Sunday, October 27, 2019

Kenapa sakit membuat seseorang makin dekat kepada Allah Azza wa Jalla ?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa hari yang lalu sempat masuk angin berat, sampai tidak kuat berdiri, akhirnya tergolek diatas pembaringan, penyebabnya mungkin kecapekan disertai lupa makan, ditambah kehujanan ketika mengantar paket pesanan buku teman juga mengantar beberapa kotak Mushaf Al-Qur'an ke ekspedisi untuk kelas-kelas bacaan Al-Qur'an dibeberapa masjid disejumlah daerah, ini harus saya antar meskipun hujan karena ditunggu banyak orang, kalau terlambat tentu kelas bacaan Al-Qur'an akan terlambat juga untuk dilaksanakan.
Saat sakit seperti itu jadi banyak mengingat Allah Azza wa Jalla, Alhamdulillah, benar nasehat seorang ustadz ketika membahas sebuah hadits bahwa sakit membersihkan dosa seseorang, karena dalam keadaan sakit seseorang sehebat apapun akan turun kesombongan yang ada pada dirinya, ini disebabkan karena orang yang sedang sakit merasa dalam keadaan paling lemah, dan pada saat seperti itu dia sangat membutuhkan pertolongan dzat yang jauh lebih kuat darinya yakni Tuhannya, Allah Azza wa Jalla.
Ini adalah alasan kenapa orang yang sedang sakit sering berdoa dan minta didoakan kesembuhan kepada orang lain.
Waallahua'lam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya. (HR. Muslim)
Sakit juga akan Membawa Keselamatan dari api neraka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,” Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi. (HR. Muslim)
Sumber Referensi "Rahasia dibalik Sakit", karya Abu Hasan ST. Di web Muslim.or

Syubhat dalam Video Gus Nur


Oleh Siswo Kusyudhanto
Banyak teman-teman yang sudah mengenal Dakwah Salaf men-share video pengakuan Gus Nur tentang kesadaran beliau akan kebenaran perkataan Ustadz Khalid Basalamah bahwa musik haram, dan sejak meninggalkan mendengar musik Gus Nur merasa hidup lebih nyaman dari sebelumnya, Alhamdulillah ikut senang dengarnya, ini sama rasanya seperti ketika saya meninggalkan hobby mendengar musik jazz di masa lalu, ternyata jauh menenangkan meninggalkan musik.
Semoga suatu hari Gus Nur rujuk ke Manhaj Salaf, Aamiin.
Sekilas video ini bagus sehingga banyak dishare teman-teman, namun sebenarnya ada beberapa bagian yang mengandung muatan syubhat, seperti "Ambil baiknya dan tinggalkan buruknya", dan syubhat ini sudah populer didalam masyakarat, bahkan diserukan beberapa ustadz terkenal lainnya, kaidah ini sebenarnya tidak benar, seperti dituturkan oleh Ustadz Abu Zubair Hawaary, beliau mengatakan, "Ada syubhat dikalangan masyarakat bahwa mengambil ilmu agama itu dapat dari siapa saja, asal ambil baiknya dan tinggalkan buruknya, ini sungguh kaidah bathil, karena bagaimana antum dapat memisahkan yang baik dan buruk apa yang disampaikan oleh seorang ustadz atau da'i ? Sedang antum tidak mengetahui mana yang baik dan yang buruk?, Bahkan misal antum disuruh membuka ayat Al-Qur'an nomer sekian antum tidak tau dimana tempatnya?.
Yang benar mengambil ilmu adalah dari orang yang jelas Aqidahnya, jelas keilmuannya, jelas dia berguru kepada siapa, seperti disampaikan Muhammad bin Sirin salah seorang Tabi'in ketika melihat seseorang belajar kepada seorang pelaku kebid'ahan, beliau mengingatkan untuk melihat dari mana kita mengambil ilmu.
Waalahua'lam.
Imam besar Ahlus sunnah dari generasi Tabi’in, Muhammad bin Sirin berkata, “Sesungguhnya ilmu agama (yang kamu pelajari) adalah agamamu (yang akan membimbingmu meraih ketakwaan kapada Allâh), maka telitilah dari siapa kamu mengambil (ilmu) agamamu.”
(Dinukil oleh Imam Muslim dalam Muqaddimah Shahîh Muslim, 1/43-44 – Syarhu Shahîh Muslim)
Sumber Referensi"Lihat dari mana engkau mengambil ilmu", karya Ustadz Abdullah Taslim di almanhaj.or

LINGKUNGAN ADEM YA YANG SESUAI SUNNAH




Oleh Siswo Kusyudhanto
Kalau berkunjung di sekolah atau pondok pesantren dimana mayoritas orang disitu berpaham Sunnah sangat terasa adem di hati dan fikiran, pastinya sedikit maksiat ditempat seperti ini, seperti para wanitanya tertutup auratnya sehingga sedikit peluang untuk menimbulkan syahwat bagi para lelaki. Juga banyak orang berdzikir dengan siir dan muroja'ah Al-qur'an, MasyaAllah terasa adem benar.
Jadi teringat ketika seorang ustadz membahas tentang tujuan akhir dari kegiatan dakwah, yakni mengajak Umat manusia kepada ketaatan pada Allah dan RasulNya, ketika itu semua tercapai maka diharapkan rahmat Allah Azza Wa jalla akan tercurah dari dalam tanah dan langit, jika ini terjadi maka semua kebahagiaan akan terkumpul dimana negri itu dirahmati.
Semoga pada suatu hari Indonesia mayoritas warganya mengenal Dakwah Sunnah dan tegar serta istiqomah diatas Tauhid dan Sunnah, dan dijauhkan dari kehidupan yang penuh maksiat, bid'ah dan kesyirikan, agar negri ini dirahmati oleh Allah Azza Wa Jalla, aamiin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Andaikata penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” [Al-A’raf/7 : 96]
Foto TK As Sunnah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

MEMBERI HADIAH ADALAH SALAH SATU AMALAN SUNNAH YANG MULIA


Oleh Siswo Kusyudhanto
Tadi siang ada ustadz bercerita kepada saya, beliau menceritakan kegembiraannya mendapatkan hadiah dari Ustadz Khalid Basalamah, yakni berupa parfum yang sangat langka juga termasuk parfum premium, jarang dijual ditoko kebanyakan, saking gembiranya dengan pemberian hadiah dari Ustadz Khalid Basalamah ini sampai beliau simpan di lemari dirumahnya dengan sangat rapi, bahkan agar awet ini parfum hanya pada hari tertentu saja digunakan, seperti menjelang shalat Ied atau acara penting lainnya.
Jadi ikut senang dengar cerita beliau, jadi paham betapa senangnya membuat orang lain bahagia dengan memberikan hadiah, dan ini adalah salah satu amalan Sunnah yang mulia yang seharusnya kita juga amalkan, InsyaAllah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَهَادُوا تَحَابُّوا
“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, Niscaya kalian akan saling mencintai“.
(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan bahwa hadiah ini bisa menyebabkan persatuan dan saling cinta, bahkan terkadang memberikan hadiah lebih utama daripada sedekah pada keadaan tertentu. Beliau berkata,
ولأنها سبب للألفة والمودة. وكل ما كان سبباً للألفة والمودة بين المسلمين فإنه مطلوب؛ ولهذا يُروى عن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم أنه قال: (تهادوا تحابوا)، وقد تكون أحياناً أفضل من الصدقة وقد تكون الصدقة أفضل منها
“Karena hadiah merupakan sebab persatuan dan rasa cinta. Apapun yang dapat menjadi sebab persatuan dan rasa cinta antar kaum muslimin, maka ini dianjurkan. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ‘“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, Niscaya kalian akan saling mencintai’. Terkadang memberi hadiah itu lebih baik dan terkadang sedekah itu lebih baik (pada keadaan tertentu).”
Sumber Referensi "Sunnahnya saling memberikan hadiah", karya Dr. Raehanul Bahraen, di muslim.or
Foto Baliho Dakwah di jalan Air Hitam, Pekanbaru.

SEBANYAK APAPUN DOSAMU, BERUSAHALAH UNTUK TERUS MEMPERBAIKI DIRI



Oleh Siswo Kusyudhanto
Kalau dikirimi foto kegiatan kelompok Bacaan Al-Qur'an yang saya ikut membantu dengan menyalurkan sumbangan teman-teman berupa Mushaf Al-Qur'an dan buku iqro' untuk kelas bacaan Al-Qur'an di beberapa lokasi seperti Lembaga Pemasyarakatan Jailolo Halmahera Barat Maluku Utara atau Lembaga Pemasyarakatan Sarolangun Jambi jadi teringat nasehat seorang ustadz, kata beliau ketika kita melakukan kesalahan dan dosa segera bangkit dan berusaha memperbaiki diri, pada dasarnya selama hidup kita melakukan hal demikian, jatuh bangkit lagi untuk berusaha menjadi lebih baik lagi, jatuh lagi dan berusaha bangkit lagi, begitu seterusnya sampai kematian menjemput kita.
Jadikan kesalahan dan dosa sebagai motor penggerak bagi kita untuk selalu memperbaiki amal dan ibadah kita, dan menjadi pendorong agar tetap Istiqomah diatas ketaatan pada Allah Azza wa Jalla, insyaallah, dan jangan lupa berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar dimatikan diatas Islam, diatas ketaatan kepadaNya, jangan sampai kita mati diatas maksiat, itu sungguh kematian yang sangat buruk, waalahua'lam.
Juga sekalian saya ucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman donatur yang sudah membantu mereka dalam usaha untuk memperbaiki diri mereka yang pernah melakukan kesalahan dimasa lalu, sehingga karenanya mereka mendekam di lembaga pemasyarakatan dalam sekian waktu, semoga bacaan Al-Qur'an mereka juga menjadi pahala bagi para donatur Mushaf Al-Qur'an dan buku, Aamiin.
Allah ta’ala berfirman,
وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً
“Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa’: 27)
Allah ta’ala juga berfirman,
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ حَكِيمٌ
“Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana.” (QS. An Nuur: 10)
Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
“Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya.” (QS. An Najm: 32)
Allah ta’ala berfirman,
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu.” (QS. Al A’raaf: 156)
Foto warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Jailolo Halmahera Barat, Maluku Utara dan Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Sarolangun Jambi.

NASEHAT EMAS KETIKA MERASA DIZALIMI


Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada nasehat yang sangat mencerahkan dan menyegarkan dari seorang teman yang saya perlukan ketika kita merasa dizalimi, atau mungkin merasa dikhianati dan dikecewakan seseorang, dia berkata, " Bagi kita yang sudah ngaji lama, dan tau bahwa setiap perbuatan ada hisabnya, maka ketika kita dizalimi yakinkan bahwa pelakunya akan menghadapi hisab kelak, dan dia harus mempertanggung jawabkan kelak saat hisab, jadi kenapa kita harus kecewa dan sedih?, tidak ada alasan bagi kita untuk kecewa dan sedih, kita akan menghadapi hisab atas perbuatan kita demikian juga dengan dia, yang dapat kita lakukan adalah berusaha bersabar dan berdoa agar dikuatkan menghadapi hal-hal buruk yang menimpa kita, bukankah sabar adalah salah satu tiket ke surga?".
MasyaAllah nasehat senilai emas, jazakallahu khairan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memang menulis semua amalan hambaNya, yang baik maupun yang buruk, sebagaimana firmanNya:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ﴿٧﴾وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. [al Zalzalah / 99:7-8].
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا ۚ أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakanNya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. [al Mujaadilah / 58 : 6].
Sehingga seluruh pelaku perbuatan melihat amalannya dan tidak dapat mengingkarinya, karena bumi menceritakan semua amalan mereka. Begitu pula seluruh anggota tubuh pun berbicara tentang perbuatan yang telah ia lakukan. Dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا﴿١﴾وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا﴿٢﴾وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini),” pada hari itu bumi menceritakan beritanya, [al Zalzalah / 99 : 1-4].
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. [Yaasin / 36:65]
Sumber Referensi "Hisab pada hari pembalasan" karya Oleh
Ustadz Abu Asma Kholid Syamhudi Lc di almanhaj.or

Saturday, October 19, 2019

YANG DINILAI OLEH ALLAH AZZA WA JALLA ADALAH HATIMU


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kemarin dihubungi seorang teman, dia bercerita ingin bersedekah Mushaf Al-Qur'an untuk membantu kami memenuhi kebutuhan Mushaf Al-Qur'an dibeberapa lokasi kelas bacaan Al-Qur'an yang berada dibeberapa Masjid dan Musholla di Sumatera Barat, pertama mendengar itu saya sangat gembira, maklum permintaan dari para ustadz pengajar sangat banyak hampir 250 Mushaf Al-Qur'an saat ini dibutuhkan untuk mendukung mereka dalam proses belajar mengajar dan dakwah ke masyarakat, sementara donatur yang menyumbang sangat sedikit.
Namun cerita berikutnya membuat saya menolak secara halus sedekahnya, sekaligus bikin haru dan bangga padanya, teman yang akan bersedekah ini bercerita bahwa dia baru saja di PHK oleh perusahaan dimana dia bekerja, dan dia mendapatkan sejumlah pesangon sejumlah uang, dan sebagian dari pesangon itu rencananya dia gunakan untuk menyumbang Mushaf Al-Qur'an kepada saya, MasyaAllah, jadi merinding dengarnya, maklum disaat dia mendapat kemalangan berupa PHK dari perusahaannya masih juga dia ingin bersedekah, tentu keinginan dia saya tolak, saya sarankan agar uangnya digunakan untuk memulai usaha atau digunakan biaya hidup selama belum bekerja, insyaallah itu lebih baik, soal sedekah Mushaf Al-Qur'an biar teman yang lain yang lebih lapang soal harta yang mengisinya.
Jadi teringat kajian Ustadz Abdullah Zein tentang hal ini, beliau mengatakan seseorang bergaji 3 juta kemudian dia bersedekah 1 juta, dengan seseorang yang bergaji 10 juta kemudian bersedekah 1 juta, meskipun kedua orang ini sama-sama bersedekah 1 juta, secara nominal uang sama, namun menurut pembahasan ulama yang bergaji 3 juta dan bersedekah 1 juta nilainya jauh lebih besar disisi Allah Azza wa Jalla, dari orang yang bergaji 10 juta dan bersedekah 1 juta, kenapa?, Karena orang yang bergaji 3 juta dan kemudian bersedekah 1 juta membutuhkan pengorbanan yang lebih besar dalam hatinya, karena yang disedekahkan adalah sepertiga dari gajinya, sementara orang yang bergaji 10 juta yang disedekahkan 1 juta itu nilainya cuma sepersepuluh dari gajinya, tentu ringan bagi dia dan tidak terlalu membutuhkan pengorbanan besar dalam hatinya, Allah Azza wa Jalla tidak melihat rupa juga harta seseorang namun menilai dari amalan hatinya, waalahua'lam.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1- Amalan yang dibalas oleh Allah adalah amalan yang disertai niat yang ikhlas dan benar.
2- Kita harus lebih memperhatikan keadaan hati dari berbagai sifat tercela.
3- Memperbaiki hati lebih didahulukan daripada memperhatikan amalan lahiriyah. Yang utama, hati diperbaiki dengan memperhatikan akidah.
4- Amalan seseorang bisa jadi nampak baik secara lahiriyah, namun hatinya rusak. Oleh karena itu, tetap kita berinteraksi dengan orang semacam ini dengan memperhatikan lahiriyahnya. Sedangkan hatinya yang rusak adalah urusannya dengan Allah.
Sumber Referensi "Lihat Hatimu", karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc di rumaysho.c

Karena mengikuti cara beragama Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam saya dianggap bukan orang Jawa


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kalau orang di Indonesia membaca atau mendengar nama saya "Siswo Kusyudhanto", pasti dengan mudah orang menganggap bahwa saya adalah orang yang berasal dari Suku Jawa, karena mustahil dan sulit ditemukan orang dari Suku Minang atau Suku Batak punya nama se antik itu
Namun ketika ada sebagian orang tau bahwa saya dalam beragama Islam berusaha berjalan diatas pemahaman Sunnah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam dan para sahabatnya, maka orang akan menilai saya bukan orang Jawa, maklum saya tidak mengamalkan Tahlil kematian, tidak merayakan gerebek Suro, tidak suka ke dukun, tidak memandikan keris , tidak ngalap berkah ke kuburan, tidak Larung sesaji, tidak sedekah bumi dan tidak mengamalkan amalan-amalan yang biasa atau adat kebanyakan orang Jawa lakukan.
Bahkan sebagian orang Jawa yang tau saya tidak mengamalkan itu semua mencap saya dengan "tidak Njawani", alias keluar dari Suku Jawa.
Asal tau saja saya tidak lakukan amalan-amalan khas Jawa itu sejak mengenal pemahaman Ahlu Sunnah Manhaj Salaf, cara beragama Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam dan para sahabat beliau, dan kalau ditanya kenapa?, Alasan saya berusaha mengikuti cara beragama mereka karena saya ingin masuk surga(At Taubah100), meskipun mungkin disana sini amalan dan keimanan saya jauh dari level mereka, insyaallah akan terus berusaha sampai nyawa tercabut.
Dan usaha meraih surga itu diantaranya dengan berusaha semaksimal mungkin meninggalkan perkara-perkara yang dijelaskan Allah dan RasulNya dapat menjerumuskan saya kedalam neraka, seperti maksiat, Syirik dan Bid'ah.
Saya tidak mengikuti adat istiadat nenek moyang saya bukan karena benci mereka, atau menyesali perbuatan mereka dimasa lalu, namun saya memaklumi ketidak tahuan mereka akan perkara maksiat, syirik dan bid'ah, karena mungkin belum sampainya ilmu dan hidayah kepada mereka, waalahua'lam.
Justru karena mencintai nenek moyang saya, dan ingin membersihkan nama mereka maka mulai dari generasi saya kalau bisa amalan-amalan yang menyelisihi syariat Allah dan RasulNya berusaha saya tinggalkan, dan berharap anak keturunan saya tidak melakukan kesalahan serupa nenek moyang saya.
Yang saya lakukan sebenarnya sederhana, saya tidak ingin masuk orang yang memiliki sifat seperti kaum jahiliah dijaman Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam mendakwahkan Islam, ketika mereka diajak untuk masuk kedalam Islam mereka menolak dan beralasan "Kami hanya mengikuti adat istiadat nenek moyang kami".
Sekali lagi saya ingin sekali masuk surga, maka saya berusaha meraihnya dengan mengikuti jalan yang hak, yakni agama Islam yang bersih dari maksiat, bersih dari syirik, bersih dari bid'ah, Aamiin.
Juga semoga Allah Azza wa Jalla mengampuni dosa dan ketidak tahuan para nenek moyang saya yang orang Jawa, Aamiin.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُونَ
“Dan jika dikatakan kepada mereka, marilah kalian kepada apa yang Allah turunkan kepada Rasul, niscaya mereka berkata, cukuplah bagi kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami berada padanya. Apakah (mereka tetap bersikap demikian) meskipun bapak-bapak mereka tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. Al-Maidah: 104).

SEBAIKNYA MENIKAH DENGAN YANG "SEMANHAJ"


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu saya diminta pertimbangan seorang Ikhwan yang akan menikah, dia menceritakan tentang calon istrinya, pertama kenal dia kira si calon istri ini semanhaj dengannya yakni Manhaj Salaf karena selalu memakai cadar jika keluar rumah, juga informasi yang dia terima termasuk wanita yang Sholehah, tidak pernah terdengar hal buruk tentang dia, dan ini yang membuat dia tertarik untuk menjadikan istrinya, setelah bertemu keluarga si wanita dia berjanji dalam waktu dekat akan melamarnya.
Namun tanpa sengaja suatu saat dia membuka wall media sosial calon istrinya, ketika melihat beberapa postingan si calon istri betapa kagetnya dia, si calon istri ini ternyata memposting beberapa kegiatannya seperti berdemo beberapa kali dijalanan, juga postingan yang diupload banyak mencaci maki pemerintah, dan mengkafirkan banyak negara yang notabene berbasis Islam seperti Arab Saudi, dan semua postingan itu menunjukkan bahwa si calon istri mengikuti paham sebuah organisasi yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin, yang beberapa waktu lalu oleh pemerintah Indonesia dimasukkan kelompok organisasi terlarang, sebagaimana juga terjadi hal sama di 17 negara lainnya di dunia, karena keinginan organisasi ini menegakkan khilafah dengan cara menggulingkan pemerintah yang sah.
Si Ikhwan minta pertimbangan saya, apakah diteruskan sampai menikah atau membatalkan pernikahan tersebut, saya jawab membatalkan insyaallah lebih baik, karena pertimbangannya soal Manhaj mencakup Aqidah dan syariat sudah berseberangan.
Dan menikah itu bukan satu atau dua hari, menikah itu durasinya adalah seumur hidup, kita hidup dengannya dalam waktu yang lama dengan pasang kita, jika perilaku yang kurang bagus mungkin kita dapat perbaiki dengan cara menasehati, namun kalau sudah Manhaj urusannya tentu berat dan sulit merubahnya, bisa saja terjadi banyak perselisihan dan pertengkaran diantara suami istri karena perbedaan pandangan dalam beragama.
Misal si istri ingin demo dijalanan sambil gendong anaknya, sementara suami melarang karena menurutnya wanita yang Sholehah itu tinggal dirumah mengasuh serta mendidik anak, juga mengurusi rumah, bukan malah jadi barang tontonan dijalanan. Atau juga misal si istri memposting mencaci maki pemerintah disosial media yang jelas ini nasehat terbuka, sementara sisuami memandang menasehati pemerintah adalah mengikuti sunnahnya yakni dengan cara tersembunyi, bukan terang-terangan seperti yang dilakukan si istri.
Dan banyak lagi kemungkinan yang terjadi karena perbedaan dalam beragama lainnya karena beda Manhaj.
Lagian juga masih banyak wanita dengan status janda dan gadis dikalangan jama'ah kajian Manhaj Salaf yang menunggu dipinang.
Akhirnya si Ikhwan menerima masukan dari saya dan memutuskan membatalkan menikah dengan si wanita itu, dan kemudian mencoba mencari calon istri di kajian Sunnah rutin yang dia ikuti, Alhamdulillah.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun menganjurkan memilih istri yang baik agamanya,
تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
Maksud dari wanita yang baik agamanya adalah wanita yang selamat dari syubhat dan syahwat, ini bukan berarti wanita yang tidak pernah berdosalah yang seharusnya dipilih, karena semua anak adam pasti pernah berdosa, tapi maksudnya adalah wanita yang terus menerus tenggelam dalam syahwat dan syubhat (termasuk Bid'ah) meski sudah ditegakkan hujjah atasnya.
Sumber Referensi "Dalam dakwah".co

Monday, October 14, 2019

Teladan tentang IKHLAS


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu suatu sore ditelpon oleh Ustadz Syarif, beliau adalah pimpinan Pondok Pesantren Ilya Sunnah, Payo Lebar, Singkut, Sarolangun Jambi, juga alumni Pondok Pesantren Jamillurrahman Yogyakarta dan sempat satu kelas dengan Ustadz Firanda Adirja beberapa tahun.
Ustadz Syarif bercerita bahwa sore itu beliau menerima sebuah paket yang berisi sebuah Handphone Android seri terbaru dan masih segel, namun dibungkus paket hanya tertulis alamat dikirim sementara nama pengirim tidak ada, beliau menanyakan apakah handphone ini pengirimannya adalah saya, maklum saya sering menyindir beliau soal Handphone jadul milik beliau yang cuma bisa menelepon dan SMS doang, dengan sebutan "ini sudah jaman android", Ustadz Syarif mengira saya yang mengirim Handphone tersebut padahal tidak, lalu saya sampaikan bahwa bukan saya yang mengirim paket tersebut, mendengar jawaban dari saya makin bikin beliau bingung, lalu beliau berkata "Mungkin orang itu menjaga keikhlasan sedekahnya dengan cara demikian, berprasangka baik saja kepada dia, dan saya doakan semoga Allah Azza wa Jalla membalas kebaikannya, Aamiin."
Setelah itu beliau menutup pembicaraan via telepon.
MasyaAllah, sore itu dapat pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga keikhlasan, maklum dijaman hedonisme seperti sekarang ini dimana orang mengejar agar menjadi terkenal dan mendapatkan ribuan like atau pujian, masih ada saja orang-orang yang memberi sesuatu tanpa berharap apapun dari pemberian nya itu.
Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu menjaga keikhlasan amal ibadah kita, Aamiin.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits, “Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (HR Bukhari Muslim).

JADILAH UMAT PERTENGAHAN


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kalau setiap ada aksi teroris selalu jadi ingat nasehat seorang ustadz dalam sebuah kajian beliau mengatakan, 
" Dalam masyarakat Islam dikenal ada tiga kelompok, dan kelompok pertama yakni ahlul bid'ah, ciri yang melekat kepada kelompok ini adalah suka mengampang-gampangkan urusan agama, mudah bagi mereka menyelisihi syariat Allah dan RasulNya demi mengikuti syahwatnya, dengan mudah mereka membuat amalan baru kemudian mereka mencari dalil untuk membenarkan amalan Bid'ah nya itu.
Kelompok kedua adalah kelompok khawarij, ciri yang melekat pada kelompok ini adalah suka memberat-beratkan urusan agama, mereka ghuluw, berlebih-lebihan dalam agama, mereka mudah memberikan anggapan kafir kepada orang yang menyelisihi syariat Allah dan RasulNya. Sebab pemahaman ini kaum khawarij mudah untuk menumpahkan darah manusia, karena dianggapnya telah kafir dan halal darahnya.
Dan kelompok ketiga adalah umat pertengahan, mereka berjalan diantara Ahlul Bid'ah dan Khawarij, merekalah Ahlu Sunnah wal jama'ah, ciri yang melekat dalam kelompok ini adalah iitiba', mereka belajar dalil dari Al Qur'an dan hadits menurut pemahaman Shalafush Sholeh dan berusaha mengamalkan dalam kehidupan mereka.
Semoga kita termasuk orang-orang yang masuk dalam Umat Pertengahan ini, Ahlu Sunnah wal jama'ah sejati, Aamiin.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah ditanya mengenai maksud dari sikap pertengahan dalam beragama. Beliau menjawab:
Sikap pertengahan dalam beragama adalah sikap tidak ghuluw (ekstrem) dalam beragama, yaitu melewati batasan yang ditetapkan Allah Azza Wa Jalla, namun juga tidak kurang dari batasan yang ditetapkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Bersikap pertengahan dalam beragama yaitu dengan meneladani jalan hidup Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sedangkan sikap ghuluw, adalah melebihi dari apa yang beliau ajarkan. Dan taqshiir adalah yang melakukan kurang dari apa yang beliau ajarkan.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً (سورة البقرة: 143)
“Dan yang demikian itu Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umat pertengahan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kalian” (QS Al Baqarah: 143).
Sumber Referensi "Umat Islam adalah Umat Pertengahan", karya Yulian Purnama di web Muslim.or

BEGINI CARA MENASEHATI


Oleh Siswo Kusyudhanto
Disampaikan oleh Ustadz Ali Ahmad dalam sebuah kajian beliau, suatu saat beliau mengisi kajian di Kota Medan, seperti biasa beliau selalu meminta teh es manis diatas meja beliau, dan karena diminum oleh ustadz beberapa kali dan es dalam gelas beliau sudah mencair dan hampir habis, melihat ini salah satu ikhwan panitia berinisatif mengisi es batu kedalam gelas ustadz, dia segera membeli es batu dalam kantung palstik, sesampai di meja ustadz dia mengambil es batu di kantung plastik itu dengan jari-jarinya kemudian dimasukkan ke dalam gelas ustadz.
Melihat itu jamaah kajian yang hadir kelihatan tegang karena marah dengan yang dilakukan si ikhwan panitia, karena tentu tidak sopan menggunakan tangan mengambil es batu dan memasukkan es batu ke dalam gelas ustadz.
Mengetahui gelagat seperti itu segera Ustadz Ali Ahmad mengatakan, " Ya ikhwan antum jangan menganggap si ikhwan tidak sopan, saya lebih percaya dengan kebersihan tangan si ikhwan karena dia hanya menggunakan tangannya ketika makan, dia tidak makan dengan tangan orang lain, tidak ada kita meminjam tangan orang lain untuk makan.
Sementara jika kita menggunakan sendok itu nurut saya kurang bersih, karena sendok dapat dipakai siapa saja yang menggunakannya, bisa berganti-ganti orang."
Setelah ustadz mengatakan demikian situasi jamaah langsung turun tensinya. Setelah kajian selesai dibelakang Ustadz Ali Ahmad menasehati si ikhwan panitia yang menggunakan tangan memasukkan es ke gelas beliau, bahwa yang dilakukan seperti itu kurang sopan.
MasyaAllah semoga kisah ini menjadi teladan kita dalam menasehati orang lain, waallahua'lam.
Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia… Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.” (Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77)
Abu Muhammad Ibnu Hazm Azh Zhahiri menuturkan, “Jika kamu hendak memberi nasehat sampaikanlah secara rahasia bukan terang-terangan dan dengan sindiran bukan terang-terangan. Terkecuali jika bahasa sindiran tidak dipahami oleh orang yang kamu nasehati, maka berterus teranglah!” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44)
Allah Ta'ala berfirman,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih, saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran” (QS. Al-’Ashr [103]: 1-3).
Sumber Referensi "Menasehati Tanpa Melukai
Lilis Mustikaningrum di web muslimah,or

UMAT ISLAM INDONESIA TIDAK TOLERAN KEPADA NON MUSLIM ???


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Ali Ahmad menyebutkan, " Kadang ada tuduhan sebagian orang diluar Islam di Indonesia, bahwa Umat Islam di Indonesia kurang toleran kepada Umat beragama diluar Islam, ini sungguh tidak benar, lihat di negri ini, Umat Islam tidak pernah menganggu orang diluar Islam untuk beribadah, Umat Islam yang mayoritas membiarkan orang diluar Islam untuk melakukan acara keagamaan tanpa diganggu, dan paling terlihat toleransi Umat Islam adalah mengikuti hari libur umat lain, padahal hari mulia dan hari dimana Umat Islam beribadah mingguan adalah di Hari Jum'at, harusnya kalau mengikuti umat mayoritas yakni umat Islam maka hari libur harusnya di hari Jum'at seperti halnya yang terjadi di negara-negara Arab dimana hari libur adalah di hari Jum'at bukan hari Minggu, namun di Indonesia untuk hari libur malah ikut umat yang minoritas, yakni hari Minggu, dimana mereka yang minoritas melakukan amal ibadah mingguannya."
Allah berfirman dalam surat al Kafirun,
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (QS Al Kafirun: 6)

Thursday, October 3, 2019

Yang amalan jelas ada Sunnahnya kalah dengan amalan Bid'ah


Oleh Siswo Kusyudhanto
Cerita seorang teman, 
Di kampungku itu
Orang gak menutup Aurat biasa.
Orang gak sholat itu dianggap biasa.
Orang gak puasa itu dianggap wajar.
Orang gak jum'atan itu hal yg lumrah.
Tp kalo anda nggak ngadain acara tahlillan (Slametan kematian 3 hari 7 hari 40 hari 100 hari)
Dan yasinan dimalam jumah
Maka bersiaplah mayoritas orang sekampung akan mempertanyakan keislamanmu....
Ada yg seperti ini ?
Benar kata Imam Syathibi dalam Kitab Ithisham, kitab pokok penjelasan Sunnah dan Bid'ah dan masih dipelajari sampai sekarang di beberapa Universitas Islam terkenal seperti Universitas Islam Madinah.
Dalam kitab itu beliau menyebutkan salah satu dampak buruk dari amalan Bid'ah adalah menjadi saingan bagi amalan yang disyariatkan oleh Allah dan RasulNya, misal shalat fardhu berjamaah jelas adalah syariat Allah dan RasulNya, namun dianggap tidak penting, hal ini dapat dilihat dari jama'ah shalat fardhu berjamaah dibanyak masjid dan musholla jama'ah nya yang rata-rata sedikit, namun giliran acara tahlilan kematian atau maulid nabi pasti jama'ah nya penuh sesak jama'ah, ini sangat nyata efek buruk Bid'ah bagi Islam, yang tidak ada disyariatkan oleh Allah dan RasulNya malah dianggap lebih penting dari shalat fardhu berjamaah, waalahua'lam.

Jangan mengatakan orang mati dengan "istirahat dengan tenang"


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang ustadz menyebutkan, " Jangan kita membiasakan diri ketika ada seseorang meninggal dunia dengan mengatakan, dia beristirahat dengan tenang sekarang, karena jika kita seorang Muslim, dan mengimani apa yang disampaikan oleh Allah dan RasulNya, maka keadaan seseorang yang meninggal dunia bukan sedang melalui masa istirahat, justru ketika seseorang mati perjalanan panjang sedang dimulai dan urusan-urusan berat sudah menantinya. Didalam kubur dia ditanya beberapa pertanyaan yang hanya dapat dijawab dengan amalannya selama di dunia, jika amalannya benar dan lurus dia selamat, sebaliknya jika banyak perbuatan dosa selama didunia dia diazab kubur sampai dia dibangkitkan setelah kiamat, dan itu berlangsung bisa dalam waktu yang sangat lama.
Belum lagi dia menghadapi beratnya urusan hisab di Padang Mahsyar, juga masih melalui sirath dan ujungnya antara Surga dan Neraka.
Jangan sekali-kali menyebutkan seseorang yang sudah meninggal dunia dengan sedang istirahat.
Waallahua'lam."
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Hasyr: 18)
Dalam menafsirkan ayat di atas Imam Qotadah berkata: “Senantiasa tuhanmu (Allah) mendekatkan (waktu terjadinya) hari kiamat, sampai-sampai Dia menjadikannya seperti besok.” (Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Ighaatsatul Lahfan (hal. 152 – Mawaaridul Amaan). Beliau (Abu Qatadah) adalah Qotadah bin Di’aamah As Saduusi Al Bashri (wafat setelah tahun 110 H), imam besar dari kalangan tabi’in yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (lihat kitab Taqriibut Tahdziib, hal. 409)
Semoga Allah ta’ala meridhai sahabat yang mulia Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu yang mengingatkan hal ini dalam ucapannya yang terkenal: “Hisab-lah (introspeksilah) dirimu (saat ini) sebelum kamu di-hisab (diperiksa/dihitung amal perbuatanmu pada hari kiamat), dan timbanglah dirimu (saat ini) sebelum (amal perbuatan)mu ditimbang (pada hari kiamat), karena sesungguhnya akan mudah bagimu (menghadapi) hisab besok (hari kiamat) jika kamu (selalu) mengintrospeksi dirimu saat ini, dan hiasilah dirimu (dengan amal shaleh) untuk menghadapi (hari) yang besar (ketika manusia) dihadapkan (kepada Allah ta’ala):
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Allah), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi-Nya).” (Qs. Al Haaqqah: 18). (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab beliau Az Zuhd (hal. 120), dengan sanad yang hasan)
Sumber Referensi "Perjalanan menuju Akhirat", karya Ustadz Abdullah Taslim di Muslim.or

Hidup jangan cuma bikin sesak bumi saja


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dulu sebelum kenal Dakwah Sunnah kehidupan saya mungkin sangat sederhana, yang penting menjalani kehidupan sehari-hari, itu sudah cukup, namun sejak kenal Kajian Sunnah jadi termotivasi ingin jadi manusia yang lebih berguna bagi orang lain.
Salah satu nasehat ustadz kajian yang selalu saya ingat adalah dari Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah, kata beliau, "jangan kita selama hidup hanya bikin sesak bumi ini saja, jadikan kehidupan yang sangat sebentar ini berarti, jadikan diri kita juga berguna untuk orang lain, karena sebaik-baik seorang Muslim adalah yang berguna bagi orang lain."
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289)
Sumber Referensi muslim.or

Tensi naik karena dengar hadits larangan berbuat bid'ah, itu umat siapa ???


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kadang bingung lihat orang yang tensinya naik, marah-marah, bahkan berkata kotor setelah mendengar hadits larangan berbuat bid'ah, padahal hadits-hadits tentang larangan berbuat bid'ah datang dari Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam dan juga orang dekatnya, bahkan saya dengar dari seorang teman di sebuah daerah, ada Ustadz digebukin setelah shalat Jum'at gara-gara diawal khutbah menyebutkan hadits larangan bid'ah seperti yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam diawal khutbah Jum'at beliau,
Lah yang anti hadits larangan berbuat bid'ah, itu umat siapa sebenarnya?
Benar kata seorang ustadz dalam sebuah kajian, adab paling tinggi adalah adab dan akhlak kepada Allah dan RasulNya, dan salah satu ciri orang beriman yang membedakan dengan bukan orang beriman, yakni ketika mereka mendengar sesuatu yang datangnya dari Allah dan RasulNya mereka mengatakan "Samina watho'na", saya dengar ya Allah dan saya dengar ya Rasul dan saya akan taati.
Itu sebab Allah Azza wa Jalla dalam Annur 51 memanggil orang-orang yang memiliki sikap demikan dengan orang yang beriman,
waalahua'lam.
Allah ta’ala juga berfirman yang artinya, “Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang yang berbahagia.” (QS. An Nuur [24]: 51)
Syaikh Abdurrahman bin Naashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa sesungguhnya sifat orang yang benar-benar beriman (yaitu yang imannya dibuktikan dengan amalan) apabila diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya supaya Rasul memberikan keputusan di antara mereka niscaya mereka akan mengatakan, “Kami dengar dan kami taati”, sama saja apakah keputusan tersebut dirasa cocok ataupun tidak oleh hawa nafsu mereka. Artinya mereka mendengarkan keputusan hukum Allah dan Rasul-Nya serta memenuhi panggilan orang yang mengajak mereka untuk itu. Mereka taat dengan sepenuhnya tanpa menyisakan sedikitpun rasa keberatan.
Sumber Referensi "Kaidah penting bagi Muslim dan Muslimah", karya Ari Wahyudi di web Muslim.or