Monday, January 25, 2021

Ayo ikut kami berantas buta Al-Qur'an

 


Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada teman sering posting tentang pemimpin zalim, mengkritik pemerintah, menyampaikan kebobrokan masyarakat yang disebabkan buta agama dan seterusnya, lalu saya sampaikan bahwa merubah pemimpin itu dimulai dari rakyatnya, demikian yang benar, jadi untuk mendapatkan pemimpin yang adil, amanah, dan seterusnya dimulai dari rakyatnya, kalau rakyatnya saja jarang shalat nurut survey nasional cuma 20-30 persen muslim kita tertib shalat fardhu, mayoritas tidak paham agama, mayoritas buta Al-Qur'an, suka berbuat syirik, bid'ah, maksiat, riba, dan penyimpangan lainnya, terus pemimpin model apa yang dapat diharapkan dari rakyat yang kondisinya demikian?.
Jadi merubah sesuatu tidak dapat dilakukan hanya dengan duduk manis dirumah kemudian ngomel sana-sini, merubah sesuatu itu perlu usaha dan doa, sedang nabi dan rasul yang diberikan mukjizat perlu usaha dan berjuang sekuat tenaga mereka, apalagi kita yang nabi bukan dan rasul juga bukan?, Tentu perlu usaha yang jauh lebih banyak untuk mewujudkan sesuatu, apalagi mewujudkan sebesar pemimpin yang amanah bagi rakyatnya.
Kata seorang teman, sekelompok serigala pasti dipimpin oleh seekor serigala, mustahil sekelompok serigala dipimpin oleh seekor domba.
Waallahua'lam.
Allah Ta’ala berfirman,
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan demikianlah kami jadikan sebagian orang yang zalim sebagai pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan amal yang mereka lakukan.” (Qs Al An’am: 129).
Seperti beberapa waktu yang hasil riset dari Institut Ilmu Alquran (IIQ) akhir pekan lalu mencatat sekitar 65 persen masyarakat Indonesia buta huruf Alquran, SubhanaAllah, padahal Al-Qur'an adalah kitab petunjuk dari Allah Azza wa Jalla akan segala yang berkaitan hidup dan setelah mati seorang Muslim, kalau mayoritas Muslim di Indonesia buta akan Al-Qur'an terus pemimpin seperti apa yang dipilih dan memimpin mereka?.
Dia Azza wa Jalla berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran mendapat pelajaran. [Shâd/38:29]
Imam Ibnu Jarîr ath-Thabari rahimahullah berkata, “Allah Azza wa Jalla berkata kepada Nabi-Nya (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam), ‘Al-Qur’ân ini ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, wahai Muhammad, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya, agar mereka memperhatikan hujjah-hujjah Allah Azza wa Jalla serta syari’at-syari’at yang ditetapkan di dalamnya, kemudian mereka mendapat pelajaran dan mengamalkannya’”. [Tafsîr ath-Thabari, 21/190]
Oleh karenanya kami mengajak teman-teman semua untuk ikut mendukung program 1 juta orang Indonesia mengaji, dengan bantuan material ataupun non material agar dikemudian hari ada perbaikan yang lebih baik di negeri ini, agar dikemudian hari Islam memang agama yang eksis dinegri ini baik ilmu dan amalannya, bukan sekedar namanya atau cuma nama agama di KTP dikebanyakan orang.
Sejauh ini kami sudah membantu kelas-kelas bacaan Al-Qur'an diberbagai daerah di Indonesia, total Mushaf Al-Qur'an bantuan teman-teman donatur yang sudah terdistribusi lebih dari 7000 Mushaf Al-Qur'an dan terbagi ke lebih dari 300 kelompok Bacaan Al-Qur'an dan Tahfizh di lebih dari 25 provinsi, dan ke lokasi mulai masjid, musholla, rumah Tahfizh, kantor-kantor, penjara, dan lainnya.
Semoga bacaan dan hafalan para peserta halaqah Al-Qur'an menjadi pahala yang mengalir terus menerus kepada para donatur Mushaf Al-Qur'an, aamiin.
Bagi teman-teman yang dilapangkan Rizki harta oleh Allah Azza wa Jalla dan minat sedekah Mushaf Al-Qur'an dapat menyalurkan ke rekening dibawah ini, karena masih banyak lokasi lain yang membutuhkan Mushaf Al-Qur'an.
Rekening Bank Syariah Mandiri
Atas nama Siswo Kusyudhanto
Di nomer 7114465962
Konfirmasi ke nomer WA 081378517454
Setiap sumbangan donatur InsyaAllah kami akan laporkan nomer resi pengiriman dan jumlahnya.
Syukron jazakamullahu khairan.

MENGAPA DAKWAH SALAFIYAH SANGAT PESAT BERKEMBANG DI SUMATERA BAGIAN TENGAH ?

 


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa tahun yang lalu Ustadz Farhan Abu Furaihan diundang ke Kota Pekanbaru untuk mengisi beberapa kajian, dalam salah satu kesempatan beliau mengatakan, "harusnya antum bersyukur di Pekanbaru ini perkembangan dakwah Salafiyah berkembang pesat, banyak masjid-masjid besar berbasis kajian salafiyah yang mampu menampung ribuan jamaah sekaligus, seperti Masjid Raudhatul Jannah, Masjid Abu Darda, Masjid Umar bin Khattab, Masjid Imam Syafi'i dan lainnya, juga kelompok-kelompok tahsin(bacaan Al-Qur'an) banyak kita jumpai di Pekanbaru ini, lihat daerah lain di Indonesia tidak seperti disini, di daerah lain sedikit yang memiliki masjid sendiri sehingga kalau kajian sering diusir juga mendapat perlakuan buruk dan sebagainya."
Mungkin benar perkataan beliau, saya rasakan sendiri suasana di Pekanbaru juga beberapa kota di Sumatera bagian tengah sangat berbeda dengan berbagai daerah di Indonesia lainnya, apalagi lihat banyak kajian dibubarkan di Pulau Jawa dan Kalimantan juga lainnya, wajibnya bersyukur bagi teman yang berada di daerah
Mungkin hanya di Pekanbaru ada puluhan baliho dakwah berdiri memuat materi dakwah berbagai hal semisal anti riba, himbauan menjauhi kesyirikan, mengingatkan warga agar tidak lupa shalat, mengingatkan kaum muslimah untuk berhijab dan seterusnya dan itu semua nol pajak, artinya tidak membayar pajak karena pemerintah setempat menganggap sebagai usaha membenahi masyarakat setempat atau usaha layanan masyarakat, dan pemerintah setempat sangat mendukung dakwah ini karena para pemimpin daerah merasakan dengan berkembangnya dakwah ini kota makin aman dari kejahatan dan kerusakan masyarakat, itu kenapa kadang kala mereka hadir di kajian dakwah Salafiyah di beberapa kali kesempatan, alhamdulillah.
Juga di Pekanbaru kelas-kelas bacaan Al-Qur'an kalau dihitung mungkin ada ribuan lokasi, mulai masjid2 besar, musholla2, rumah tahfizh sampai kelompok kecil di perumahan-perumahan.
Demikian juga kajian-kajian ustadz bertebaran dimana-mana, kadang jamaah sampai bingung mengikuti kajian ustadz yang mana karena waktunya bersamaan.
dan seterusnya, intinya suasananya jauh berbeda dengan kota lain.
Seorang teman bertanya kepada seorang dosen sejarah yang mengajar disalah satu universitas di Pekanbaru mengenai kenapa Manhaj Salaf berkembang pesat di Sumatera bagian tengah?, sementara di daerah lain tidak sepesat itu?, beliau menjawab, hal ini tidak lepas dari faktor budaya dan sejarah, kenapa terjadi hal yang demikian.
Misal dalam hal budaya, Sumatera di bagian tengah meliputi Riau dan Sumatera Barat tidak mengenal budaya yang kedudukannya lebih tinggi dari syariat agama, tidak ada budaya yang bergesekan dengan syariat, semisal didaerah lain seperti larung saji, yang menyediakan sesajen bagi makhluk halus penghuni suatu tempat atau area tertentu. Atau juga masyarakat di bagian Sumatera bagian tengah tidak mengenal amalan tawassul kepada makam2 orang yang dianggap suci.
Dari faktor sejarah juga sejak jaman kolonial Belanda Sumatera bagian tengah adalah tempat bermukimnya kelompok yang mendakwahkan memurnian agama, seperti Tuanku Tambusai yang menyokong Tuanku Imam Bonjol memerangi kebid'ahan dan kesyirikan diawal perjuangnnya, sehingga pada akhirnya memerangi Belanda, karena pihak Belanda membantu kaum musyrikin di wilayah Sumatera Barat.
Mungkin beberapa faktor ini yang membuat dakwah salafiyah tidak terlalu menghadapi halangan seperti yang terjadi diwilayah lain seperti Aceh dan Jawa.
Waallahua'lam.
Allah Ta'ala berfirman :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri” [Al-A’raf/7 : 96]
Foto diambil sebelum adanya wabah Covid 19

Masjid mewah tapi tidak makmur?

 


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu lalu saya masuk sebuah masjid dengan bangunan yang megah, ketika masuk nampak di rak berjejer Mushaf Al-Qur'an bagus, beberapa standar Madinah dan Mesir, namun ketika pas mendekati rak saya agak kaget sebagian besar Mushaf Al-Qur'an disitu masih tersegel plastik, artinya Mushaf Al-Qur'an itu tidak pernah dibuka dan dibaca, SubhanaAllah.
Padahal banyak lokasi di pelosok daerah membutuhkan Mushaf Al-Qur'an juga buku Iqro' untuk warga disana belajar mengajar baca Al-Qur'an, bahkan banyak lokasi buku Iqro' dan Mushaf Al-Qur'an yang mereka miliki tidak layak digunakan alias sudah hancur.
Mungkin ini fakta memprihatinkan bahwa banyak masjid megah dan mewah namun tidak makmur dengan amal ibadah didalamnya diantaranya kegiatan belajar membaca Al-Qur'an.
Bahkan pernah saya jumpai disebuah daerah ada masjid mewah cuma dibuka saat shalat Maghrib, isya' dan subuh, karena kalau siang masjid dikunci rapat, SubhanaAllah.
Mungkin dalam masyarakat kita ada persepsi yang salah dalam memahami "memakmurkan" adalah membangun dan menghiasai masjid seindah mungkin, padahal bukan seperti itu memaknai memakmurkan masjid, Allahua'lam.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allâh ialah orang-orang yang beriman kepada Allâh dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allâh, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allâh)” [At-Taubah/9:18]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Bukanlah yang dimaksud dengan memakmurkan masjid-masjid Allâh hanya dengan menghiasi dan mendirikan fisik (bangunan)nya saja, akan tetapi memakmurkannya adalah dengan berdzikir kepada Allâh dan menegakkan syariat-Nya di dalamnya, serta membersihkannya dari kotoran (maksiat) dan syirik (menyekutukan Allâh Azza wa Jalla).”
(Kitab Tafsir Ibni Katsir, 1/216).
Sumber Referensi "MEMAKMURKAN MASJID SIFAT TERPUJI YANG IDENTIK DENGAN IMAN KEPADA ALLÂH SUBHANAHU WA TA’ALA", karya Ustadz Abdullah Taslim Al Buthoni di web Muslim.or.id

Datang dan carilah kebenaran atas berita itu

 


Oleh Siswo Kusyudhanto
Saya mendapatkan cerita menarik dari seorang teman tentang seorang anggota polisi yang kemudian jatuh cinta kepada Dakwah Salafiyah.
Dikisahkan ada seorang anggota Intel polisi di perintahkan atasannya untuk mencari kebenaran atas berita yang masuk bahwa ada kajian di sebuah masjid di Pekanbaru diduga pemahaman Wahabi dan memberikan materi yang mengarahkan masyarakat kepada pemahaman radikal(khawarij).
Maka sesuai dengan yang ditugaskan oleh atasannya si polisi berpakaian preman dan datang ke kajian rutin seorang ustadz di sebuah masjid, dia duduk bersama jamaah lain sambil mencatat materi kajian itu diatas buku catatan kecilnya, sama dengan apa yang dilakukan oleh jama'ah lainnya.
Namun sejauh dia duduk di kajian itu selama hampir 2 jam ternyata materinya tidak ditemukan tanda-tanda menyebarkan pemahaman radikal seperti yang dapatkan informasi sebelumnya, justru dalam kajian ini yang disampaikan cuma Ayat Al-Qur'an dan Hadits juga disertai penjelasan dari beberapa ulama tentang hal itu.
Karena masih penasaran si Intel polisi ini besok nya datang ke kajian di Masjid yang sama yang diisi oleh ustadz lain dengan materi berbeda, namun lagi-lagi dia jumpai materinya jauh dari kata radikal, cuma Ayat Al-Qur'an dan Hadits disertai penjelasan para ulama.
Karena masih juga penasaran dia akhirnya datang terus ke kajian di masjid tersebut berulangkali, sampai tidak terasa dijalani sudah berbulan-bulan, namun belum dia temukan materi radikal di masjid ini.
Dan pada akhirnya si Intel polisi banyak terlibat dalam kegiatan di masjid tersebut, penampilannya juga berubah, jenggotnya dipanjangkan, dan celana dicingkrangkan, pada akhirnya dia jatuh cinta kepada Dakwah ini sampai hari ini.
Dan sampai saat ini menurut kabar beliau sehari-hari penampilan seperti itu sebagi Intel, bahkan mendapatkan tugas khusus untuk mendeteksi pemahaman radikal di tengah masyarakat, MasyaAllah.
Dan mungkin bukan beliau saja yang menemukan cinta di Dakwah Salafiyah dengan cara demikian, semula mendengar fitnah atau berita bohong kemudian mencari kebenaran atas berita tersebut dan akhirnya justru cinta kepada Dakwah ini.
Kisah ini semoga menjadi pelajaran penting bagi penulis juga para pembaca postingan ini, jika datang sebuah berita jangan langsung percaya begitu saja, namun cari kebenaran atas berita tersebut dengan cari mencari kebenaran dari sumbernya (Tabayyun), agar kita tidak salah dalam bersikap, Allahu'lam.
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah, pent.), musuh-musuh kalian senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai kalian. Maka wajib atas kalian untuk selalu waspada, hingga kalian bisa mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar.
Sumber Referensi "Berita dan Bahayanya", karya Syaikh Dr. Abdul Azhim Al Badawi di web Muslim.or.id

Hati-hati dalam berinvestasi di asuransi



Oleh Siswo Kusyudhanto
Sedih kalau lihat ada ribuan bahkan jutaan orang di Indonesia terlanjur menginvestasikan uangnya ke sebuah lembaga asuransi, dan kemudian hari asuransi ini ternyata rugi besar bahkan pailit, akibatnya uang trilyunan rupiah milik nasabah tak tau rimbanya hingga sekarang, SubhanaAllah.
Saya dulu pernah bekerja disebuah lembaga asuransi Eropa, sejauh pengalaman saya kadangkala salesman asuransi tidak menjelaskan bahaya melakukan investasi di asuransi mereka, dan membiarkan nasabahnya asal tanda tangan kontrak kerjasama, dan mereka para salesman asuransi sebagian hanya menonjolkan sisi keuntungan produk mereka kepada konsumen, padahal asuransi termasuk investasi resiko tinggi di Indonesia.
Salah satunya adalah point penting yang sering dilewati dibaca oleh nasabah adalah tentang hasil dari premi yang mereka bayar bisa saja tidak menghasilkan sesuai yang dijanjikan, misal bayar premi 1 juta tiap bulan selama 2 tahun atau 24 bulan, hasilnya bisa bukan 24 juta, dapat kurang dari itu, atau bahkan sangat jauh dari itu seperti terjadi kepada para nasabah asuransi yang jadi korban pailit perusahaan asuransi saat ini, poin ini menyebutkan salah satunya yakni resiko rugi dari usaha pihak asuransi dalam melakukan investasi, suatu saat mereka bisa bisa rugi dan itu dibebankan kepada nasabah, ini bahaya besar bagi nasabah asuransi.
Juga banyak anggota masyarakat tidak paham akan cara kerja asuransi, terutama yang Muslim, ketahuilah mayoritas perusahaan asuransi menginvestasikan dana dari nasabah ke bentuk deposito bank konvensional yang jelas riba, dan riba jelas haram dalam syariat Islam. Jika ada investasi lain kemungkinan sangat sedikit sekali, karena hanya deposito bank adalah investasi dengan resiko paling kecil dibandingkan bentuk investasi lain bagi perusahaan asuransi..
Semoga tulisan ini menginspirasi teman-teman untuk lebih berhati-hati dalam melakukan investasi, namun sebaik-baiknya investasi adalah investasi untuk akhirat, yakni dengan amal ibadah, Allahua'lam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil……...” (QS. An Nisaa’: 29)
Foto ; salah satu lembar kontak sebuah perusahaan asuransi
Sumber Referensi duwitmu.co