Wednesday, May 31, 2017

Ustadz bagaimana menyampaikan hujjah kepada orang yang menyepelekan Sunnah?



Dalam sebuah kajian seorang jamaah bertanya kepada Ustadz Maududi Abdullah, " ustadz hujjah yang tepat kepada orang yang menyepelekan Sunnah?'.
" Ada banyak orang kategori orang menyepelekan Sunnah, ada yang karena ketidak tahuan disebabkan oleh belumnya sampai ilmu sampai kepadanya, ada juga yang dengan sengaja menyepelekan Alquran dan Sunnah mereka merusak agama ini dari dalam, maka perlu disampaikan hujjah kepada mereka. Bagi orang yang menyepelekan karena keawaman mereka wajib kita memberi pelajaran dan berlemah lembut kepada mereka, sementara kepada mereka yang tau bahwa ini adalah bagian dari agama Islam namun mereka dengan sengaja merusaknya, orang seperti ini wajib diperangi, dan perang ada dua, yakni perang dengan hujjah dan perang dengan senjata, jika perang dengan senjata saat ini belum memungkinkan, belum terpenuhi syaratnya karena ketidak mampuan kita, maka perangi dengan hujjah dari Alquran dan Hadist. Intinya kenali siapa yang kita sedang hadapi, dan terapkan cara menyampaikan hujjah berdasarkan siapa yang kita hadapi itu, semisal jika di Bulan Ramadhan antum bagi-bagi makanan saat berbuka untuk 200 sampai 500 orang, tentu orang yang awam akan menganggap orang yang berjenggot itu baik, orang yang mengikuti Sunnah itu bagi mereka berakhlak baik, dengan demikian mereka yang awam mudah menerima Sunnah. Jika antum menghadapi orang awam didatangi kemudian marah-marah melulu, ya tentu tidak sesuai yang disunnahkan Rasulullah, dengan demikian siapa yang mengganggap Sunnah itu benar dan baik, intinya bagi yang awam kita berlemah lembut, kalau perlu dirayu agar mereka memahami Sunnah itu baik, kenali siapa yang antum hadapi, waallahua'lam."
Allah menjelaskan bahwa Nabi-Nya, Muhammad, sebagai orang yang memiliki akhlak yang agung. Allah Ta’ala berfirman.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sungguh, kamu mempunyai akhlak yang agung” [Al-Qalam : 4]
Allah juga menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang ramah dan lemah lembut. Allah Ta’ala berfirman.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu” [Ali Imran : 159]
Allah juga menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang penyayang dan memiliki rasa belas kasih terhadap orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, yang berat memikirkan penderitaanmu, sangat menginginkan kamu (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min” [At-Taubah : 128]
Rasulullah memerintahkan dan menganjurkan kita agar senantiasa berlaku lemah lembut. Beliau bersabda.
يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا، وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا
“Mudahkanlah dan jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan janganlah kalian membuat orang lari”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734 dari Anas bin Malik. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 1732 dari Abu Musa dengan lafaz.
بَشِّرُوا وَلاَ تُُنَفِّرُواوَيَسِّرُوا وَلاَتُعَسِّرُوا
“Berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari. Mudahkanlah dan janganlah kalian persulit”.
Referensi :
BERKASIH SAYANG DAN LEMAH LEMBUT
Oleh
Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr, di web almanhaj.or.id

Monday, May 29, 2017

Mendingan untuk saya saja


Seorang pemuda datang kepada ustadz, niat kedatangannya untuk meminta pertolongan kepada ustadz agar dicarikan seorang gadis untuk dijadikan istri, karena dia sudah lama membujang dan ingin membangun maghligai rumah tangga Selama ini dia mencari istri sendiri dan beberapa kali ta'aruf selalui menemui kegagalan.
Si pemuda setelah menyampaikan maksud kedatangannya dan si ustadz bertanya, " memang yang antum harapkan adalah pasangan seperti apa? kreiteria apa yang antum inginkan?."
Si pemuda menjawab, " begini ustadz, saya ingin seorang wanita yang mandiri, sudah bekerja, kalau dapat dia pegawai negri dan jika ada berprofesi sebagai dokter boleh juga. Secara fisik saya ingin pasangan wanita yang tinggi semampai, keibuan, tinggi badannya 170cm kalau ada, berkulit putih bersih, rambutnya hitam dan panjang, berhijab syar'i, seorang pengahafal Al quran, kalau ada yang hafal 30 juz, pintar memasak, dan rajin dalam merawat rumah.
Syarat lainnya juga kalau dapat dia anak tunggal dari keluarga kaya raya, kalau ada yang tinggal ibunya saja yang masih hidup.
Sudah ustadz itu kriteria-kriteria saya, nanti kalau mendapatkan wanita seperti itu tolong kabari saya ya ustadz".
Si Ustadz cuma diam dan heran mendengar kriteria-kreiteria yang dicari si pemuda, lalu dia berkata, " jika saya mendapatkan wanita seperti itu tidak akan mengabari antum."
Si pemuda heran mendengar perkataan si ustadz, lalu bertanya. " kenapa ustadz, kenapa tidak mengabari saya?, saya kurang paham."
Lalu si ustadz berkata, " karena kalau saya dapat wanita seperti itu saya tidak akan mengabari antum, karena wanita seperti itu akan saya nikahi sendiri sebagai istri kedua."
"Haaahhhhhhh!!!", si pemuda sangat kaget.
Lalu si ustadz menasehati si pemuda agar jangan membuat kriteria terlalu tinggi untuk mendapat seorang istri, karena jika mendapatkan pasangan harus sesuai standart seperti itu niscaya seumur hidup hingga mati tidak akan mendapatkan pasangan hidup, karena sifat manusia adalah tidak sempurna, dalam diri manusia pasti disatu sisi mungkin dia bagus dan baik namun disisi yang lain pasti punya kekurangan, dan kita harus dapat menerimanya
Waallahua'lam.
dikutip dr kajian Ustadz Ali Ahmad.

Berbuka di Masjid Raudhatul Jannah

Suasana Buka Puasa hari pertama di Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru, akhirnya merasakan manisnya kebersamaan dengan teman-teman. Sebelum buka bersama didahului acara tahsin, belajar Tajwid, cara baca Alquran yang benar sesuai makhrajnya, Alhamdulillah, makin ramai masjid ini, kegiatan ini tidak kurang diikuti satu ribu jamaah, menunjukkan jamaah kajian Sunnah secara jumlah terus berkembang, semoga makin berkembang lagi pada bulan Ramadhan tahun berikutnya, aamiin.
Kami ucapkan juga terima kasih kepada para donatur yang telah memberi bantuan seperti makanan dan minuman, semoga bernilai pahala bagi anda semua, aamiin.



Ramadhan paling indah adalah di Madinah.


Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah menceritakan pengalaman beliau indahnya Bulan Ramadhan di Kota Madinah, kota Nabi, " kaum Anshor dikenal adalah kaum yang suka menolong dan memberi, tidak saja dikenal dijaman Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, bahkan hal demikian juga masih tersisa pada keturunan mereka dijaman sekarang. Sikap suka menolong dan memberi dari warga Kota Madinah itu sangat terlihat saat Bulan Ramadhan, disana Ramadhan yang terasa paling indah, karena ketika menjelang berbuka puasa banyak diantara warga disana mencari orang yang bertemu dijalan ditarik kedalam masjid atau rumah mereka untuk dijamu berbuka puasa, dia akan menarik siapa saja orang yang ditemui dijalan kemudian memegang tangannya dan dibawa kedalam masjid dimana dia sudah menggelar berbagai makanan dan minuman, setelah dia menyuruh duduk orang didepan makanan yang digelar dia akan pergi mencari orang lain lagi dijalanan, begitu seterusnya sampai sekiranya cukup orang untuk menghabiskan makanannya. Kenapa mereka lakukan demikian, karena mereka mengetahui memberi jamuan berbuka puasa sangat mulia, mendatangkan pahala berpuasa yang sama dengan orang yang dijamunya. Andai seperti ini juga berlaku di negri kita alangkah indahnya Ramadhan disini."
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
“ Barang siapa yang memberi buka orang yang puasa mka dia akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa tampa mengurangi pahalanya sedikitpun.”
(HR. Ahmad dalam Musnadnya, Tirmidzi dalam Jami’nya, Ibnu Majah dalam Sunannya, dan Ibnu Hiban dalam Shahihnya, dan dishahihkan oleh Tirmidzi)
Orang yang puasa hendaknya memenuhi undangan makan saudaranya, karena barang siapa yang tidak menghadiri undangan berarti telah durhaka kepada Abul Qasim shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia harus berkeyakinan bahwa Allah Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun amal kebaikannya, tidak akan dikurangi pahalanya sedikitpun.
Orang yang diundang disunnahkan mendo’akan yang mengundang setelah selesai makan dengan do’a-do’a dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya
أَكَلَ طَعَامَكُمْ الأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمْ المَلاَئِكَةُ وَأَفْطَرَ عِنْدَكُمْ الصَّائِمُوْن
“Telah makan makanan kalian orang-orang baik, dan para malaikat bershalawat (mendo’akan kebaikan) atas kalian, dan orang-orang yang berpuasa telah berbuka disisi kalian.” (HR. Abi Syaibah dalam Mushonnaf 3/100, Ahmad dlam Musnadnya 3/118, Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum:268, Ibnu Sunni dalam Amal Yaum:129, Abdurrazaq dalam Mushannaf 4/311 dan sanadnya shahih)
اللّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِي وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِي
“Ya Allah, berilah makan orang yang memberi ku makan, berilah minum orang yang memberiku minum” (HR. Muslim dalam Shahihnya 2055 dari Miqdad)
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَبَارِكْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ
“Ya Allah, ampunilah mereka dan rahmatilah, berilah barokah pada seluruh rejeki yang Engkau berikan.” (HR. Muslim dalam Shahihnya 2042 dari Abdullah bin Busrin)
Sumber: "Pahala memberi makan orang berpuasa", di muslimah.or.id

Orang yang merugi adalah membiarkan Bulan Ramadhan pergi Tampa dia meramal shaleh didalamnya.


Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc. Rahimahullah mengatakan, " sungguh orang yang celaka, sungguh orang yang merugi, sungguh orang yang berbuat sia-sia jika dia hidup di bulan Ramadhan, bernafas di bulan Ramadhan tampa memperbanyak amal ibadah didalam bulan tersebut, padahal dibulan suci ini pahala dilipat gandakan oleh Allah atas amal ibadah seseorang dan mengampuni dosa yang selama ini pernah dia lakukan. Karena banyak orang yang tidak mendapat kesempatan yang sama, selalu menemui bulan Ramadhan karena dia sudah dipanggil dulu menghadap kepada Allah Azza Wa Jalla atau wafat. "
Kewajiban setiap muslim adalah berlomba-lomba mencari keberkahan bulan ini dengan banyak beramal shalih, agar kita termasuk orang-orang yang dimerdekakan oleh Allah dari api Neraka. Sungguh sangat merugi orang yang keluar dari bulan Ramadlan dalam keadaan tidak mendapat ampunan Allah Ta’ala. Jabir bin Abdillah radliyallahu ‘anhu berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَقِىَ الْمِنْبَرَ فَلَمَّا رَقِىَ الدَّرَجَةَ الْأُولَى قَالَ آمِيْنَ ثُمَّ رَقِىَ الثَّانِيَةَ فَقَالَ آمِيْنَ ثُمَّ رَقِىَ الثَّالِثَةَ فَقَالَ آمِيْنَ فَقَالُوا يَا رَسُوْلَ اللهِ سَمِعْنَاكَ تَقُوْلُ آمِيْنَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَ لَمَّا رَقِيْتُ الدَّرَجَةَ الأُولَى جَاءَنِي جِبْرِيْلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَقُلْتُ آمِيْنَ ثُمَّ قَالَ شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ فَقُلْتُ آمِيْنَ ثُمَّ قَالَ شَقِيَ عَبْدٌ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَقُلْتُ آمِيْنَ.
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam menaiki mimbar, ketika beliau menaiki tangga yang pertama beliau bersabda, “Aamiin.” Ketika menaiki tangga kedua beliau berucap, “Aamiin.” Ketika menaiki tangga yang ketiga beliau berucap, “Aamiin.” Para shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kami mendengar engkau mengucapkan Aamiin tiga kali.” Beliau bersabda, “Ketika aku menaiki tangga yang pertama, Jibril ‘alaihissalam datang kepadaku dan berkata, “Celaka hamba yang mendapati bulan ramadlan, setelah lepas darinya ternyata ia tidak diampuni dosa-dosanya.” Akupun mengucapkan Aamiin. Kemudian ia berkata, “Celaka hamba yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya namun tidak memasukkannya ke dalam surga. Akupun mengucapkan Aamiin. Kemudian ia berkata, “Celaka hamba yang disebutkan namamu di sisinya tetapi ia tidak bershalawat untukmu. Akupun mengucapkan Aamiin. (HR Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad.
Referensi Dr Qur'anSunnah.blogspot

Hati-hati dengan Ruwaibidhah !


Dikirimi seorang teman link sebuah posting anak remaja yang lagi heboh di dunia Maya, tentang keberagaman dan pluralisme, konon posting itu sudah dishare sampai puluhan ribu kali dan mendapat banyak pujian, terutama dari pihak yang berhaluan liberal dan pluralisme.
Menanggapi hal itu saya malah tidak ikut share kan, karena hal seperti ini berbahaya, dapat menanamkan paham liberal dan pluralisme kepada siapa saja yang membacanya Tampa mereka sadari.
Jadi ingat kajian Ustadz Abu Haidar As Sundawy tentang Ruwaibidhah, orang yang bodoh namun ikut serta membicarakan perkara orang banyak, beliau mengatakan, "Rasulullah sudah menyampaikan kepada kita tentang datangnya jaman yang penuh fitnah, yang benar dianggap salah, yang Sunnah dianggap bid'ah dan yang bid'ah dianggap Sunnah, yang hidayah dianggap kesesatan dan sebaliknya kesesatan dianggap hidayah, orang yang amanah dianggap khianat dan yang jelas tidak amanah malah dipercaya
. Dan kelak akan muncul Ruwaibidhah, orang-orang bodoh yang dielu-elukan, diangkat menjadi pemimpin mereka kemudian para pemimpin yang bodoh itu berbicara dan mengurusi hajat hidup orang banyak, pada akhirnya mereka membolak-balikkan kaidah dalam kehidupan bermasyarakat, yang semula dianggap benar jadi salah, yang salah dibenarkan, yang hidayah dianggap sesat dan yang sesat dianggap hidayah, yang Sunnah dianggap bid'ah dan yang bid'ah dianggap Sunnah, yang ketaatan dianggap maksiat dan yang maksiat justru dianggap keataatan dan seterusnya. Maka Rasulullah sudah memperingatkan kita agar berhati-hati dengan orang-orang bodoh yang membicarakan kepentingan banyak orang, wajib bagi kita menghindari orang seperti ini, waallahua'lam."
Imam Ibnu Majah meriwayatkan di dalam Sunannya :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al-Jumahi menuturkan kepada kami dari Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [1887] as-Syamilah).
Hadits yang agung ini menerangkan kepada kita:
Peringatan akan bahaya berbicara tanpa landasan ilmu. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semua akan dimintai pertanggung-jawabannya.” (QS. al-Israa’ : 36).
Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Hai umat manusia, makanlah sebagian yang ada di bumi ini yang halal dan baik, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata bagi kalian. Sesungguhnya dia hanya akan menyuuh kalian kepada perbuatan dosa dan kekejian, dan agar kalian berkata-kata atas nama Allah dalam sesuatu yang tidak kalian ketahui ilmunya.” (QS. al-Baqarah : 168-169). Maka barangsiapa yang gemar berbicara mengatasnamakan agama tanpa ilmu, sesungguhnya dia adalah antek-antek Syaitan, bukan Hizbullah dan bukan pula pembela keadilan atau penegak Syari’at Islam!
Hadits ini menunjukkan pentingnya kejujuran dan mengandung peringatan dari bahaya kedustaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib atas kalian untuk bersikap jujur, karena kejujuran akan menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menuntun ke surga. Apabila seseorang terus menerus bersikap jujur dan berjuang keras untuk senantiasa jujur maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai orang yang shiddiq. Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu akan menyeret kepada kefajiran, dan kefajiran akan menjerumuskan ke dalam neraka. Apabila seseorang terus menerus berdusta dan mempertahankan kedustaannya maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu).
Hadits ini juga menunjukkan pentingnya menjaga amanah dan memperingatkan dari bahaya mengkhianati amanah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari kiamat.” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana amanah itu disia-siakan?”. Maka beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah kiamatnya.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Tidak lengkap iman pada diri orang yang tidak memiliki sifat amanah.” (HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, dihasankan al-Albani dalam Takhrij Misykat al-Mashabih [35] as-Syamilah).
Hadits ini menunjukkan bahwa jalan keluar ketika menghadapi situasi kacau semacam itu adalah dengan kembali kepada ilmu dan ulama. Yang dimaksud ilmu adalah al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman salafus shalih. Dan yang dimaksud ulama adalah ahli ilmu yang mengikuti perjalanan Nabi dan para sahabat dalam hal ilmu, amal, dakwah, maupun jihad.
Sumber referensi "Hati-hati terhadap Ruwaibidhah", karya Abu Musli Ari Wahyudi di web muslim.or.id

Dukun​ asli jauh lebih berbahaya dari dukun palsu.


Dalam sebuah kesempatan Ustadz Firanda Adirja mengatakan, "ketahuilah dukun Asli itu lebih berbahaya dari dukun palsu, karena jika dukun palsu menipu manusia dengan trik dan sulap semata sementara dukun Asli punya kemampuan bekerja sama dengan iblis, dan dukun Asli mampu menyampaikan sesuatu hal ghaib yang di kabarkan oleh iblis setelah mencuri dengar berita dari langit. Dan kadang berita yang dicuri oleh iblis dari langit mengandung kebenaran didalamnya, padahal sebenarnya mereka menambah-nambahkan sesuatu yang bathil atas berita tersebut. Ini sangat berbahaya bagi orang yang awam, mereka akan mengira para dukun Asli membawa berita benar tentang hal yang ghaib, seperti ramalan masa depan, keberadaan barang hilang, cepat mendapatkan jodoh dan Rizki, mendapatkan kembali barang hilang dst., dan mereka pada akhirnya mau saja menuruti ajakan dan permintaan si dukun Asli bahkan sampai melakukan amalan yang mengandung perbuatan syirik dan semacamnya."
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قَضَى اللَّهُ الأَمْرَ فِى السَّمَاءِ ضَرَبَتِ الْمَلاَئِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ ، قَالُوا لِلَّذِى قَالَ الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِىُّ الْكَبِيرُ فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُ السَّمْعِ ، وَمُسْتَرِقُ السَّمْعِ هَكَذَا بَعْضُهُ فَوْقَ بَعْضٍ – وَوَصَفَ سُفْيَانُ بِكَفِّهِ فَحَرَفَهَا وَبَدَّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ – فَيَسْمَعُ الْكَلِمَةَ ، فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ ثُمَّ يُلْقِيهَا الآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ ، حَتَّى يُلْقِيَهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ أَوِ الْكَاهِنِ ، فَرُبَّمَا أَدْرَكَ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا ، وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ ، فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ ، فَيُقَالُ أَلَيْسَ قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا وَكَذَا فَيُصَدَّقُ بِتِلْكَ الْكَلِمَةِ الَّتِى سَمِعَ مِنَ السَّمَاءِ
“Ketika Allah menetapkan suatu urusan di langit, malaikat lantas meletakkan sayapnya dalam rangka tunduk pada perintah Allah. Firman Allah yang mereka dengarkan itu seolah-olah seperti suara gemerincing rantai di atas batu. Hal ini memekakkan mereka. Apabila rasa takut telah dihilangkan dari hati mereka, mereka mengucapkan, “Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?” Mereka menjawab, “Perkataan yang benar. Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
“Setan-setan penyadap berita itu pun mendengarkan berita itu. Para penyadap berita itu posisinya saling bertumpuk-tumpukkan. Sufyan menggambarkannya dengan memiringkan telapak tangannya dan merenggangkan jari-jemarinya. Jika setan yang di atas mendengar berita itu, maka segera disampaikan kepada setan yang berada di bawahnya. Kemudian yang lain juga menyampaikan kepada setan yang berada di bawahnya hingga sampai kepada tukang sihir dan dukun.”
“Terkadang setan penyadap berita itu terkena api sebelum sempat menyampaikan berita itu. Terkadang pula setan itu bisa menyampaikan berita itu sebelum terkena api. Lalu dengan berita yang didengarnya itulah tukang sihir atau dukun membuat 100 kedustaan. Orang-orang yang mendatangi tukang sihir atau dukun pun mengatakan, “Bukankah pada hari ini dan itu, dia telah mengabarkan kepada kita bahwa akan terjadi demikian dan demikian?” Akibatnya, tukang sihir dan dukun itu pun dipercaya karena satu kalimat yang telah didengarnya dari langit. (HR. Bukhari no. 4800).
Ada juga cara mudah yang setan tempuh untuk mencuri berita langit sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Aisyah berikut ini,
الْمَلاَئِكَةُ تَتَحَدَّثُ فِى الْعَنَانِ – وَالْعَنَانُ الْغَمَامُ – بِالأَمْرِ يَكُونُ فِى الأَرْضِ ، فَتَسْمَعُ الشَّيَاطِينُ الْكَلِمَةَ ، فَتَقُرُّهَا فِى أُذُنِ الْكَاهِنِ ، كَمَا تُقَرُّ الْقَارُورَةُ ، فَيَزِيدُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذِبَةٍ
“Para malaikat saling berbicara di atas awan dan awan-awan yang gelap tentang berbagai urusan yang akan terjadi di bumi lalu didengar oleh setan-setan kemudian setan-setan itu membisikkannya pada telinga para dukun sebagaimana botol ditiup lalu setan-setan itu menambah urusan yang didengarnya itu dengan 100 kedustaan.” (HR. Bukhari no. 3288).
Sumber referensi, "Jin mampu mencuri berita dari langit", oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal MSc. Di web muslim.or.id.co

Friday, May 26, 2017

Rasulullah mengingatkan umatnya bahaya bid'ah agar selamat.


Jika kita kumpulkan semua hadist larangan bid'ah maka terkumpul puluhan hadist dari berbagai derajat sanad, dan bahkan diantaranya hadist Sahhih, namun menurut sebagian orang pembahasan bid'ah tidak terlalu penting, pertanyaannya kenapa Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam banyak mengingatkan hal ini kalau tidak penting?.
Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, " Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam mengingatkan umatnya akan bahaya bid'ah karena beliau sayang kepada umatnya, bukan karena benci, karena beliau yang paling mengetahui mana perkara hidayah dan kesesatan, hanya Rasulullah yang mengetahui mana jalan kesurga dan mana jalan neraka. Demikian juga mengikuti Rasulullah, kami juga sering menyampaikan bahaya amalan bid'ah karena kami sayang kepada saudar-saudara muslim dari keadaan yang mencelakakan mereka."
Dari berbagai aspek memang amalan bid'ah merupakan sumber masalah bagi umat muslim, terutama secara Aqidah mutlak amalan bid'ah adalah terlarang, juga jika dilihat dari aspek lainnya.
Misal dalam aspek ekonomi, sifat amalan bid'ah adalah mahal.
Beberapa waktu yang lalu ada teman jamaah Travelling berkata kepada saya, " enak ya kalian jamaahnya banyak orang kaya dan dapat bantuan dari Arab Saudi sehingga dapat membangun banyak masjid besar, pondok pesantren, sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga leasing syar'i, sedang kami mendirikan masjid dan pondok pesantren saja kesulitan, sampai sekarang belum juga berdiri sempurna.", Lalu saya berkata, " enggak juga, pertama kami tidak dapat bantuan sama sekali dari Pemerintah Arab Saudi, silahkan datang ke masjid kami atau ponpes kami lihat pembukuan kami, semua bantuan dari jamaah murni, semua transaksi tertulis dan terdata rapi. Dan soal jamaah kami dari kalangan orang kaya juga kurang benar, banyak dikalangan jamaah kami juga dari pedagang keliling, pekerja bangunan, pedagang kecil dipasar dan seterusnya. Masalahnya mungkin karena kami tidak pernah mengamalkan amalan2 bid'ah yang termasuk mahal, seperti tahlil kematian, maulid nabi, shalawat nariyah, dan seterusnya, sehingga dana dari kami murni jadi sedekah untuk pembangunan masjid, ponpes dan seterusnya. Coba sekarang saya tanya kalau pergi ke India, Pakistan dan Bangladesh butuh dana berapa?", Dia menjawab, " sekitar 9 juta, apa hubungannya?". Lalu saya berkata, " misal satu orang pergi kesana perlu 9 juta, kalau 100 orang pergi kesana misal maka perlu 900 juta, kalau tiap tahun berangkat 100 orang dan dilakukan selama 10 tahun maka dana yang dibutuhkan untuk Travelling kesana adalah 9 milyar, cukup Khan untuk bangun masjid dan ponpes antum?",
Dia sejenak terdiam, lalu dia membenarkan perkataan saya, " iya juga ya, banyak juga kalau dikumpulkan", kemudian dia meninggalkan saya sambil manggut-manggut.
Memang sifat amalan bid'ah salah satunya adalah mahal, misal soal tahlil kematian, jumlah muslim di Indonesia menurut survey th. 2006 berjumlah 206 juta jiwa, dan dari jumlah itu 30 juta diantaranya sering mengamalkan tahlil kematian, semisal 1% dari jumlah itu yakni 30.000 orang pada suatu malam melakukan tahlil kematian dengan biaya 500 ribu saja, maka dana yang dibutuhkan adalah 150 milyar rupiah, bagaimana jika 10% diantara 30 juta itu bikin tahlil kematian bersamaan?, maka ratusan milyar atau bahkan trilyunan rupiah hanya untuk biaya tahlil kematian. Ini baru pembahasan tahlil kematian, belum maulid nabi, shalawatan, tour wali, dst. Mungkin jumlahnya puluhan trilyunan rupiah untuk membiayai amalan yang tidak ada contohnya dari Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya. Andai semua umat muslim dinegri ini mengikuti amalan Sunnah saja dan dana sebesar itu dialihkan untuk digunakan membiayai pembangunan masjid, sehingga panitia2 masjid tidak sampai mengemis di jalanan. Atau juga dana itu dapat digunakan untuk memerangi pemurtadan yang dilakukan kaum kafirin didaerah-daerah, dimana mereka banyak memurtadkan umat muslim karena dari umat muslimnya sendiri miskin. Atau juga dana sebesar itu dapat untuk memberi makan yatim piatu dan fakir miskin dinegri ini, waallahua'lam.
Jadi ingat kajian Ustadz Maududi Abdullah, beliau mengatakan, " Islam itu artinya menyelamatkan, atau selamat, maknanya orang yang beragama Islam dia akan selamat dirinya, harga dirinya, selamat hartanya, juga orang lain selamat dari ucapannya, dan juga selamat dari perlakuan buruk nya."

Ketika memilih pasangan yang tidak berilmu.


Dalam salah satu kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc. Rahimahullah mengatakan, " sebuah hal celaka yang menimpa seorang lelaki yang memiliki istri yang tidak berilmu (agama), suatu saat ketika dia pulang kerumah dalam letih penat karena seharian bekerja sesampai di rumah ditemukan olehnya keadaan rumah berantakan, anaknya terlihat kumuh dan kotor sedang berebut mainan, bekas pakaian kotor berserak didalam rumah, sedang si istri asyik menonton sinetron atau berita gossip di tv, kemudian sisuami itu makan sendirian disampingnya kanan dan kiri meja makan penuh piring dan gelas kotor. Selesai makan si suami ingin istirahat didalam kamar, namun dia memukan keadaan kamar juga berantakan, bantal dan guling berserakan, bekas popok si bungsu tergeletak dilantai, hal ini membuat hilang hasrat untuk tidur, kemudian dia mendekati si istri namun ketika mendekati si istri dia membau bau minyak kayu putih atau masker.
Sungguh tersiksa sekali lelaki seperti ini, penyebabnya ketika dulu memilih pasangan dia tidak mempertimbangkan keilmuan pasangannya, dia tidak serius dan bersungguh-sungguh mencermati bagaimana agama wanita yang dipilihnya, dan akibatnya dia terima saat ini. Maka wajib bagi setiap lelaki yang akan menikah untuk mendahulukan kriteria ilmu(agama) dalam menentukan pilihannya, waallahua'lam."
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
ثلاث جدهن جد وهزلهن جد: النكاح والطلاق والرجعة
“Tiga hal yang seriusnya dianggap benar-benar serius dan bercandanya dianggap serius: nikah, cerai dan ruju.'” (Diriwayatkan oleh Al Arba’ah kecuali An Nasa’i. Dihasankan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun menganjurkan memilih istri yang baik agamanya,
تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
Referensi Dr muslim.or.id

Ingat ukthi, tubuhmu hanya pinjaman.


Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Haidar As Sundawy mengatakan, " kadang kalau kita mengingatkan seorang wanita yang membuka aurat didepan umum, kemudian berdalih - ini Khan tubuh aku sendiri, kenapa anda ikut sibuk dengan diri saya? -, sesungguhnya wanita ini tidak mengetahui hakekat dari penciptaan Allah atas dirinya, ketahuilah apapun yang ada pada diri kita hanyalah titipan, termasuk tubuh yang kita miliki, dan selama kita dititipi oleh Allah wajib mengikuti aturan main dari pemilik tubuh ini yakni Allah. Mungkin sama halnya misal ada seseorang merental sebuah mobil, kalau selama meminjam mobil itu jika mengendarainya asal-asalan semisal ditabrak-tabrakkan atau ugal-ugalan tentu si pemilik mobil akan mengingatkan si penyewa mobil, karena aturan main dari sipemilik mobil sudah jelas, agar sipenyewa mobil menggunakan mobil itu untuk berhati-hati dalam mengendarainya.
Semoga banyak wanita mengetahui hakekat berhijab, agar mengerti tujuan dia berhijab, sehingga ada keyakinan yang mendalam atas amalan ini, aamiin."
Allah telah mewajibkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya berdasarkan firmanNya:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab: 36)
Allah juga telah memerintahkan para wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana firman Allah:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (QS. An Nuur: 31)
Sumber: referensi, "hijab muslimah" penyusun Abu Sa'id Satria di web muslim.or.id

Sebentar lagi Bulan Ramadhan siapkan diri perbanyak amal ibadah.


Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc.Rahimahullah mengatakan, " sebentar lagi kita akan masuk bulan Ramadhan, bulan yang suci dimana Allah membuka lebar-lebar surganya, dimana Allah memebuka luas kesempatan kepada hambanya untuk mengisi bulan suci ini dengan penuh amal ibadah, juga dimana bulan neraka dikunci rapat-rapat karena begitu banyaknya manusia berusaha meraih pahala dari amal ibadah."
Kemudian beliau berkata,. " masa lalu adalah waktu lampau bahkan sedetikpun telah berlalu adalah masa lalu, dan saat ini ketika detik dimana kita berkata dan bersikap, dan masa depan adalah sedetik kedepan, maka sikap seorang mukmin sejati menghadapi waktu yakni tidak meratapi masa lalu, tawakal dan tegar pada masa kini dan tidak memiliki kekuatiran akan masa depan. Maka gunakan waktu dibulan Ramadhan sebaik mungkin, bahkan sedetikpun jangan disia-siakan untuk tidak ada upaya meraih tempat disurga."
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة وغلقت أبواب النار، وصفدت الشياطين” رواه البخاري ومسلم واللفظ له
“Jika telah datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu” [Muttafaqun ‘alaihi]
Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam juga bersabda :
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ. وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَ ذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Apabila datang awal malam dari bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin yang sangat jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup tidak ada satu pintupun yang terbuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka tidak ada satu pintupun yang ditutup. Dan seorang penyeru menyerukan: ‘Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan tahanlah.’ Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka, yang demikian itu terjadi pada setiap malam.” (HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 682 dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya no. 1682, dihasankan Asy-Syaikh Albani rahimahullahu dalam Al-Misykat no. 1960)
Syaikh ‘Utsaimin rahimahullah menjelasakan ”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini oleh karena banyaknya amal saleh yang dikerjakan, dan sekaligus untuk memotivasi umat islam agar melakukan kebaikan. Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman. Setan-setan diikat dan dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti di bulan-bulan selain Ramadhan.” [Majaalisu Syahri Ramadhan, Syaikh ‘Utsaimin]
Sumber: artikel"ramadhan tiba dan pintu surga terbuka" oleh Dr. Andika Minaoki di web muslim.or.id

Kita ingatkan karena cinta.



Tadi pagi-pagi sudah dapat pesan dari teman jamaah Travelling, menurut cerita dia saya penebar fitnah atas paham mereka, subhanallah, saya sampaikan, Alhamdulillah semoga jadi pahala bagi saya.
Lalu saya jelaskan bahwa apa yang saya sampaikan tentang mereka sebenarnya bertujuan untuk mengingatkan mereka, sama halnya ketika saya melihat seorang teman menjalankan shalat subuh empat rakaat, tentu selesai dia melakukan shalat itu saya akan mengingatkan dia, bahwa Shalat Subuh yang dicontohkan oleh Rasulullah hanya dua rakaat, dan jika dia mengatakan yang benar adalah empat rakaat tentu saya akan bertanya dimana penjelasan tersebut di Ayat Alquran dan Hadist, karena dalam beramal ibadah yang benar tentu berada diatas dalil Sahhih, karena sayapun masih perlu banyak belajar, dan pelajaran terbaik adalah dengan bukti, jika dalam agama Islam tentu Alquran dan Hadist sebagai patokan utamanya. Kalau tindakan saya menanyakan hal ini disebut sebagai memfitnah tentu pertanyaan nya dimana letak perbuatan fitnah tersebut?.
Jadi ingat perkataan Ustadz Maududi Abdullah, " kerusakan dan penyimpangan umat dijaman ini sungguh luas dan sangat jauh, sehingga ketika kita menyampaikan kebenaran, justru kita yang menyampaikan nampak sangat buruk karena pengekor kesalahan jauh lebih besar jumlahnya dari pengekor kebenaran. Padahal kita sering mengingatkan hal ini kepada umat muslim agar mereka juga selamat, kita sampaikan karena mencintai mereka karena risalah agama ini sudah sangat jelas, mana jalan hidayah mana jalan kesesatan, semisal ketika kita ketahui disebuah jalan ada lubang besar, kemudian ada mobil melintas didepan kita, maka tentu kita akan berusaha mengingatkan​ sipengendara mobil agar menghentikan laju mobilnya, karena jika terus melaju niscaya dia akan celaka, waallahua'lam."
Berikut adalah risalah ringkas dari Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah mengenai amar ma’ruf nahi munkar. Berikut penjelasan beliau rahimahullah:
Allah Ta’ala berfirman,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
Sebagian ulama salaf mengatakan, “Mereka bisa menjadi umat terbaik jika mereka memenuhi syarat (yang disebutkan dalam ayat di atas). Siapa saja yang tidak memenuhi syarat di atas, maka dia bukanlah umat terbaik.”
Para salaf mengatakan, telah disepakati bahwa amar ma’ruf nahi munkar itu wajib bagi insan. Namun wajibnya adalah fardhu kifayah, hal ini sebagaimana jihad dan mempelajari ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur kewajibannya. Walaupun pahalanya akan diraih oleh orang yang mengerjakannya, begitu pula oleh orang yang asalnya mampu namun saat itu tidak bisa untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar yang diwajibkan. Jika ada orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar, wajib bagi yang lain untuk membantunya hingga maksudnya yang Allah dan Rasulnya perintahkan tercapai. Allah Ta’ala berfirman,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan melampaui batas.” (QS. Al Maidah: 2)
Setiap rasul yang Allah utus dan setiap kitab yang Allah turunkan, semuanya mengajarkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Yang dimaksud ma’ruf adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhoi oleh Allah.
Yang dimaksud munkar adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dibenci dan dimurkai oleh Allah.
Meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar adalah sebab datangnya hukuman dunia sebelum hukuman di akhirat. Janganlah menyangka bahwa hukuman meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya menimpa orang yang zholim dan pelaku maksiat, namun boleh jadi juga menimpa manusia secara keseluruhan.
Orang yang melakukan amar ma’ruf hendaklah orang yang faqih (paham) terhadap yang diperintahkan dan faqih (paham) terhadap yang dilarang. Begitu pula hendaklah dia halim (santun) terhadap yang diperintahkan, begitu pula terhadap yang dilarang. Hendaklah orang tersebut orang yang ‘alim terhadap apa yang ia perintahkan dan larang. Ketika dia melakukan amar ma’ruf nahi munkar, hendaklah ia bersikap lemah lembut terhadap apa yang ia perintahkan dan ia larang. Lalu ia harus halim dan bersabar setelah ia beramar ma’ruf nahi munkar. Sebagaimana Allah berfirman dalam kisah Luqman,
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)
Sumber referensi , ",Menjadi umat yang saling menasehati agar jadi umat terbaik", oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal MSc.di web muslim.or.id.co.

Tuesday, May 23, 2017

Ya ustadz apakah di Arab Saudi ada bank konvensional dan praktek riba?


Setelah pembahasan panjang lebar seorang jamaah bertanya kepada Ustadz Erwandi Tarmidzi, " ya ustadz apakah ada bank konvesional dan praktek riba di Madinah dan Makkah juga di Negara Arab Saudi?', ustadz menjawab '" ada ya akhi, ada bank konvensional dan praktek riba di Madinah dan Makkah, juga Arab Saudi. Namun hal ini jangan jadi pembenar perbuatan tersebut, bukankah orang-orang musyrikin yang memusuhi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam juga berasal dari Madinah dan Makkah seperti contohnya Abu Jahal?. Mungkin kalau diteliti banyak juga kezaliman juga terjadi di Madinah dan Makkah namun hal ini bukan ukuran kebenaran, karena ukuran kebenaran dalam agama kita adalah apa yang disampaikan Allah dan RasulNya, meskipun mungkin saja terjadi kita saja yang sendirian dalam mengikuti syariat Allah dan RasulNya. Para ulama di sana mungkin sebatas mengingatkan dan menghimbau pemerintah, namun hanya pada batas itu, maka sekali lagi jangan menjadikan apa yang terjadi sebagai pembenar sesuatu yang dilarang dalam agama, waallahua'lam"

Batas hidayah dan kesesatan itu tipis.


Baca sebuah posting seseorang jadi miris, dalam postingan itu ada seorang ibu menulis, " Alhamdulillah akhirnya hidayah Allah diberikan kepada suamiku, akhirnya dia mau diajak ngalap berkah ke makam Mbah xxx", subhanallah, padahal berharap berkah pada kuburan jelas syirik, karena pemberi berkah yang hak cuma Allah Azza Wa Jalla, waallahua'lam.
Ada lagi postingan seseorang, "Alhamdulillah akhirnya Allah berikan hidayah kepada abangku, dia mau diajak Travelling 4 bulan, untuk jihad fisabilillah dakwah.", Subhanallah, padahal kalau kita pelajari asal mula amalan itu tidak ada sama sekali dasarnya, amalan itu baru dibikin 100 tahun yang lalu, sementara agama ini umurnya 1438 tahun, dalilnya ketinggalan jauh, dan dari Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam , para sahabatnya, sampai para imam madhzab tidak ada satupun berdakwah seperti itu. Seperti para imam madzhab mereka mencari ilmu sebanyak mungkin kemudian mereka mengadakan kajian yang dihadiri jamaahnya, demikian para ulama berdakwah.
Ada lagi postingan seseorang menyebutkan, "Alhamdulillah bapak dapat hidayah sekarang rajin datang ke tahlil kematian, shalawat nariyah, acara maulid nabi dan isra mi'raj juga selalu datang, ", subhanallah, yang disebut adalah amalan bid'ah semua.
Jadi ingat kajian Ustadz Abu Zubair Haawary, kata beliau, " batas hidayah dan kesesatan itu sangat tipis, banyak orang merasa dalam jalan hidayah namun sejatinya berada dalam kesesatan, dan hal itu tidak disadarinya. Maka wajib bagi kita untuk meminta selalu kepada Allah Azza Wa Jalla diberikan hidayahNya."
Dalam kajian lain Ustadz Maududi Abdullah mengatakan," jangan sekali-kali antum merasa dalam jalan yang lurus, karena jalan yang lurus adalah pencarian seumur hidup kita, maka disyariatkan bagi kita sering meminta kepada Allah Azza Wa Jalla ditunjukkan jalan yang lurus, sering kita sebutkan dalam shalat kita, yakni Alfatihah 6."
Jalan Yang Lurus Jalan Lurus Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus Jalan Yang Lurus Dalam Al Qur Jalan Yg Lurus
Dalam surat Al Fatihah yang kita baca setiap shalat, terkandung permohonan doa kepada Allah Ta’ala agar kita senantiasa diberi hidayah di atas shiratal mustaqim, yaitu tatkala kita membaca firman Allah :
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
“(Ya Allah). Tunjukilah kami jalan yang lurus (shiratal mustaqim), yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat “ (Al Fatihah:6-7).
Shiratal mustaqim yang merupakan jalan kebenaran jumlahnya hanya satu dan tidak berbilang, Allah Ta’ala berfirman :
وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) , karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa“ (Al An’am:153).
Hal ini dipertegas oleh penafsiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sllam tentang ayat di atas. Diriwayatkan dari sahabat ‘Abdullh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
خطَّ لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يومًا خطًّا فقال: هذا سبيل الله. ثم خط عن يمين ذلك الخطّ وعن شماله خطوطًا فقال: هذه سُبُل، على كل سبيل منها شيطانٌ يدعو إليها. ثم قرأ هذه الآية:(وأن هذا صراطي مستقيمًا فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله)
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membuat satu garis lurus, kemudian beliau bersabda, “ Ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau membuat garis-garis yang banyak di samping kiri dan kanan garis yang lurus tersebut. Setelah itu beliau bersabda , “Ini adalah jalan-jalan (menyimpang). Di setiap jalan tersebut ada syetan yang menyeru kepada jalan (yang menyimpang) tersebut.“ (H.R Ahmad 4142).(Lihat Jaami’ul Bayaan fii Ta’wiil Al Qur’an)
Sumber referensi "Shiratal mustaqim jalan yang lurus", karya Dr. Andika Mianoki di web.muslom.or.id.co

Berdoalah sampai finish.


Dalam kajian kemarin ada pesan Ustadz Khalid Basalamah yang berkesan dalam, "berdoalah sampai finish, jangan pernah berhenti berdoa, karena doa adalah komunikasi kita dengan Allah. Kalau kita ingin menyuarakan keinginan kita kepada seorang walikota atau gubernur mungkin hanya bertemu saja belum dikabulkan kita sudah merasa tenang, apalagi dikabulkan?. Sementara dengan Allah insyaAllah jika dilakukan diwaktu yang mustajab doa kita pasti didengar oleh Allah dan dikabulkan, hanya masalah waktu saja kapan permintaan itu diberikan kepada kita, jika tidak di dunia pasti di akhirat diberikan kepada kita, waallahua'lam."
Doa ini -dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala – sangat bermanfaat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
الدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ
Doa itu bermanfaat bagi apa-apa yang sudah terjadi ataupun yang belum terjadi. Hendaklah kalian memperbanyak berdoa, wahai hamba-hamba Allah.( HR Tirmidzi, 3048 dan al Hakim, I/493 dari Ibnu Umar. Shahih al Jaami’, 3409.)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْعُو بِدُعَاءٍ إِلَّا آتَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ أَوْ كَفَّ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهُ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ
Tidak ada seseorang yang berdoa dengan suatu doa, kecuali Allah akan mengabulkan yang ia minta, atau Allah menahan keburukan dari dirinya yang semisal dengan yang ia minta, selama ia tidak berdoa untuk suatu perbuatan dosa atau untuk memutuskan tali silaturrahim.(tersebut dalam tarjihnya).
Referensi almanhaj.or.id.co

Jawaban Allah atas doa kita jauh lebih indah.


Dalam kajian kemarin Ustadz Khalid Basalamah menyampaikan sebuah tulisan dari Doktor Muhammad, seorang dosen pengajar di Ummul Quro Makkah mengisahkan peristiwa yang dialami oleh temannya.
Dikisahkan ada temannya adalah seorang pemuda yang taat dalam beramal ibadah, tiap hari selalu berlama-lama di Masjidil Haram untuk melakukan amal ibadah. Pada suatu ketika dia dijodohkan dengan seorang wanita, setelah melalui beberapa proses pendekatan kemudian sampailah si pemuda diminta menunggu jawaban dari pihak wanita diterima atau tidaknya pinangan si pemuda, dan soal keputusan atas hal ini sudah ditentukan tanggalnya.
Maka sambil menunggu keputusan dari pihak wanita si pemuda dalam setiap selesai shalat selalu berdoa kepada Allah, menengadahkan tangan meminta agar disandingkan dengan si wanita tersebut, setiap hari dan setiap saat dia berdoa agar keinginannya terkabul. Sampailah pada tanggal yang ditentukan keputusan diterima atau tidaknya pinangan, ternyata si wanita menolak pinangan si pemuda dan memilih menikah lelaki lain, akhirnya si wanita hidup bersama pilihannya itu. Si pemuda pun mengakhiri doanya untuk meminta wanita itu sebagai istrinya, dan bertanya-tanya dalam hati, kenapa doanya tidak dikabulkan oleh Allah Azza Wa Jalla?.
Selang satu bulan kemudian ternyata si wanita itu terindikasi terjangkit kangker payudara ganas, satu bulan berikutnya atas saran dokter payudara yang terindikasi kanker itu dipotong agar tidak menyebar kebagian tubuh yang lain. Namun satu bulan berikutnya dokter menemukan indikasi bahwa payudara sebelahnya juga terjangkit kanker ganas, maka pada bulan itu juga payudaranya dipotong, dan pada bulan keempat pernikahannya si wanita hidup tanpa payudara. Dan pada bulan keenam si wanita meninggal dunia.
DR.Muhammad dalam artikelnya menulis, "Subhanallah, ini jawaban yang indah yang diberikan Allah dari pertanyaan-pertanyaan saya dan teman saya, jika terjadi teman saya menikah dengan wanita itu mungkin hanya kesedihan dan penderitaan yang harus diterimanya selama menikah dengan wanita itu. Ini bukti bahwa Allah masih sayang kepada teman saya, sehingga menghindarkan dari hal seperti itu kepadanya, Allah lebih mengetahui mana yang terbaik bagi orang-orang yang Dia sayangi, waallahua'lam."
Allah, Rabb yang mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya pun tak luput untuk disalahkan. Orang-orang seperti ini, hendaknya mengingat sebuah firman Allah:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Jangan mengkata-katai anak dengan kata buruk!


Dalam kajian kemarin Ustadz Khalid Basalamah disela pemberian materi fiqih doa beliau mengatakan," jangan sekali-kali mengatakan hal buruk kepada anak-anak kita meskipun mereka berbuat hal yang menjengkelkan hati kita, karena apa yang diucapkan orang tua adalah doa bagi anaknya. Coba kita belajar dari kisah Syaikh Sudais, beliau imam besar Masjidil Haram, ditunjuk sebagai imam shalat dalam waktu-waktu penting di Masjidil Haram, dan suara bacaannya melembutkan hati siapa saja yang mendengarnya, dan hampir semua umat muslim di dunia ini mengenal beliau, rekaman bacaan beliau disimpan oleh jutaan muslim di dunia. Apa yang terjadi pada beliau ketika dewasa adalah buah dari doa ibu beliau. Semoga hal ini dapat menjadi teladan bagi kita semua sebagai orang tua, aamiin."
Seorang bocah mungil sedang asyik bermain-main tanah. Sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan yang diadakan sang ayah. Belum lagi datang para tamu menyantap makanan, tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu. Ia masuk ke dalam rumah dan menaburkan debu itu diatas makanan yang tersaji.
Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya, sontak beliau marah dan berkata: “idzhab ja’alakallahu imaaman lilharamain,” yang artinya “Pergi kamu…! Biar kamu jadi imam di Haramain…!”
Dan SubhanAllah, kini anak itu telah dewasa dan telah menjadi imam di masjidil Haram…!! Tahukah kalian, siapa anak kecil yang di doakan ibunya saat marah itu…?? Beliau adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia.
Ini adalah teladan bagi para ibu, calon ibu, ataupun orang tua… hendaklah selalu mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya. Bahkan meskipun ia dalam kondisi yang marah. Karena salah satu doa yang tak terhalang adalah doa orang tua untuk anak-anaknya. Sekaligus menjadi peringatan bagi kita agar menjaga lisan dan tidak mendoakan keburukan bagi anak-anaknya. Meski dalam kondisi marah sekalipun.
Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu. Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat dimana Allah mengabulkan doa kalian…(HR. Abu Dawud)
Referensi Dr wajib baca.co

Maaf saya gak ikut travelling.


A: Mas ikut yuk travelling bersama kami, jaulah 4 bulan, jika tau rasanya pasti tau benarnya amalan ini.
B: maaf saya ikuti Sunnahnya
A: lho ini sunnah, ini yang diamalkan oleh nabi dan para sahabat.
B: mohon maaf kalau boleh tau dihadist mana dan ayat mana amalan ini ada perintahnya?, setau saya Nabi dan para sahabat bahkan para imam madhzab mereka berdakwah menyampaikan risalah/ilmu dari Alquran dan hadist didepan jamaah, bukan travellling mas?. Kalau ada dalil sahhih insyaAllah saya akan ikut travelling bersama antum.
A: dasar wahabi!!!

Kita masuk istighfar yang mana?


Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, " selesai shalat kita disyariatkan untuk mengucapkan istighfar sebelum doa lainnya, kenapa selesai melakukan shalat yang merupakan bentuk ketaatan kepada Allah justru disyariatkan beristighfar?, Ini sebenarnya adalah isyarat dan pelajaran bagi kita bahwa setelah melakukan perintah Allah yakni shalat kita minta ampun kepadaNya, karena kita takut apa yang kita kerjakan seperti shalat tidak sempurna, tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh Allah. Ini istighfarnya orang khusus, karena orang khusus mereka takut apa yang mereka kerjakan dianggap kurang sempurna oleh Allah Azza Wa Jalla, sehingga mereka memohon ampunan kepada Allah atas kekurangan itu. Sementara istighfarnya orang awam adalah dilafadzkan setelah melakukan sebuah kemaksiatan. Namun jika suatu saat kita sudah melakukan sebuah kemaksiatan, namun tidak merasa bersalah dan tidak beristighfar sejatinya hal demikian menunjukkan bahwa kita lebih awam dari orang awam, waallahua'lam."
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).
Dari Al Aghorr Al Muzanni, yang merupakan sahabat Nabi, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702).
Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan bahwa makna hadits di atas, yaitu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan malas beliau membacanya seperti itu. Artinya, beliau rutin terus mengamalkan dzikir istighfar setiap harinya. Lihat Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, 17: 22.
Sumber referensi, "Perintah memperbanyak istighfar." Oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal MSc.di web rumaysho.co.id

Apa yang kita lihat dan rasakan bukan dalil !


Kalau ada seseorang membela dengan keras sebuah amalan dengan dalil perasaan atau menurut saya, atau ini Khan baik, dan itu berbagai macam hal seperti, sejak saya ikut kelompok dzikir itu hati saya tenang, atau sejak ikut kelompok itu saya menemui banyak kebaikan, kelompok itu baik karena ngajak orang shalat dan semacamnya, padahal kalau melihat amalan yang diceritakan adalah amalan yang masuk kategori bid'ah dan semacamnya. Jadi ingat kajian Ustadz Maududi Abdullah, kata beliau, " dijaman ini makin banyak orang tertipu, mereka kira telah mendapatkan hidayah, padahal sebenarnya mereka dijalan yang menyelisihi jalan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, apa yang mereka pahami dan amalkan sama sekali tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah, namun mereka merasa amalan itu benar. Hidayah hanya ada dalam ucapan dan tingkah laku Rasulullah, selain itu bukanlah hidayah, maka bagi para pencari hidayah cari hidayah itu dalam ucapan dan perbuatannya Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, wa'allahua'lam."
Ustadz Armen Halim Naro Lc. Rahimahullah juga pernah mengatakan, " salah satu tanda akhir jaman adalah makin banyaknya manusia beragama didasari syahwatnya semata, mereka tidak berpegang kepada risalah yang telah disampaikan Allah dan RasulNya, namun mengikuti syahwatnya sebagai pembenaran,, semoga dijauhkan dari cara beragama demikian, aamiin".
Ustadz Erwandi Tarmidzi ketika ditanya seorang jamaah dalam sebuah kajian, apakah ada praktek riba di Arab Saudi, beliau mengatakan, " ya ada, tapi apa yang terjadi bukanlah pembenar atas perbuatan tersebut, karena kita Ahlu Sunnah tentu kita berpegang kepada risalah yang telah disampaikan oleh Allah dan RasulNya, meskipun mungkin hanya kita sendirian yang berpegang kepada risalah itu, waallahua'lam."
Padahal sudah jelas bagi kita perintah untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah serta pemahaman salafush shalih. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu.
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“…. Dan barangsiapa yang hidup diantara kalian maka dia akan melihat perselisihan yang banyak sekali, maka berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang baru dalam agama karena itu kesesatan. Dan barangsiapa diantara kalian yang mendapatkan hal ini maka wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafa ‘ar-rasyidin, gigitlah erat-erat dengan gigi geraham kalian….”. [HR Abu Dawud (4607). Tirmidzi (2676) dan Ibnu Majah (440) dan selain mereka]
Didalam hadits Hudzaifah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menggigit akar pohon ketika terjadi perpecahan sambil menjauhi semua kelompok sesat. Dan didalam hadits Al-Irbadh beliau memerintahkan untuk berpegang teguh dengan Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih radhiyallahu anhum, ketika munculnya kelompok-kelomok sesat dan ketika tidak adanya jama’ah kaum muslimin serta imam mereka.
Referensi, " Muncul dai-dai menyeru ke neraka jahanam", Oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali, di almanhaj.or.id.co