hanya Allah yang memberi petunjuk.

Referensi:
Fatwa Syaikh Sholih Al Munajjid no 147601

Kenapa bikin surga dan neraka?

Kenapa Allah bikin Surga dan Neraka?, Kenapa kok gak bikin Surga aja tanpa bikin Neraka, biar semua masuk Surga?.

Oleh Siswo Kusyudhanto

Kadang dalam kajian ada saja orang yang mengajukan pertanyaan iseng, dan kadang pertanyaan ini bikin gusar ustadz yang mengisi materi dikajian itu.
Suatu ketika seseorang bertanya kepada Ustadz Maududi Abdullah, pertanyaan nya, " ustadz kenapa Allah bikin Surga dan Neraka?, Kenapa Allah gak bikin Surga Tampa bikin Neraka biar semua manusia didunia masuk Surga semua?."
Ustadz menjawab dengan suara agak tinggi," Pertanyaan seperti ini sebenarnya melawan  kaidah yang berlaku yakni ada salah dan ada yang benar, ada pahala dan ada dosa,  kalau mempertanyakan kenapa Allah menciptakan Surga dan Neraka, kenapa tidak buat saja Surga Tampa Neraka biar masuk surga semua, ini sama halnya mempertanyakan kenapa dalam hukum manusia seseorang yang bersalah dihukum, semisal seorang manusia akan menerima hukuman karena perbuatannya membunuh, merampok, memperkosa dan seterusnya. Juga sama halnya mempertanyakan kenapa pemerintah mendirikan penjara untuk memenjarakan orang yang bersalah. Kenapa ketika hukum manusia dia tidak mempertanyakan keberadaan nya sementara giliran Allah menerapkan hukumNya justru dipertanyakan?. Ketahuilah Allah tidak pernah berbuat zalim sedikitpun kepada umatNya, Allah memberikan pahala dan dosa sesuai perbuatan yang dilakukan masing-masing orang Tampa kesalahan sedikitpun, waallahua'lam."

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ ﴿٧﴾ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, [al Insyiqaq / 84 : 7-8].

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ﴿١٠﴾فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا﴿١١﴾وَيَصْلَىٰ سَعِيرًا

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). [al Insyiqaq / 84:10-12].

إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ﴿٢٥﴾ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ

Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka. [al Ghasyiyah / 88 : 25-26].

الْيَوْمَ تُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ ۚ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Pada hari ini, tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. [al Mu’min / 40 : 17].

Thursday, September 14, 2017

Jangan sampai pemahaman Laillahaillallah kita lebih buruk dari Abu Jahal dan Abu Lahab.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kesempatan Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, "Kenapa Abu Jahal dan Abu Lahab tidak mau melafadzkan Laillahaillallah?, Sebabnya karena mereka tau jika sampai terjadi mereka melafadzkan itu artinya mereka tidak boleh menyembah selain Allah, mereka ketika melafadzkan itu artinya dalam amalannya tidak boleh berharap sesuatu selain Allah, dan harus mengikuti semua aturan yang telah ditetapkan oleh Allah. Maka sungguh naif dijaman ini jika ada Muslim dan Muslimah mereka sangat fasih melafadzkan Laillahaillallah, namun tidak paham konsekuensi dari apa yang mereka lafadzkan, mereka masih berharap sesuatu selain Allah, mereka masih berharap berkah pada tempat atau sesuatu benda yang diyakini mendatangkan kebaikan kepada mereka. Mereka fasih dalam melafadzkan Laillahaillallah namun disisi yang lain masih juga melakukan kesyirikan.
Jika dibandingkan soal pemahaman dan pengetahuan dari Laillahaillallah maka Abu Jahal dan Abu Lahab lebih memahaminya dari pelaku kesyirikan, oleh karenanya jangan kita lebih buruk memahami Laillahaillallah dari Abu Jahal dan Abu Lahab, yakni dengan menjadikan Allah tempat satu-satunya bergantung, dan tau konsekuensi dari lafadz Laillahaillallah, tidak sebatas fasih melafadzkannya saja"
Maka orang yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah” wajib mengilmui makna dari “Laa ilaaha illallah” itu sendiri. Allah Ta’ala berfirman:
{فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ } [محمد:19]
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain Allah” (QS. Muhammad: 19)
Ia juga berfirman:
{إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ} [الزخرف:86]
“kecuali mereka mengetahui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)” (QS. Az Zukhruf: 86)
Para ahli tafsir menjelaskan, maksud dari “illa man syahida” adalah ‘kecuali mereka yang mengetahui’ apa yang mereka syahadatkan tersebut oleh lisan dan hari mereka”. Dari Utsman bin ‘Affan radhiallahu’anhu beliau berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, akan masuk surga”
Sumber referensi"Inilah 7 syarat Laillahaillallah", oleh Yulian Purnama di muslim.or.id

BEST SELLER UNTUK PAKET BUKU SAKU!!!


Hampir 100 paket buku saku Aqidah terjual sampai hari ini, masyaAllah. Menunjukkan banyak Muslim di negri ini haus ilmu yang sesuai kaidah Sunnah.
Cukup dengan 100 ribu untuk 12 buku saku yang penting dalam perkara Aqidah Tauhid.
Buku saku paket Aqidah Tauhid, terdiri dari buku penting berkenaan dengan bagaimana bertauhid dengan benar, ini penting karena Aqidah adalah pondasi seseorang dalam beramal ibadah, diantara bukunya yakni :
1. Buku"Tuntunan Praktis Cara Bermanhaj yang benar", karya Syaikh Abu Muhammad Ibnu Shalih bin Hasbullah.
2. Buku"Bimbingan Islam untuk Pemula", karya Abu Muhammad Ibnu bin Hasbullah.
3.Buku"Syarat dan Rukun Tauhid", karya Syaikh Abu Muhammad Ibnu bin Hasbullah.
4.Buku"Apa itu Sunnah?", Karya Syaikh Abu Muhammad Ibnu Shalih bin Hasbullah.
5.Buku"Jangan Tinggalkan Sunnah", karya Syaikh Azhari Ahmad Mahmud.
6.Buku"Sudah Benarkah Ibadah Saya", karya Syaikh Izzudin Karimi Abu Khair.
7.Buku"Penjelasan Dasar Dua Kalimat Syahadat", karya Syaikh DR.Shalih bin Fauzan al Fauzan.
8.Buku"Inti Ajaran Islam", karya Syaikh Abdul Aziz Bin Baz.
9.Buku"10 Pembatal KeIslaman", karya Syaikh Abu Khalid Nashir bin Sa'd bin Sa'id as-Saif.
10.Buku"Apa itu Bid'ah?", karya Syaikh Abu Muhammad Ibnu Shalih bin Hasbullah.
11.Buku"Takwa Sepanjang Hari", karya Syaikh Izzudin Karimi Abu Khair.
12.Buku"Dosa-Dosa dalam Keseharian Kita", karya Syaikh Izzudin Karimi Abu Khair.
Harga 100 ribu(12 buku saku), belum termasuk ongkos kirim, bagi teman-teman yang berminat silahkan hubungi WA 081378517454, semoga menjadi info yang bermanfaat syukron.
By Siswo Kusyudhanto

Dakwah kami adalah mengIslamkan orang


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu dapat share dari teman di Padang bahwa salah satu bentuk dakwah teman-teman di Sumatera Barat adalah membina masyarakat di daerah Mentawai, sebuah gugusan pulau terluar dari Indonesia di Laut Selatan. Salah satu bentuk kegiatannya adalah dengan memberikan pelayanan khitan gratis bagi para Mualaf didaerahnya itu.
Dengan dipimpin Ustadz Elvi Syam rombongan dakwah Surau TV menggunakan Speedboat beberapa jam hingga sampai daerah itu.
Mendengar hal tersebut sangat kontras dengan berbagai tuduhan buruk pada gerakan dakwah ini, seperti gerakan dakwah ini suka mengkafirkan dan semacamnya, padahal apa yang kami lakukan adalah mengIslamkan masyarakat, bahkan sampai tempat terpencil seperti Kepulauan Mentawai ini, yang dulunya sangat sedikit orang beragama Islam di daerah ini, namun berkat kemudahan dari Allah dan usaha dakwah terus menerus yang tak pernah kenal lelah, dengan perlahan tapi pasti makin banyak orang bersyahadat, memeluk Agama Islam sebagai jalan hidupnya.
Semoga Allah mudahkan usaha dakwah ini, aamiin.
Semoga informasi ini dapat menjadi bukti nyata dakwah kami jauh dari yang dituduhkan. Syukron.

MasyaAllah Siaran tv Dakwah Sunnah menjangkau Rakyat Timor Leste


Alhamdulillah berkat nikmat teknologi yang diberikan Allah Azza Wajalla akhirnya materi tv Dakwah Sunnah seperti Surau TV dapat dinikmati di wilayah Timor Leste. Semoga siaran tv berbasiskan Sunnah ini dapat menjadi asbab Hidayah bagi masyarakat di Timor Leste yang mayoritas penduduknya beragama Katolik itu, aamiin.
Siapa bilang kami suka mengkafirkan? Sesungguhnya usaha kami adalah mengislamkan, insyaAllah.
By Siswo Kusyudhanto

Nasehat bagi mereka yang tertimpa ujian


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam salah satu kajiannya Ustadz Subhan Bawazier mengatakan, " ketika ujian datang ketahuilah itu adalah cara Allah untuk mendewasakan umatnya, pasti selalu ada hikmah dibalik ujian yang diberikan kepada seseorang, mungkin dengan ujian itu dia menjadi lebih sabar dan lebih bijak dalam menyikapi masalah yang dia hadapi. Bersabarlah ketika menghadapi ujian, karena tidak ada keadaan musibah terus menerus, atau sebaliknya tidak ada hidup enak terus menerus, dalam perjalanan hidup seseorang pasti menjumpainya secara bergantian.
Setelah datangnya ujian pasti ada nikmat luar biasa setelahnya, ibarat kalau antum minum segelas air dalam keadaan tidak berpuasa, maka segelas air itu seperti hal yang sepele, sesuatu yang biasa saja, lain halnya ketika antum dalam keadaan berpuasa, seharian menahan haus dan lapar, bertahan tetap berpuasa setelah melewati hari yang panas, ketika menjelang senja dan berbuka puasa ketika meminum segelas air maka akan terasa luar biasa nikmatnya, demikian juga dengan ujian, ketika seseorang dapat bersikap bijak dan bersabar ketika menghadapi ujian akan terasa nikmat luar biasa setelahnya, dan ketika menghadapi ujian serupa dikemudian hari akan terasa ringan baginya".
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
واعلم أن النصر مع الصبر ، وأن الفرج مع الكرب ، وأن مع العسر يسرا
“Dan ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu beriringan dengan kesabaran. Jalan keluar beriringan dengan kesukaran. Dan sesudah kesulitan itu akan datang kemudahan.” (Hadits riwayat Abdu bin Humaid di dalam Musnad-nya dengan nomor 636, Ad Durrah As Salafiyyah hal. 148)
Sumber referensi"secercah cahaya ditengah gelap", karya Ari Wahyudi Msi., Di muslim.or.id

Hanya dalam logika setan bergembira ketika ada sebuah masjid dirobohkan.




Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu ada teman menegur saya karena dia tau saya melakukan shalat di sebuah masjid yang dikenal pusat kajian sebuah kelompok, maka saya jawab mengutip perkataan Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, "kedudukan masjid adalah sama didalam timbangan syariat, kecuali ada masjid yang dikhususkan lebih mulia dibandingkan dengan masjid lain seperti Masjidil Haram, Masjidil Aqsha dan Masjid Nabawi, selain itu sama saja." Teman saya bilang, " gak takut bahaya, itu Khan masjid si Anu", saya jawab, "gak ah, gak takut sama sekali, karena masjid diatas muka bumi ini adalah rumah Allah, dan Allah jamin keselamatan kita berada di masjid-masjidNya. Makanya kalau ada masjid berdiri apapun kelompok yang mendirikan wajib kita bergembira, dan sebaliknya kalau ada orang bergembira dan bersyukur ada masjid dirobohkan mungkin orang itu sudah ditipu setan, karena hanya setan yang bergembira ketika ada masjid yang dirobohkan."
Maka ketika mendengar kabar dari teman di Manokwari dimana ada sebuah masjid dihentikan pembangunannya oleh sebagian orang bikin sedih, karena jika tidak ada masjid tentu tidak ada amal ibadah ditempat itu. Lebih sedih lagi ketika ada kabar dari Bogor Masjid Imam Ahmad bin Hanbal dan Masjid Al arqhom di Pekalongan yang merupakan pusat kajian Sunnah di daerah itu juga dihentikan pembangunannya, dan parahnya yang menghendaki penghentian pembangunan adalah juga orang Muslim.
Semoga Allah menolong rumah-rumahNya, aamiin.
Allah berfirman,
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At Taubah : 18).

Beragama yang benar itu mudah kok, cuma iitiba' kepada Rasullullah insyaAllah selamat.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang bertanya kepada Ustadz Maududi Abdullah, " tadz apakah amalan tahlil kematian ini benar?", ustadz cuma menjawab, "kaidahnya jika antum menemui sebuah amalan, kembalikan lagi amalan itu kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam, karena tidak ada manusia dimuka ini memahami agama Islam sebaik beliau, jika beliau pernah amalkan maka benar, jika beliau tidak pernah amalkan dan tidak pernah diperintahkan oleh beliau jelas menyimpang dari jalan yang benar. Misal seperti tahlil kematian ini, dijaman beliau dan para sahabat ada ribuan orang mati karena perang dan sakit, namun tidak ada satupun kisah disebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam melakukannya, juga para sahabat nabi tidak melakukannya. Dan bagi para pembela amalan itu jika mengatakan bahwa Nabi Muhammad Shallahu alaihi Wassalam tidak melakukannya karena sibuk atau tidak sempat itu adalah pernyataan sangat jahil, perkataan seperti ini sama saja menuduh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam menyembunyikan sebuah amalan dari umatnya, dan itu jelas mustahil, semua perkara dalam agama ini telah disampaikan semua oleh beliau, tidak ada satupun tertinggal atau disembunyikan.
Bukan hanya perkara ini, perkara apapun yang antum temui maka kembalikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam untuk menilai apakah ini perkara yang benar atau salah, waallahua'lam."
Allah Azza wa Jalla berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) menjelaskan, “Ini merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla terbesar yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka. Sehingga, mereka tidak memerlukan agama lain dan tidak pula Nabi lain selain Nabi mereka, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla menjadikan beliau sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin. Sehingga, tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang diharamkannya, dan tidak ada agama kecuali yang disyari’atkannya. Semua yang dikabarkannya adalah haq, benar, dan tidak ada kebohongan, serta tidak ada pertentangan sama sekali. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا
“Dan telah sempurna kalimat Rabb-mu (Al-Qur-an), (sebagai kalimat) yang benar dan adil …” [Al-An’aam: 115]
Maksudnya benar dalam kabar yang disampaikan, dan adil dalam seluruh perintah dan larangan. Setelah agama disempurnakan bagi mereka, maka sempurnalah nikmat yang diberikan kepada mereka.
Sumber referensi " Islam adalah agama yang sempurna", Karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, di web almanhaj.or.id
Maka cara beragama yang benar itu mudah, tinggal ikuti yang dicontohkan Nabi Muhammad Shallalahu alahi Wassalam, insyaAllah selamat.

Pasukan Anti Riba Al Fadl Pekanbaru


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dakwah Sunnah selain selalu mendakwahkan bahaya riba kepada masyarakat luas, terutama kepada kaum Muslimin, dalam bentuk nyata juga membuka jalan solusi bagi masyarakat agar terlepas dari perkara riba, diantaranya yakni dengan memberikan layanan pembiayaan non riba, atau biasa disebut dengan kredit syar'i.
Salah satu usaha pembiayaan syar'i yang cukup berkembang di Pekanbaru adalah Al Fadl, mereka sudah membuka layanan dibeberapa kota tingkat Kabupaten di Riau, dan yang terbaru yakni di KOta Bangkinang. Oleh karenanya mereka memperdayakan tenaga marketing yang handal untuk dapat mewujudkan usaha ini, yang dikenal dengan " Pasukan anti Riba".
Semoga gerakan anti riba ini meluas, tidak saja sebatas di wilayah Riau, juga wilayah lainnya di Indonesia agar ekonomi umat terselamatkan dari kerusakan perbuatan riba, semoga usaha ini dapat menyelamatkan umat muslim dari azab perkara riba kelak, aamiin.

Masih menganggap Allah ada dimana-mana?, Lalu Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam ketika Isra' Mi'raj pergi kemana?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada sebagian umat muslim dengan pemahamannya meyakini keberadaan Allah ada dimana-mana, bahkan ada dalam diri manusia, dan ini sejatinya berlawanan dengan banyak dalil Sahhih baik dari Al-Quran ataupun hadist Sahhih, bahkan hadist dengan derajat Muttawatir, diatas Sahhih.
Dan kalau mengikuti pemahaman bahwa Allah ada dimana mana tentu akan muncul banyak pertanyaan yang tidak dapat terjawab, semisal "kenapa manusia punya fitrah dalam berdoa selalu menengadah keatas, apapun agamanya, mereka berdoa seakan yang diminta ada diatas", atau ketika seseorang menghadapi masalah berat dia selalu berharap ada bantuan dari atas dengan mengatakan, "kita serahkan saja yang diatas", dan banyak lagi.
Namun mereka yang memahami Allah ada dimana-mana selalu kebingungan ketika ditanya, " ketika Isra'Mi'raj Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam pergi kemana? Keatas?, Kemana-mana? Atau kemana?". Padahal dengan lugas Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam menyampaikan kepada kita umatnya bahwa beliau pergi keatas langit, melakukan perjalanan panjang menyaksikan surga dan neraka, juga untuk bertemu Allah dan mengambil syariat Shalat di langit, dan semua ulama secara mutlak membenarkan kisah ini, tidak ada keraguan bagi orang yang beriman atas peristiwa ini.
Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah menyebutkan, " yang paling mengetahui Allah adalah Allah sendiri, jika Dia sudah mengatakan diriNya beristiwa' diatas langit dalam banyak ayat didalam Al-Quran maka wajib kita menerimanya dan mengimani perkataan Allah Azza Wa Jalla itu. Dan hal ini adalah pemahaman yang benar sesuai fitrah manusia."
Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas menuliskan :
Termasuk iman kepada Allah adalah iman kepada apa yang diturunkan Allah Azza wa Jalla dalam Al-Qur-an yang telah diriwayatkan secara mutawatir dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam serta yang telah disepakati oleh generasi pertama dari ummat ini (para Sahabat Radhiyallahu anhum) bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berada di atas semua langit[1], bersemayam di atas ‘Arsy[3], Mahatinggi di atas segala makhluk-Nya, Allah tetap bersama mereka dimana saja mereka berada, yaitu Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ
“Lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy.” [Al-A’raaf: 54]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “…Pandangan yang kami ikuti berkenaan dengan masalah ini adalah pandangan Salafush Shalih seperti Imam Malik, al-Auza’i, ats-Tsauri, al-Laits bin Sa’ad, Imam asy-Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan Imam-Imam lainnya sejak dahulu hingga sekarang, yaitu mem-biarkannya seperti apa adanya, tanpa takyif (mempersoalkan kaifiyahnya/hakikatnya), tanpa tasybih (penyerupaan) dan tanpa ta’thil (penolakan). Dan setiap makna zhahir yang terlintas pada benak orang yang menganut faham musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk), maka makna tersebut sangat jauh dari Allah, karena tidak ada sesuatu pun dari ciptaan Allah yang menyerupai-Nya. Seperti yang difirmankan-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
‘Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.’ [Asy-Syuuraa: 11]
Sumber referensi"Ahlu Sunnah menetapkan Allah beristiwa' diatas Arsy", oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or.id

Membangun umat dimulai dari membaca Alquran.



Oleh Siswo Kusyudhanto
Pagi tadi saya menerima telepon dari Pak Supriyadi, beliau adalah Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Soralangun, Jambi. Beliau menyampaikan berita bahwa projects dakwah kami yakni tahsin, kelompok belajar bacaan Al-Qur'an untuk para napi sudah dilaksanakan kemarin sore, mendengar berita itu sungguh bikin hati senang, akhirnya terlaksana juga tujuan kami membuat kajian Tajwid untuk para warga binaan.
Kegiatan ini dipimpin oleh seorang ustadz senior didaerah itu, beliau adalah Ustadz Syarif, sekedar info dulu beliau satu angkatan dengan Ustadz Firanda Adirja di Ponpes Jamillurahman Yogyakarta.
Sementara kegiatan tahsin ini diikuti oleh 25 napi dan jika dalam evaluasinya dirasa memberi manfaat bagi para warga binaan mungkin akan ditambah lagi peserta yang diperbolehkan mengikutinya, dan dalam jangka panjang kami berharap model tahsin ini dapat menjadi proyek percontohan bagi lapas lainnya tidak saja di Jambi namun lapas-lapas lainnya di Indonesia, aamiin.
Terima kasih yang mendalam kepada para donatur yang telah menyumbangkan buku iqro'dan tajwid sehingga kegiatan tersebut dapat dilaksanakan, semoga amal ibadah antum diterima Allah Azza Wa Jalla, aamiin.
Membaca Al Quran adalah perdagangan yang tidak pernah merugi
{الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)}
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
قال قتادة رحمه الله: كان مُطَرف، رحمه الله، إذا قرأ هذه الآية يقول: هذه آية القراء.
“Qatadah (wafat: 118 H) rahimahullah berkata, “Mutharrif bin Abdullah (Tabi’in, wafat 95H) jika membaca ayat ini beliau berkata: “Ini adalah ayat orang-orang yang suka membaca Al Quran” (Lihat kitab Tafsir Al Quran Al Azhim).
Asy Syaukani (w: 1281H) rahimahullah berkata,
أي: يستمرّون على تلاوته ، ويداومونها .
“Maksudnya adalah terus menerus membacanya dan menjadi kebiasaannya”(Lihat kitab Tafsir Fath Al Qadir).
Sumber referensi, " Keutamaan membaca Alquran", karya Ustadz Ahmad Zainuddin, di muslim.or.id