Saturday, February 15, 2020

Ustadz Masjid dan musholla sering di gembok, apa solusinya???




Ada teman bertanya kepada seorang Ustadz, " Ustadz bagaimana menyikapi banyaknya masjid dan mushollah yang digembok atau dikunci, dan dibuka hanya masuk waktu shalat tertentu saja?", lalu ustadz menjawab, " Coba renungkan dan cari tahu kenapa masjid dan musholla di negri kita sering digembok dan dikunci?, alasannya kebanyakan karena sedikitnya orang beramal ibadah di tempat itu, juga kalau tidak digembok dan dikunci tentu tidak aman, hal ini menunjukkan buruknya akhlak kebanyakan dari kita, karena bahkan masjid dan mushollah juga tidak aman dari kejahatan, semakin sedikit orang takut kepada Allah Azza Wa Jalla, maka mulailah bersemangat untuk beramal ibadah di masjid dan musholla, juga perbaiki tauhid kita, dan akhlak kita sehingga kita takut kepada Allah Azza Wa Jalla ketika akan melakukan kejahatan, mulai dari diri sendiri dan keluarga. waallahua'lam."
By Siswo Kusyudhanto

SEKILAS TENTANG MASJID ABU DARDA PEKANBARU




Oleh Siswo Kusyudhanto
Masjid Ma'had Abu Darda adalah salah satu masjid berbasis kajian Sunnah yang terkenal dikalangan masyarakat Pekanbaru, masjid yang mulai beroperasional sejak 2016 ini berukuran 50x45 meter, sebuah ukuran yang cukup besar untuk ukuran masjid, mampu menampung lebih dari 2000 orang jamaah ini juga terasa sangat istimewa kita masuk kedalamnya, masjid ini full AC, dan terhampar karpet tebal bikinan eropa, hampir semua lantai dan dinding masjid ini dari marmer berkelas, dan yang paling bikin istimewa adalah kita tidak akan menemukan kotak amal di masjid ini, alias donatur masjid ini cuma satu orang mulai pembangunan hingga perawatan, konon untuk pembangunannya menelan dana 40 miliar rupiah, dan perawatan sampai puluhan juga perbulan, beliau jarang tampil dimuka umum, mungkin itu hak beliau untuk menjaga keikhlasannya dan sebaiknya ini menjadi teladan bagi kita soal merahasiakan sedekah, insyaAllah.
Masjid Abu Darda termasuk masjid istimewa bukan saja dari kontruksi bangunannya yang mewah, namun keistimewaan yang utama adalah dari kemakmuran masjid ini yang sarat dengan amal ibadah, sebut saja jika kita tiap hari stay di masjid ini akan kita temui setiap hari ramai dengan kelas bacaan Al-Qur'an, mulai anak-anak, remaja, muslimah hingga dewasa. Selain itu ada kajian rutin dan tabligh akbar yang diisi banyak ustadz dan syaikh.
Jika masuk Bulan Ramadhan shalat terawih yang diadakan terasa nikmat karena per malam imam shalat membacakan satu juz Al-Qur'an, sehingga satu bulan Ramadhan genap khatam 30 juz. Juga saat buka bersama pihak masjid menyajikan makan dan minum gratis bagi mereka yang singgah di masjid ini.
Dengan segala daya tariknya tidak mengherankan jika Masjid Ma'had Abu Darda juga menjadi destinasi wisata religi bagi wisatawan yang ingin mengetahui masjid ini dari dekat, tidak jarang banyak orang dari luar Kota Pekanbaru berkunjung ke masjid ini.
Semoga dimasa depan makin banyak masjid serupa Masjid Ma'had Abu Darda Pekanbaru, selain masjidnya nyaman dan mewah juga makmur dengan berbagai kegiatan belajar mengajar ilmu syar'i dan amal ibadah lainnya, aamiin.

BERAGAMA ITU BUTUH DALIL


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kadang miris dan prihatin kalau ada orang diingatkan dan kemudian diminta dalil atas amalan seseorang yang tidak sesuai yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam dan para sahabat beliau, kemudian dia balas "emang harus butuh dalil?".
Jadi teringat nasehat Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah, kata beliau kita hidup dijaman penuh fitnah, dan cara selamat dari segala fitnah yang datang bergelombang dan terus menerus menerpa kita, tidak ada cara untuk selamat kecuali hanya berpegang kepada Al-Qur'an dan Hadits sesuai pesan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam, bahwa beliau menjamin seseorang tidak akan tersesat jika berpegang kepada keduanya, sebagai pengikut Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam harusnya mengimani jaminan beliau atas hal ini, waallahua'lam.
Kesimpulan pentingnya "beragama harus dengan dalil dari Al-Qur'an dan Hadits".
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى {123} وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. (Q.S Thaha: 123, 124).
Dalam menjelaskan kedua ayat ini, Abdullah bin Abbas berkata, “Allah menjamin kepada siapa saja yang membaca Alquran dan mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya, bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.” [Tafsir ath Thabari, 16/225].
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
Sumber Referensi "Kaedah Penting dalam memahami Al-Qur'an dan Hadits", karya Ustadz Muslim Atsy'ari di web Muslim.or

KARENA KAMI TIDAK YAKIN MASUK SURGA MAKANYA KAMI BERDAKWAH




Oleh Siswo Kusyudhanto
Kadang kalau kita jelaskan apa itu Manhaj Salaf kepada masyarakat luas, yakni pentingnya mengikuti cara beragama kaum Salaf baik dalam perkara Aqidah dan syariat, terutama menjelaskan pentingnya Tauhid dan bahayanya Syirik, pentingnya Sunnah dan bahayanya Bid'ah selalu muncul comment negatif yang menunjukkan dia terkena fitnah dan syubhat yang tersebar di masyarakat awam, seperti mulai "sombong", "pemegang kunci surga", "sok benar sendiri" dst. Meskipun itu tuduhan baik dan perlu di aamiinkan namun bikin miris, karena hal ini menunjukkan perlunya usaha lebih keras lagi untuk mendakwahkan Manhaj Salaf ditengah masyarakat agar mereka paham bagaimana beragama yang benar sesuai kaidah Islam.
Beberapa hari yang lalu dalam sebuah kajian seorang ustadz menyebutkan, " Kenapa Allah Azza wa Jalla sampaikan informasi tentang siapa yang pasti menjadi penghuni surga hanya kepada para sahabat nabi?, Hal ini karena keimanan para sahabat cukup untuk menerima hal itu, dan informasi serupa tidak ada kepada seorangpun diluar mereka, disebabkan karena keimanan kita belum cukup untuk menerima itu. Jika seorang biasa seperti kita diberitahu bahwa pasti jadi penghuni surga yang terjadi adalah kemudian kita akan bermudah-mudah melakukan maksiat, dan malas berdakwah,malas mengajak saudara Musliam kembali kepada Islam yang benar sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, juga malas melakukan amal ibadah yang bertujuan untuk meniti jalan ke surga.
Karena kita belum pasti masuk surga maka kita menjadi bersemangat untuk berdakwah mengajak manusia kepada ketaatan pada Allah dan RasulNya, berusaha menegakkan Tauhid dan Sunnah, dan mengajak manusia meninggalkan Syirik, Bid'ah dan maksiat. Kemudian juga kita menjadi bersemangat dalam beramal ibadah dan berusaha Istiqomah diatasnya.
Waallahua'lam."
Artinya karena kami tidak yakin masuk surga maka kami berusaha sekuat tenaga untuk berdakwah, dan menasehati saudara kaum Muslimin untuk menegakkan Tauhid dan Sunnah, juga mengajak meninggalkan Syirik, Bid'ah dan segala bentuk kemaksiatan.
Dalam sebuah survey kecil-kecilan yang diadakan dibeberapa kota di Indonesia beberapa tahun yang lalu dari hasilnya dapat kita temui bahwa 90 persen dikalangan jama'ah Kajian Sunnah di Indonesia adalah mantan sebuah ormas terbesar di Indonesia, sisanya dari ormas dan firqoh lain.
Secara pasti jumlah jama'ah Kajian Sunnah di Indonesia memang perlu penelitian intensif jika ingin mengetahui jumlah realnya, namun secara perhitungan sederhana perkiraan kami jumlah jama'ah Kajian Sunnah yang tersebar di Indonesia sekitar 3-4 juta orang, hal ini menilik sumber dari jumlah buku dan kitab berbasis Sunnah di Indonesia.
Semisal Buku Dzikir Pagi Petang karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas konon menurut penerbit masuk cetakan ke 34 kalinya, satu kali cetak adalah 100 ribu eksemplar, jika dikalikan maka sejumlah 3,4 juta eksemplar buku ini tersebar di seluruh Indonesia. Dengan anggapan pemilik buku tersebut adalah jama'ah kajian Sunnah maka jumlah orang pengikut Kajian Sunnah Manhaj Salaf perkiraan kami sejumlah itu.
Padahal itu baru satu buku saja sebagai indikator jumlah jama'ah Kajian Sunnah, belum dari sejumlah buku lainnya yang berbasis Sunnah dan termasuk best seller seperti "Mulia Dengan Manhaj Salaf" karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas atau "Harta Haram Muamalat Kontemporer" karya Ustadz Erwandi Tarmizi dan masih buku berbasis banyak lagi buku berbasis Kajian Sunnah yang diminati masyarakat Indonesia.
Kesimpulannya bukti-bukti diatas menunjukkan bahwa Dakwah Sunnah berkembang pesat di Indonesia, dapat diterima khalayak luas meskipun tidak sedikit fitnah yang menghujaninya, juga bukti bahwa para pendakwah Sunnah mengajak orang lain diluar kelompoknya untuk kembali kepada ketaatan pada Allah dan RasulNya, kembali rujuk kepada Al-Qur'an dan Sunnah, bukan membiarkan karena menganggap sesat dan masuk neraka seperti kebanyakan fitnah yang disebarkan.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan pembacanya, Aamiin.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” [Ali Imrân/3:110]
Foto kajian Rutin Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc di Dusun Warak RT.08 / RW.02, Desa Girisekar, Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kajian Sunnah Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru, Tablik Akbar Utsadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas Lapangan Umum Desa Sembalun Kec. Sembalun Kabupaten Lombok Timur, Tablik Akbar Syaikh Abadurrazzaq di Masjid Istiqlal Jakarta.

Semoga postingan saya menjadi jalan hidayah Allah Azza wa Jalla bagi seseorang.




Oleh Siswo Kusyudhanto
Nama teman ini Fido Syarif, beliau dulu pekerjaannya adalah Senior Producer disalah satu televisi nasional, gajinya termasuk cukup besar bagi kebanyakan orang.
Dalam sebuah kesempatan beliau menyampaikan ucapan terimakasih karena menurut ceritanya ada salah satu postingan saya membuat berfikir tentang pekerjaan nya yang bergelut dengan musik dan dunia artis, sementara hal-hal yang ada didalamnya di haramkan secara syariat, tentu gajinya kemungkinan juga menjadi haram, pada akhirnya setelah mencari mengenal kajian Sunnah dia memutuskan mengundurkan dari pekerjaannya dan kemudian membuka usaha kecil-kecilan, Alhamdulillah ikut senang atas porses hijrahnya, semoga Istiqomah diatas Manhaj Salaf baik dalam Aqidah dan amal ibadahnya, Aamiin.
Kadang kita anggap iseng dan sepele postingan kita, namun ternyata itu berkat Hidayah Allah Azza wa Jalla itu menjadi jalan merubah hidup seseorang entah dimana, Allahu Akbar.
Kisah beliau membuat makin semangat menulis materi kajian para ustadz pemateri kajian Sunnah, dan berharap Allah Azza wa Jalla menjadikan postingan saya menjadi sarana dalam menyampaikan hidayahNya kepada seseorang, Aamiin
Sebaliknya ada seorang yang cukup dekat dengan saya, seseorang yang sudah saya anggap seperti ayah sendiri di perantauan, sejak beliau masih hidup sampai wafatnya belum juga berhasil mengajak beliau untuk menunaikan shalat fardhu secara Istiqomah dengan berbagai alasan. Padahal sudah banyak nasehat saya sampaikan kepada beliau, pada akhirnya ketika beliau wafat jadi merasa sangat bersalah.
Sungguh benar hidayah mutlak milik Allah Azza wa Jalla, bahkan sekelas Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam manusia paling mulia sekalipun tidak mampu memberikan hidayah, apalagi kita?, kemampuan kita hanya menyampaikan, menasehati dan mengajak, soal hasil mutlak milik Allah Azza wa Jalla
Waallahua'lam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ٨:٥٦
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [Al Qashash/28 : 56]
Sebab turunnya ayat ini berkaitan dengan meninggalnya Abu Thalib dalam keadaan tetap memeluk agama Abdul Muththalib (musyrik). Hal ini sebagaimana ditunjukkan hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibnu Al Musayyab, bahwa bapaknya (Al Musayyab) berkata: ‘Tatkala Abu Thalib akan meninggal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sllam bergegas mendatanginya. Dan saat itu, ‘Abdullah bin Abu Umayyah serta Abu Jahal berada di sisinya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Wahai, pamanku. Ucapkanlah la ilaha illallah; suatu kalimat yang dapat aku jadikan pembelaan untukmu di hadapan Allah,’. Akan tetapi, ‘Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahal menimpali dengan ucapan : ‘Apakah engkau (Abu Thalib) membenci agama Abdul Muththalib?’. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi sabdanya lagi. Namun mereka berdua pun mengulang kata-katanya itu. Maka akhir kata yang diucapkannya, bahwa dia masih tetap di atas agama Abdul Muththalib dan enggan mengucapkan La ilaha illallah. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh, akan aku mintakan ampunan untukmu, selama aku tidak dilarang”.
Lalu Allah menurunkan firmanNya:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَن يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ ٩:١١٣
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam”. [At Taubah/9 : 113]
Adapun mengenai Abu Thalib, Allah berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki”. [Al Qashash/28 : 56].
Sumber Referensi "Hidayah hanya milik Allah Azza wa Jalla", karya Ustadz Abu Nida` Chomsaha Sofwan, di web almanhaj.or
Foto Akhi Fido Syarif ketika masih bertugas di tv nasional dan foto ketika beliau bertemu Ustadz Firanda Adirja di Masjid Nabawi Madinah.