Wednesday, August 29, 2018

WANITA JUGA DIWAJIBKAN MENJAGA PANDANGANNYA


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Zubair Haawary menyebutkan, " Kadang terjadi ada wanita yang marah kepada suaminya, disebabkan suaminya meliawat wanita lain yang lebih cantik dari dirinya, hal tersebut disebabkan kecemburuan pada wanita itu. Namun disaat yang lain ketika dia diam dirumah melihat tayangan sinetron dan flim dia melampiaskan syahwatnya saat melihat aktor yang lebih ganteng dan lebih atletis dari suaminya sendiri. Maka bagi wanita sebaiknya berhati-hati terhadap hal ini, karena Allah Ta'ala memerintahkan menjaga pandangan serta kemaluan juga kepada kaum wanita, bukan hanya kepada kaum lelaki."
Allah Ta’ala berfirman:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya” (QS. An Nuur: 31)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat ini: “Firman Allah Ta’ala (yang artinya) Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya maksudnya terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah untuk dilihat selain suami-suami mereka. Oleh karena itu banyak para ulama yang berpendapat bahwa wanita tidak diperbolehkan memandang lelaki yang bukan mahram dengan syahwat, demikian juga jika tanpa syahwat hukum asalnya adalah haram.
Sumber Referensi Kumpulan Fatwa Syaikh Abdullah Al Faqih hafizhahullah di web Muslim.or.id

SEBERAPA BERAT SIH HIDUPMU SEHINGGA SELALU MEMGELUH?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah mengatakan, " Kadang kita hidup dalam keadaan berkecukupan, tidak ada kekurangan makan dalam hari-hari kita, hidup didalam rumah yang teduh, tidak ada sakit yang perlu kita kuatirkan, tidak ada hal sedikitpun mengalami kekurangan, namun ada saja hal yang kita keluhkan.
Lihat saudara kita di Irak yang mengalami kesulitan hidup ditengah perang, lihat saudara kita di Palestina hidup di tengah kesulitan dan banyak orang dibelahan dunia yang lain mengalami hidup dalam kesusahan, sementara kita selalu mengeluh tentang hidup kita ?."
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.”
TAKHRIJ HADITS:
Hadits ini Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri (no. 6490); Muslim (no. 2963 (9)), dan ini lafazhnya; At-Tirmidzi (no. 2513); Dan Ibnu Majah (no. 4142)
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. [Al-Baqarah/2:152]
Dan firman-Nya :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. [Ibrâhîm/14:7]
Sumber Referensi, "Anjuran mensyukuri nikmat", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or.id

Siap berperang melawan Allah Ta'ala?


"Jika sudah tau riba adalah dosa besar dan masih juga berbuat riba, bersiaplah berperang dengan Allah dan RasuNya.
Jika melawan Belanda dapat kita kalahkan dengan bambu runcing, lalu apa yang dapat kita gunakan untuk menang melawan Allah Ta'ala?".
Allah Ta'ala berfirman :
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 279)
Dikutip dari Ustadz Maududi Abdullah
By Siswo Kusyudhanto

Pak Kyai apakah Imam Syafi'i tidak gembira atas kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Menyaksikan di YouTube jawaban seorang ustadz terkenal yang mengatakan bahwa perayaan maulid nabi bukan Bid'ah, dan merupakan bentuk kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, sama seperti merayakan hari pahlawan dan semacamnya, alasannya kenapa para sahabat nabi tidak pernah amalkan amalan ini, kata dia karena mereka berjumpa langsung dengan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam sehingga tidak perlu mengamalkanya, sementara kita umatnya tidak pernah berjumpa dengan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, sehingga perlu merayakan hari maulid nabi.
Jadi teringat dulu saya pernah bertanya soal ini kepada seorang kyai, padahal saya bertanya dengan sangat sopan, namun dianggap menghina beliau. Ketika saya bertanya soal ini jawabannya persis sama dengan si ustadz itu, perayaan maulid nabi karena alasan gembira atas kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam dan bentuk kecintaan kepada beliau. Lalu saya bertanya untuk yang kedua kali, "Maaf Pak Kyai setau saya Imam Syafi'i tidak sekalipun bertemu dengan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam karena Imam Syafi'i lahir pada 150 Hijriyah, sementara Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam wafat pada 11 Hijriyah, artinya Imam Syafi'i lahir sekitar 139 tahun setelah Nabi wafat, dan dalam banyak kitab ulama Syafi'iyah tidak sekalipun disebut Imam Syafi'i pernah memimpin perayaan Maulid Nabi, apakah artinya Imam Syafi'i tidak gembira atas kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam dan tidak cinta Nabi ?". Mendengar pertanyaan saya wajah beliau memerah, dan sebagian muridnya marah, menganggap itu hinaan, padahal saya sedang mencari kebenaran soal ini, Subhanallah. Ketika kebenaran terasa sangat keras di hati orang-orang yang menyelisihi syariat Allah dan RasuNya.
Semoga Allah Ta'ala curahkan hidayah kepada kita semua, Aamiin.
-----
Alloh berfirman,
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al Quran) dan Rosul (sunnahnya).” (QS. An Nisa’: 59).
Dalam hal ini Syaikhul Islam rohimahulloh berkata, “Tidak boleh bagi seseorang untuk berhujjah dengan ucapan seseorang dalam masalah khilafiyah. Pengutamaan suatu pendapat atas pendapat yang lain bukan karena pendapat itu pendapat imam fulan atau syaikh fulan. Akan tetapi karena ketegasan dan kejelasan dalil-dalil yang mendasari pendapat tersebut.” (Majmu’ Fatawa).

Monday, August 27, 2018

Pemurtadan wajib dilawan agar agama ini tidak punah



Oleh Siswo Kusyudhanto
Alhamdulillah kemarin sore sudah kirim sekitar 200 buku saku tentang Aqidah dan Tauhid dengan berat 10 kg ke Posko Korban Gempa di Pondok As Sunnah Lombok sesuai permintaan Ustadz Abu Zubair Hawaary. Terima kasih kepada teman-teman donatur yang sudah membantu kami dalam upaya melawan pemurtadan kaum kafirin di tengah korban bencana Lombok, semoga langkah kecil ini dapat menyelamatkan Aqidah masyarakat Lombok, dan semoga amal ibadah antum diterima disisi Allah Ta'ala, Aamiin.
Melihat pemurtadan yang terjadi di Indonesia sebenarnya sungguh memprihatinkan dan jarang menjadi perhatian kaum Muslimin di Indonesia, padahal tindakan pemurtadan sangat masiv terjadi di negri ini, hal tersebut sangat terlihat jika kita melihat statistik populasi kaum Muslimin di Indonesia, setiap tahun terjadi penurunan jumlah umat Muslim di negri ini, semisal ketika kita lihat prosentase jumlah Muslim di era 80an, saat itu jumlah Muslim di Indonesia hampir dominan sekitar 95%, namun hari ini setelah 30 tahun, jumlah Muslim di negri kita tinggal 87%, dan terus menurun makin bertambahnya tahun.
Hal ini terjadi karena gerakan pemurtadan sangat intens gerakannya, mereka dengan didukung dana yang sangat besar masuk ke kampung dan pelosok daerah, datang ketika terjadi bencana, bea siswa bagi orang yang tidak mampu dan seterusnya, dan hasilnya adalah makin tergerusnya jumlah umat Muslim, bahkan saking optimisnya mereka memurtadkan kaum Muslimin, Persatuan Gereja Indonesia atau PGI berani menargetkan bahwa di tahun 2035 jumlah orang Nasrani adalah 50%, artinya yang Muslim tinggal 50% pada tahun itu, subhanallah.
Ini sebuah ancaman dan harusnya menjadi perhatian serius bagi umat Muslim di Indonesia jika tidak ingin agama ini cuma jadi cerita dan dongeng saja, seperti disampaikan oleh KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, beliau mengatakan, " Islam tidak akan lenyap dari permukaan bumi ini, namun Islam dapat lenyap dari Indonesia."
Juga dituturkan oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin, "jangan sekali-kali menganggap Islam tidak hilang dari Indonesia, lihat di Spanyol, kita ketika melihat saat ini tidak akan percaya Islam pernah berjaya di negri itu, ini membuktikan bahwa Islam dapat menjadi hilang dan lenyap dari sebuah negri, kita seakan tidak percaya bahwa Islam pernah menguasai Spanyol selama 700 tahun, namun faktanya Islam lenyap dan tidak ada ajaran Islam tertinggal sedikitpun disana, ini pelajaran penting buat kita untuk menjaga agama ini agar tidak lenyap, dan untuk mempertahankan tidak ada kata lain selain belajar Islam dan mengamalkannya."
Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).[an-Nisâ/4:89]

Benarkah akhirat sudah menjadi tujuan kita?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Sungguh benar pernyataan dalam sebuah hadist bahwa ilmu membuat seseorang mudah meraih surga, karena dengan ilmu dia mengetahui mana jalan ke surga dan mana jalan yang menuju ke neraka. Dengan ilmu juga seseorang mengetahui pelajaran dan petunjuk yang termuat dalam risalah, baik dari Al-Qur'an ataupun Hadist yang sahhihah.
Suatu hari kami pernah dibuat menangis karena bermakmum dibelakang Ustadz Maududi Abdullah, beliau membaca Surat Al A'la, cara membacanya beliau biasa saja, tidak seperti qori dan qoriah yang melengking dan mendayu, namun pas ayat ke 16, beliau berhenti sejenak karena terisak, kamipun jadi ikut terharu dan dibuat menangis karenanya, karena dalam ayat ini disebutkan orang yang kafir lebih memilih dunia daripada akhirat yang sebenarnya jauh lebih baik. Ayat ini seperti menagih komitmen kita bahwa ketika kita menyatakan akhirat adalah tujuan dari apa yang kita lakukan selama di dunia dengan sarana amal ibadah, benarkah demikian?, Atau komitmen meraih akhirat hanya sebatas slogan dan ucapan lisan saja?, sementara apa yang kita lakukan sebaliknya justru hanya untuk meraih dunia sebanyak-banyaknya agar tergenggam dalam tangan kita?. Bahkan karena menganggap dunia adalah tujuan maka dalam meraih dunia kita terbiasa berbuat zalim dengan cara menipu, merubah kuitansi, berbohong, mengurangi timbangan, memarkup nilai proyek dan seterusnya.
Sudahkan kita benar-benar menganggap akhirat adalah tujuan sebenarnya dalam kehidupan kita?.
16. Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia,
وَالْأٓخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ ﴿الأعلى:١٧
17. padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.
إِنَّ هٰذَا لَفِى الصُّحُفِ الْأُوْلَىٰ ﴿الأعلى:١٨
Semoga kita menjadi orang-orang yang menjadi akhirat tujuan dari apa yang kita kerjakan selama di dunia, karena akhirat adalah sebaik-baik kehidupan, waalahua'lam.

RIBA KOK DARURAT?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Erwandi Tarmizi pernah ditanya seorang jama'ah, mungkin terkena syubhat ada darurat untuk urusan riba, " Ustadz kalau kredit rumah yang saya lakukan adalah masuk perbuatan riba, terus saya harus hindari, kapan saya punya rumah ustadz?, Keong aja punya rumah, masa saya gak punya rumah?".
Lalu beliau menjawab," ya akhi, kalau keong diambil rumahnya dia akan mati, sementara kalau antum gak punya rumah semisal mengontrak rumah antum masih dapat hidup normal seperti biasa. Sebaiknya hindari perbuatan riba, karena adzabnya sangat berat, jauh lebih berat jika dibandingkan dengan kenikmatan yang kita dapatkan dari perbuatan itu. Ngontrak rumah dulu dan menabung untuk mendirikan rumah, insyaallah yang demikian jauh lebih baik."
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” [Al-Baqarah: 278-279]
Allah berfirman:
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.” [Al-Baqarah: 275]

Sunday, August 19, 2018

Buku saku, salah satu tips dakwah yang efektif mendakwahkan pemahaman Sunnah kepada Masyarakat luas.



Diantara beberapa kegiatan dakwah yang paling efektif diantara yakni dengan menyebarkan buku-buku saku berpaham Sunnah di Masjid dan Mushola, atau sebagai hadiah kepada teman dan sanak saudara, atau juga untuk souvenir walimahan dan acara lainnya. Kenapa buku saku?, pertama selain murah harganya sehingga siapa saja dapat melakukan hal ini, juga materi buku saku berbasis Sunnah rata-rata ditulis para syaikh yang merupakan ulama besar di jazirah Arab, sehingga meskipun ringkas dan tipis namun sarat dengan dalil sahhih, sehingga mudah dipahami dan juga diamalkan.
Sudah menjadi salah satu tips dakwah yang disarankan para ustadz kepada jamaah untuk menasehati yang awam dengan cara memberi buku saku, dimulai dari tata cara beramal ibadah seperti Buku"Sifat Wudhu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ", atau Buku" Sifat Shalat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ", atau" Dzikir pagi petang ", atau amalan harian ringan lainnya. Hal ini dilakukan karena soal amalan harian mudah diterima oleh orang yang masih awam. Ketika mereka sudah paham sedikit tentang kajian Sunnah baru pada pemberian paham Aqidah, seperti buku" Syahadat dan konsekuensinya "," Apa itu Sunnah "," Pembatal KeIslaman " dst.
Jangan memulai dengan materi yang berat dan sulit diterima, dulu ada teman mengadakan walimahan untuk adiknya, dan untuk souvenir bagi tamu yang hadir sudah saya sarankan menggunakan buku saku tentang shalat atau dzikir yang mudah diterima tamu yang kebanyakan masih awam, namun dia berkeras menggunakan buku saku "Apa itu Bid'ah?", akhirnya dia pesan buku itu dan dibagikan kepada para tamu, pada akhirnya sesuai yang saya kuatirkan, buku itu kata beberapa teman lainnya banyak dibuang ditempat sampah oleh para tamu, subhanaallah.
Waalahua'lam.
Semoga tulisan ini menjadi inspirasi teman-teman dalam memulai usaha dakwahnya, Aamiin.
Allah berfirman.
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاوَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَآأَنَا مِنَ الْمُشْرِكِين
Katakanlah, “Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik. [Yusuf/12:108]

KAJIAN SUNNAH DIBUBARKAN!!?? , JAWABANNYA YA SABAR.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Mutahrom ditanya soal sikap apa yang diambil ketika sebuah kajian dibubarkan, kata beliau ya bersabar, memaklumi hal demikian, menghindari bentrokan, jangan dibalas dengan perbuatan anarkis yang sama. Alasannya karena yang membubarkan adalah sesama Muslim, dan sikap sesama Muslim yang terbaik adalah memaafkan. Kata beliau dengan sabar dan mengalah insyaallah Allah Ta’ala akan ganti dengan sesuatu yang jauh lebih baik.
Pernyataan beliau sungguhlah benar, jadi teringat sejarah perkembangan Dakwah Sunnah di Pekanbaru, kalau melihat sejarahnya dulu kajian Sunnah di Pekanbaru mungkin hanya diikuti beberapa puluh orang saja, itupun juga sering dibubarkan, diusir, bahkan ada kisah era 90an di wilayah Kampar ada Masjid yang sering dijadikan kajian Sunnah dibakar oleh massa yang tidak suka dengan kajian Sunnah. Namun semua itu dibalas dengan sikap memaklumi dan bersabar, dan Alhamdulillah berkat kemudahan dari Allah Ta’ala juga buah sikap sabar itu sangat nampak di era saat ini, jumlah jamaah Kajian Sunnah di Pekanbaru dan sekitarnya terus berkembang, dapat dilihat dari pesatnya pertumbuhan fasilitas dan lembaga pendidikan berbasis Sunnah seperti Masjid, Pondok pesantren, SDIT, SMPIT, juga sekolah Tinggi. Demikian juga dengan makin besarnya jumlah jamaah yang memenuhi kajian dan halaqah Al-Qur'an di masjid2 berbasis Sunnah di Kota Pekanbaru dan bahkan terus meluas diseluruh wilayah Riau, seperti Duri, Ujung Batu, Pelalawan, Dumai, Rengat, Kuantan Singgigi, Selat panjang dan lainnya.
Orang-orang yang dulu memusuhi keberadaan Kajian Sunnah sekarang justru berbalik arah menjadi jatuh cinta pada dakwah ini.
Semua berkat doa kepada Allah Ta’ala dan usaha dakwah yang terus menerus, dan yang jelas kuncinya dengan sikap "Sabar".
Semoga kisah dakwah Sunnah di Pekanbaru dan Riau pada umumnya dapat menginspirasi teman-teman di daerah lainnya
Intinya sabar tidak pernah merugikan, justru malah menguntungkan, bahkan Allah Ta’ala mengingatkan kita sebanyak 90 kali dalam Al-Qur’an agar" bersabar ", waalahua'lam.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allâh, supaya kamu beruntung. [Ali ‘Imrân/3:200]
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Mereka diperintahkan agar bersabar di atas agama mereka yang telah Allâh Azza wa Jalla ridhai untuk mereka, yaitu agama Islam. Jangan sampai mereka meninggalkannya dengan sebab senang atau susah, sengsara atau sejahtera, sehingga mereka bisa mati dalam keadaan sebagai orang-orang Islam. Dan agar mereka menambah kesabaran menghadapi musuh-musuh yang menyembunyikan agama mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir, surat Ali ‘Imrân/3: 200]
Sumber referensi "Kesabaran", karya Ustadz Abu Muslim Al Atsari di almanhaj.or.id.
Foto Kajian di Masjid Mahad Abu Darda Panam Pekanbaru.

Thursday, August 16, 2018

KENAPA RINGTONE HP MENGGUNAKAN AYAT DAN SHALAWAT DILARANG SECARA SYARIAT?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa hari yang lalu ketika akan shalat disebuah masjid saya akan buang air kecil, dan karena semua kamar mandi dipakai maka saya menunggu didepan pintu salah satu kamar mandi, rupanya disalah satu kamar mandi terdengar suara hp berbunyi, ringtonenya adalah shalawat dari salah satu group gambus yang lagi hist saat ini, dan sepertinya si pemilik hp sedang buang air besar, karena hp didalam celana dan digantung sementara dia sudah jongkok, sehingga tidak dapat diambilnya, akhirnya lagu shalawat yang dinyanyikan biduan wanita itu berulang kali terdengar, subhanaallah, shalawat dikamar mandi dan pada saat yang sama ada orang buang air besar, sebenarnya si pemilik hp menggunakan ringtone shalawat bertujuan untuk memuliakan shalawat, yang terjadi justru malah menghinakan shalawat itu sendiri..
Jadi ingat kajian Ustadz Maududi Abdullah ketika membahas tentang ini, kata beliau kenapa ringtone ayat atau sejenisnya dilarangan secara syariat, kata beliau sering terjadi orang-orang yang menggunakan ringtone ayat atau semacamnya justru menghinakan apa yang dijadikan ringtone, seperti misal ada orang menggunakan Surat Al Fatihah sebagai ringtone, ketika hpnya berbunyi "Alhamdulillah hirobb...", "Assalamualaikum, hallo.. ", bunyi ayat terpotong karena diangkat, perbuatan tersebut jelas merusak makna ayat karena dipotong ditengah, solusi terbaik kata Ustadz Abu Zubair Hawaary, " sebaiknya untuk nada terima handphone cukup getar saja, insyaallah lebih aman".
Pernyataan dari Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili hafizhahullah Ta’ala:
Termasuk yang dikhawatirkan menjadikan agama sebagai permainan dan perbuatan sia-sia,apa yang muncul belakangan ini dan menyebar–sangat disayangkan sekali-diantara banyak dari orang-orang yang mulia dan memiliki keutamaan, bahkan kami katakan: tidak terlepas pula sebagian penuntut ilmu, yang menjadikan al-qur’an di telepo-telepon selular mereka sebagai tanda masuknya deringan telepon (ringtone) yaitu potongan (ringtone) untuk menunggu panggilan tatkala ada yang menghubunginya. Sehingga tatkala tersambung, ayat-ayat dari kitabullah inipun muncul. Tatkala dia ingin menjawabnya, ayat-ayat tersebut terputus ,sehingga seakan-akan kitab Allah dijadikan sebagai hiburan semata, dan sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam diejek dan dihinakan. Kami tidak berprasangka bahwa orang yang menjadikan hal ini dari mereka yang memiliki kebaikan bahwa dia ingin mengejek. Namun kami katakan: Sesungguhnya kedudukan kitab Allah sepantasnya dibersihkan dari hal-hal seperti ini, demikian pula sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sepantasnya dibersihkan, demikian pula do’a-do’a yang diucapkan oleh para imam, tidak boleh digunakan untuk alat seperti ini.Jika orang yang menggunakanya itu meyakini bahwa itu agama, maka ini termasuk bid’ah, dan jika dia mengetahui bahwa hal itu tidak termasuk agama, namun dia hanya mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut sebagai pengganti ringtone yang bermusik, maka ini termasuk merendahkan kitab Allah Azza Wajalla. Maka sepantasnya kita bersikap pertengahan antara mereka yang berlebihan dan melampaui batas, dengan orang-orang yang fasik yang menggunakan potongan-potongan ringtone musik, dan mengganggu kaum muslimin hingga di masjid-masjid mereka.Alat (HP) ini merupakan nikmat dari Allah Azza Wajalla, sepantasnya digunakan dengan cara yang benar. Ada banyak ringtone yang tidak ada unsur musiknya yang bisa digunakan sebagai tanda masuknya panggilan. Adapun sikap berlebihan dalam perkara ini, sehingga kalian melihat diantara manusia penuh keanehan dalam hal ini, terkadang muncul suara-suara hewan, terkadang anak-anak menangis atau tertawa, demi Allah ini perkara-perkara yang membuat tertawa, menangis, yang muncul dari orang-orang yang kami menyangka mereka memiliki keutamaan, terlebih lagi orang awam. Agama Allah sepantasnya disucikan,kitab Allah sepantasnya disucikan, sunnah sepantasnya disucikan pula, demikian pula do’a, demikian pula ini yang engkau dengarkan sepantasnya dibersihkan dari menjadikannya sebagai alat untuk datangnya panggilan atau menjawabnya melalui alat (HP).
Allah Ta’ala berfirman
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya, kamu selalu berolok-olok?”. [at Taubah/9 : 65].
Sumber referensi, "Ringtone dengan ayat Al-Qur'an", Ustadz Abu Karimah Askari bi jamal do salafy. Or id

Wednesday, August 15, 2018

AMANAH MEMANG MAHAL


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu ada teman yang berprofesi sebagai pengusaha ditawari modal oleh orang lain uang senilai lebih dari satu milyar rupiah, tujuannya agar digunakan sebagai modal dalam usaha dan pemberi uang menginginkan sistem bagi hasil. Namun setelah melalui beberapa pertimbangan oleh teman ini ditolak, dia takut tidak dapat menjalankan amanah dengan baik nantinya dan dia lebih memilih menggunakan modal sendiri yang ada meskipun kecil jumlahnya. Kagum dengan sikap dia, dijaman seperti ini dimana orang jujur dan amanah sangat langka masih ada orang seperti ini, pertama dia memang terkenal adalah orang yang sangat amanah, sehingga banyak orang datang kepadanya dan memberi kepercayaan untuk mengelola uangnya, kedua dia tidak serta merta menerima tawaran modal yang lumayan besar dari orang lain, dia sangat bijak menimbangnya, dan takut tidak dapat menjalankan amanah orang kepadanya sehingga menolak tawaran yang menggiurkan itu.
Jadi ingat kajian Ustadz Erwandi Tarmidzi yang menyampaikan bagaimana Abdurrahman bin Auf, salah satu sahabat nabi yang terkenal sukses dalam berbisnis, dia memulai usahanya dari tampa modal sedikitpun, namun karena dikenal amanah dan jujur sehingga banyak orang mempercayakan barangnya untuk dijualkan olehnya, dari sana dia mengambil keuntungan dan kemudian bisnisnya berkembang pesat.
Seharusnya sikap setiap Muslim seperti ini, Amanah dalam menjalankan kepercayaan orang lain dan menjunjung tinggi kejujuran, insyaallah akan mendatangkan mashlahat bagi siapa saja yang memilikinya. Waalahua'lam.
Syaikh Salim bin ‘Id al Hilali -hafizhahullah- menjelaskan, amanah adalah sebuah perintah menyeluruh dan mencakup segala hal berkaitan dengan perkara-perkara, yang dengannya, seseorang terbebani untuk menunaikannya, atau ia dipercaya dengannya. Sehingga amanah ini mencakup seluruh hak-hak Allah atas seseorang, seperti perintah-perintahNya yang wajib. Juga meliputi hak-hak orang lain, seperti barang-barang titipan (yang harus ditunaikan dan disampaikan kepada si pemiliknya, Pen). Sehingga, sudah semestinya seseorang yang dibebani amanah, ia menunaikannya dengan sebaik-baiknya dengan menyampaikan kepada pemiliknya. Ia tidak boleh menyembunyikan, mengingkari, atau bahkan menggunakannya tanpa izin yang syar’i.
Allah Ta’ala dalam Surat al Anfal/8 ayat 27 berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَخُونُواْ اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
Sumber referensi "SIAPAKAH YANG LAYAK DIBERI AMANAH?" , Oleh Abu Abdillah Arief B. bin Usman Rozali, di almanhaj.or.id

Tuesday, August 14, 2018

Bid'ah hasanah apa yang diamalkan Imam Syafi'i?


Kalau menegur dan menasehati seseorang yang mengamalkan amalan yang secara ilmu masuk perkara bid'ah, maka orang itu akan mengatakan "kami mengikuti perkataan Imam Syafi'i, bahwa ada bid'ah dholalllah dan juga bid'ah hasanah, dan kami sedang mengamalkan amalan bid'ah hasanah?". Lalu tentu kita akan bertanya, "Dikitab manakah ada disebutkan kisah Imam Syafi'i mengamalkan amalan bid'ah hasanah?, tolong sebutkan satu saja diantara ribuan kitab karya ulama Syafi’iyah?", maka selama-lamanya, sampai kiamat tidak akan pernah terjawab pertanyaan ini, karena para imam mahzab tidak satupun diketahui pernah mengamalkan amalan bid'ah, termasuk oleh Imam Syafi'i, karena mereka adalah orang-orang yang berilmu, dan ilmu sebelum amal, waalahua'lam.

KETAUHILAH RIBA LEBIH BURUK DARI PELACURAN


Oleh Siswo Kusyudhanto
" Tak ada bedanya adanya bapak-bapak yang menawari pinjaman dengan nilai kecil dipasar dan jalanan dengan mereka yang duduk di kantor-kantor bank di ruangan yang sejuk dan nyaman, semuanya sama, mereka sama2 rentenir, pemakan riba.
Kita selalu menganggap pelacuran adalah hina
padahal riba lebih hina dari pelacuran dimata agama, riba lebih buruk dimata Allah dan RasulNya.
Karena riba sudah membelenggu banyak orang, dan banyak orang kesulitan lepas dari perkara riba lalu mereka menganggap riba adalah hal yang biasa, hal yang lumrah.
Tinggalkan riba, karena seringan-ringannya dosa riba setara dengan perbuatan berzina dengan ibunya sendiri.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
دِرْهَمُ رِبًا يَأْكُلُهُ الرَّجُلُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَشَدُّ مِنْ سِتَّةِ وَثَلاَثِيْنَ زَنْيَةً
“Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al-Albani dalam Misykatul Mashabih mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Dari Al-Bara bin Azib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الرِّبَا اثنان وسبعون بابًا، أدناها مثل إتيان الرجل أمَّه، وإن أرْبَى الربا استطالة الرجل في عرض أخيه
“Riba memiliki tujuh puluh dua pintu, yang paling rendah seperti menzinahi ibu kandungnya. Dan sesungguhnya riba yang paling riba adalah merusak kehormatan saudaranya.” (HR. Ath-Thabrani. Lihat silsilah shahihah no. 1871).
Dikutip dr Ustadz Armen Halim Naro Lc. Rahimahullah.
Sumber referensi "Lebig besar Dosa Riba", oleh Ustadz Abu Yahya Badrusallam di muslim. Or. Id
Foto Baliho Dakwah Anti Riba di Jalan Sudirman Ujung Pekanbaru.

Monday, August 13, 2018

RIBA HANYA MENDATANGKAN AZAB




Oleh Siswo Kusyudhanto
Dapat kabar seorang teman, salah satu manager ditempat kami bekerja dulu yakni sebuah perusahaan retail yang cukup besar di Indonesia, tertangkap disebuah bus kota di Jakarta oleh pihak dept collector dari sebuah bank. 
Dia ditangkap karena sudah buron oleh pihak bank selama lebih dari satu tahun setelah ingkar kepada kewajibannya membayar sejumlah tunggakan atas kartu kreditnya dengan nominal hingga puluhan juta rupiah.
Jadi teringat kebiasaan dia beberapa tahun yang lalu, dia mudah sekali menggunakan kartu kreditnya untuk keperluan yang sebenarnya tidak terlalu penting, seperti ngopi di Mal, beli baju, beli makanan cepat saji dan seterusnya. Tampa terasa akibat hobbynya menggesek kartu diberbagai gerai itu mengakibatkan tunggakkan kartu kreditnya menggunung, dan ujungnya tagihan kartu kreditnya jauh melampaui penghasilannya, karena tidak mampu membayar akhirnya dia mengingkari kesepakatan dengan bank, dengan cara menghindari semua tagihan yang ditujukan kepadanya, dia sering berpindah kontrakan untuk mengelabui pihak penagih bank, ujungnya namanya masuk daftar blacklist beberapa bank yang mengeluarkan kartu kredit, dan akhirnya dia tertangkap oleh pihak dept collector yang ditunjuk oleh pihak bank. Miris, kehormatannya hancur dan kegelisahan luar biasa karena perbuatan riba yang dilakukannya.
Semoga kisah ini menjadi pengingat kita akan bahaya riba, agar kemudian semampu mungkin menghindarinya, perbuatan riba hanya mendatangkan azab didunia juga akhirat, waalahua'lam.
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat) bahwa sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Baqarah [2]: 275)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menjelaskan ayat di atas,”Maksudnya, tidaklah mereka berdiri (dibangkitkan) dari kubur mereka pada hari kiamat kecuali seperti berdirinya orang yang kerasukan dan dikuasai setan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/708)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah menjelaskan,”Para ulama berbeda pendapat tentang ayat ini. Apakah maksud ayat ini adalah mereka tidaklah bangkit dari kubur mereka pada hari kiamat kecuali dalam kondisi semacam ini, yakni bangkit dari kubur seperti orang gila atau kerasukan setan. Atau maksudnya adalah mereka tidaklah berdiri untuk bertransaksi riba (di dunia), (yaitu) mereka memakan harta riba seperti orang gila karena sangat rakus, tamak, dan tidak peduli. Maka ini adalah kondisi (sifat) mereka (pelaku riba) di dunia. Yang benar, jika sebuah ayat mengandung dua kemungkinan makna, maka ditafsirkan kepada dua makna tersebut semuanya.” (Syarh Riyadhus Shalihin, 1/1907)
Sumber referensi "Balasan bagi pelaku riba di Al-Qur'an", oleh Safefudin Hakim di muslim. Or. Id

DALAM SEBUAH KONSER MUSIK MASUK SEMUA MAKSIAT YANG DISEBUTKAN DALAM HADIST LARANGAN ALAT MUSIK


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang ustadz mengatakan, dalam sebuah konser musik masuk semua jenis amalan maksiat yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam di hadist larangan musik, disitu ada alat musik yang dimainkan, disitu ada penyanyi yang mengumbar aurat menjadikan zina mata bagi banyak orang, bercampurnya lelaki dan perempuan secara bebas, terjadi banyak pelecehan wanita, disitu juga banyak penonton yang mabuk karena minum minuman keras serta jenis narkoba lainnya, dan juga pakaian penyanyi kebanyakan dibuat dari bahan yang bagus seperti dari bahan sutra..
Dan orang-orang ini sangat berresiko mendapatkan azab dari Allah Ta’ala karena mereka menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah Ta’ala dan RasulNya. Waalahua'lam.
Semoga dijauhkan dari tempat-tempat seperti ini, Aamiin.
Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Ghanm al-Asy’ari, dia berkata, “Abu ‘Amir atau Abu Malik al-Asy’ari Radhiyallahu anhu telah menceritakan kepadaku, demi Allâh, dia tidak berdusta kepadaku, dia telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَـيَـكُوْنَـنَّ مِنْ أُمَّـتِـيْ أَقْوَامٌ يَـسْتَحِلُّوْنَ الْـحِرَ ، وَالْـحَرِيْرَ ، وَالْـخَمْرَ ، وَالْـمَعَازِفَ. وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَـى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوْحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَـهُمْ ، يَأْتِيْهِمْ –يَعْنِيْ الْفَقِيْرَ- لِـحَاجَةٍ فَيَـقُوْلُوْنَ : ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا ، فَـيُـبَـيِـّـتُـهُـمُ اللهُ وَيَـضَعُ الْعَلَمَ وَيَـمْسَـخُ آخَرِيْنَ قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ إِلَـى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
‘Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan ummatku sekelompok orang yang menghalalkan kemaluan (zina), sutera, khamr (minuman keras), dan alat-alat musik. Dan beberapa kelompok orang sungguh akan singgah di lereng sebuah gunung dengan binatang ternak mereka, lalu seseorang mendatangi mereka -yaitu orang fakir- untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami besok hari.’ Kemudian Allâh mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allâh mengubah sebagian dari mereka menjadi kera dan babi sampai hari Kiamat.’
TAKHRIJ HADITS:
Hadits ini diriwayatkan oleh:
1. al-Bukhâri secara mu’allaq[1] dengan lafazh jazm (pasti) dalam Shahîh-nya (no. 5590). Lihat Fat-hul Bâri (X/51),
2. Ibnu Hibbân (no. 6719-at-Ta’lîqâtul Hisân),
3. al-Baihaqi dalam Sunan-nya (X/221),
4. Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 4039).
Sumber referensi "Haramnya Musik", oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj. Or. Id

JANGAN MEMBUAT MEREKA LARI DARI AGAMA


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu dalam sebuah kajian Ustadz Zamzani Juned Lc. menjelaskan secara panjang lebar larangan perkara bid'ah, namun hebatnya tak sekalipun beliau menyebutkan istilah bid'ah, hal ini mungkin karena beliau pertimbangkan melihat keadaan, menjelaskan hal tersebut ditengah masyarakat yang awam sama sekali dengan kajian Sunnah, sehingga menyebutkan kata"bid'ah" mungkin saja menjadi pemicu keributan, dan mudharatnya jauh lebih besar jika dilakukan, bisa jadi orang yang hadir disitu akan marah atau malah pergi dari kajian itu dan meninggalkan apa yang disampaikan ustadz, maklum banyak beredar fitnah dan cerita bohong ditengah masyarakat saat ini.
Kagum dengan cara beliau menjelaskan hal tersebut.
Dalam kajian lain Ustadz Ali Ahmad menjelaskan bahayanya berdakwah tampa melihat adab dan keadaan, kata beliau, "jangan karena baru ngaji terus main hajar saja, ini syirik dan itu bid'ah, tentu orang malah menghindari kita, itu sama halnya seperti pendekar baru turun gunung dari padepokan silatnya, apa saja yang bergerak dihajar pakai jurusnya, bahkan ada dahan bergoyang saja langsung dihajar pakai jurusnya."
 Allah ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
? “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi berhati keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” [Ali Imron: 159]
 Al-Imam Al-Mufassir Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata,
أي: برحمة الله لك ولأصحابك، منَّ الله عليك أن ألنت لهم جانبك، وخفضت لهم جناحك، وترققت عليهم، وحسنت لهم خلقك، فاجتمعوا عليك وأحبوك، وامتثلوا أمرك
ولو كنت فظا أي: سيئ الخلق { غليظ القلب } أي: قاسيه، { لانفضوا من حولك } لأن هذا ينفرهم ويبغضهم لمن قام به هذا الخلق السيئ
فالأخلاق الحسنة من الرئيس في الدين، تجذب الناس إلى دين الله، وترغبهم فيه، مع ما لصاحبه من المدح والثواب الخاص، والأخلاق السيئة من الرئيس في الدين تنفر الناس عن الدين، وتبغضهم إليه، مع ما لصاحبها من الذم والعقاب الخاص، فهذا الرسول المعصوم يقول الله له ما يقول، فكيف بغيره؟
أليس من أوجب الواجبات، وأهم المهمات، الاقتداء بأخلاقه الكريمة، ومعاملة الناس بما يعاملهم به صلى الله عليه وسلم، من اللين وحسن الخلق والتأليف، امتثالا لأمر الله، وجذبا لعباد الله لدين الله.
ثم أمره الله تعالى بأن يعفو عنهم ما صدر منهم من التقصير في حقه صلى الله عليه وسلم، ويستغفر لهم في التقصير في حق الله، فيجمع بين العفو والإحسان
? “Maknanya: Dengan sebab rahmat Allah kepadamu (wahai Muhammad) dan sahabat-sahabatmu, maka Allah ta’ala menganugerahkan nikmat kepadamu sehingga engkau dapat berlemah lembut, rendah hati, halus dan berakhlak baik terhadap mereka, sehingga mereka bersatu bersamamu, mencintaimu dan menaati perintahmu.
? “Sekiranya kamu bersikap kasar”, maknanya: Berakhlak jelek. “Berhati keras”, maknanya: Mengeraskan hati. “Tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”, karena ini membuat mereka lari dan marah terhadap orang yang memiliki akhlak jelek ini.
? Maka akhlak yang baik termasuk modal utama dalam agama, yang dapat menarik dan memotivasi manusia kepada agama Allah, bersama dengan pujian dan pahala yang khusus bagi pemiliknya.
Adapun akhlak yang jelek dalam agama, termasuk sebab utama yang menjauhkan dan membuat marah umat manusia terhadap agama, bersama dengan celaan dan hukuman yang khusus bagi pemiliknya. Maka inilah Rasul yang maksum (terjaga dari dosa), namun Allah ta’ala berfirman kepada beliau tentang ini, bagaimana lagi dengan selain beliau?!
? Bukankah termasuk kewajiban terbesar dan terpenting adalah meneladani akhlak beliau yang mulia dan bergaul dengan manusia sesuai perangai beliau shallallahu’alaihi wa sallam, yaitu perangai kelembutan, akhlak baik dan menyatukan hati demi menaati perintah Allah ta’ala dan menarik hamba-hamba Allah kepada agama Allah.
? Kemudian (dalam lanjutan ayat) Allah ta’ala memerintahkan beliau shallallahu’alaihi wa sallam untuk memaafkan kesalahan mereka terhadap beliau dan memohonkan ampun atas kesalahan mereka kepada Allah ta’ala, maka dengan begitu beliau telah mengumpulkan dua kebaikan; pemaafan dan perbuatan baik.” [Tafsir As-Sa’di, hal. 154]
Sumber referensi "Jangan kasar saudaraku, jangan buat mereka lari dari agama", karya Ustadz Sofyan Ruray di Sofyanruray. Co

NGAJI KITAB TERJEMAHAN???


Oleh Siswo Kusyudhanto
Sering kali di sosial media muncul olok-olok ngaji kitab terjemahan, dan anehnya hal tersebut ditujukan kepada kajian Sunnah yang notabene pemateri kajian tersebut adalah mayoritas lulusan Jazirah Arab, seperti alumni Universitas Islam Madinah, atau Darul Hadist Yaman dan lainnya. Padahal disana jelas dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan kitab terjemahan, apalagi kitab terjemahan bahasa Indonesia? , karena yangdigunakan dalam proses belajar mengajar disana adalah bahasa Arab, termasuk kitab2 panduannya tentunya juga berbahasa Arab.
Kata seorang ustadz orang-orang yang sering kali mengolok-olok kitab terjemahan mungkin masih terbiasa adat dan kebiasaan kaum kolonial Belanda, seperti kita ketahui dalam masa penjajahan kitab2 dan bahkan Al-Qur’an dilarang diterjemahkan kedalam bahasa yang dipahami oleh rakyat Indonesia, tujuannya agar rakyat Indonesia tidak mengetahui ajaran Islam yang sebenarnya, dengan demikian rakyat Indonesia selamanya bodoh dan pada akhirnya terus menerus dapat dimanipulasi oleh kaum kolonial Belanda, baik harta dan tenaganya juga sumber daya alamnya.
Memang bahasa paling afdhol untuk dipelajari dalam ilmu agama adalah bahasa induk agama ini yakni bahasa Arab, namun tidak menjadikan bahasa setempat menjadi haram hukumnya, dan belum ada fatwa ulama diatas bumi ini menghukumi kitab terjemahan dari para ulama kibar(besar) adalah haram.
Lihat bagaimana hausnya Ibu Kartini kepada kitab terjemahan, terutama terjemahan Al-Qur’an, yang menggambarkan betapa sulit mendapatkan dimasa itu karena Pemerintah kolonial Belanda menghambatnya, di muat di Buku Door Duisternis Tot Licht”, yang terjemahannya “Habis Gelap Terbitlah Terang” kumpulan surat dari Ibu Kartini, judul yang terinspirasi dari ayat Al-Qur'an, tepatnya, “Orang-orang beriman dibimbing Allah dari kegelapan menuju cahaya”. (QS. 2:257).
Kegembiraan akan terjemahan Al-Qur’an tergambar dari tulisan beliau.
Kartini berkomentar, “Selama ini surat Al Fatihah gelap artinya bagi saya. Saya tidak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini, dia menjadi terang benderang sampai pada makna tersiratnya. Sebab Romo Kiai (Sholeh Darat) telah menerangkannya dalam Bahasa yang saya pahami.”
Jadi kalau hari ini ada yang sangat anti kepada kitab2 terjemahan, periksa kembali apakah ada sifat kolonial Belanda pada diri anda?
Waalahua'lam.
Sumber referensi "Kartini Dan Tafsir Al Quran Pertama Berbahasa Jawa", dr ganaIslamika. Co

Saturday, August 11, 2018

INGAT ANAK ANGKAT BUKAN MAHRAM KETIKA MEREKA SUDAH BALIGH




Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada seorang teman yang sudah belasan tahun menikah tidak dikaruniai putra, kemudian mengangkat seorang anak dari orang lain yang tidak punya hubungan kerabat sama sekali, lalu saya kasih tau bahwa kelak ketika sudah baligh tolong diingat soal hubungan antara orang tuanya berlaku seperti bukan mahram baginya ketika si anak sudah baligh. 
Hal ini yang jarang diketahui dan diperhatikan orang-orang yang mengangkat anak, banyak orang tua menganggap anak angkatnya adalah mahram baginya sehingga ketika bergaul seperti layaknya anak kandung, bahkan ketika si anak sudah baligh, padahal menyentuh seseorang yang bukan mahram bagi kita tentu mendatangkan dosa, waalahua'lam.
-----
Bagaimana solusinya agar anak angkat menjadi mahram?
Oleh Ustadz Dr. Raehanul Bahraen di muslimah. Or. Id
Sebenarnya yang menjadi masalah adalah anak tersebut jika sudah dewasa dan baligh bukanlah mahram bagi keluarga tersebut. Maka tidak boleh berduaan, bersentuhan dan berinteraksi bebas sebagaimana bapak dan anak perempuan atau ibu dan anak laki-laki.
Maka dalam hal ini ada dua solusi.
1. Mengambil anak angkat dari keluarga yang masih ada hubungan keluarga dengan istri atau suami.
Misalnya ingin mengangkat anak perempuan, maka bisa mengambil anak dari saudara kandung suami. Sehingga status anak perempuan tersebut adalah mahram bagi suami karena suami adalah pamannya.
Jika ingin mengangkat anak laki-laki, maka bisa mengambil anak dari saudara kandung istri. Sehingga status istri adalah mahram bagi anak laki-laki tersebut karena istri adalah bibinya.
Namun walau demikian, tetap saja status anak angkat tersebut tidak memiliki status sebagai anak secara nasab dan status waris.
2. Anak susuan
Jika tidak ada anak dari keluarga yang bisa diangkat menjadi anak, maka bisa meminta keluarga misalnya saudara kandung wanita agar menyusukan anak angkat yang masih kecil. Sehingga menjadi mahram melalui jalur persusuan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَحْرُمُ مِنَ الرَّضَاعِ مَايَحْرُمُ مِنَ النَّسَبِ
“Persusuan itu menyebabkan adanya hubungan mahram, sama seperti keturuanan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Adapun syaratnya menurut pendapat terkuat:
Usia anak minimal 2 tahun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ رَضَاعَ إِلاَّ فِيْ حَوْلَيْنِ
“Tidak ada persusuan (yang menjadikan mahram) kecuali pada umur dua tahun.” (HR. Baihaqi: 1544).
Minimal 5 kali persusuan dan patokannya sampai bayi kenyang dan melepas sendiri susuannya. Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,
كَانَ فِيْمَا أُنْزِلَ مِنَ الْقُرْآنِ عَشْرُ رَضَعَاتٍ مَعْلُوْمَاتٍ يُحَرِّمْنَ ثُمَّ نُسِخْنَ بِخَمْسٍ مَعْلُوْمَاتٍ فَتُوُفِّيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاْلأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ
“Yang pernah diturunkan dalam Al-Quran adalah bahwa sepuluh kali persusuan menyebabkan adanya hubungan mahram, kemudian hal itu dihapus menjadi lima kali persusuan. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan keadaan masih seperti itu.” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi dan kitab Jami’-nya, dan lafal hadits ini diambil dari beliau).
Demikian semoga bermanfaat.

TERIMA KASIH KEPADA PARA DONATUR




Saya sangat gembira atas antusiasme teman-teman semua yang selama ini telah membantu gerakan dakwah kami.
Sejauh ini kami sudah mendistribusikan Mushaf Al-Qur'an dan buku-buku berbasis Sunnah kebeberapa titik kegiatan dakwah kami, sejumlah hampir 1000 pcs kalau ditotal semua.
Tersebar ke Kelas Bacaan Al-Qur’an di Lembaga Pemasyarakatan Sarolangun, Jambi, Lembaga Pemasyarakatan Jailolo Halmahera Barat Maluku Utara, juga dibeberapa kelas bacaan Al-Qur’an di Pekanbaru dan juga beberapa halaqah dibeberapa daerah pelosok di Riau, seperti Pelalawan, Selat Panjang, Kampar dan Siak. Semoga apa yang antum sumbangkan menjadi catatan pahala disisi Allah Azza Wa Jalla, Aamiin.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Imam Muslim, no. 2674; Abu Dawud, no. 4611; At-Tirmidzi, no. 2674; Ibnu Mâjah, no. 206; Ahmad, II/397; Ad-Dârimi, I/130-131; Abu Ya’la, no. 6489) (649) tahqiq Husain Salim Asad; Ibnu Hibbân, no. 112-at-Ta’lîqâtul Hisân; Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 109.
------
Bagi teman-teman yang berminat menyumbang, silahkan kirim ke :
Rekening Bank Syariah Mandiri an Siswo Kusyudhanto di nomer :
7114465962
Syukron. (kode 451 pada bank yang berbeda).
Untuk konfirmasi ke Nomer WA saya di 081378517454, Syukron, Jazakamullahu khairan.

ANCAMAN BAGI PELAKU POLIGAMI JUGA ADA


Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada seorang teman bertanya kepada istrinya tentang keinginannya untuk mencari madu alias poligami, tanggapan istrinya sungguh bikin mundur teratur, istrinya berkata sambil seolah-olah memegang dua gelas, "lihat ini yaa, yang kanan racun yang kiri madu, yang kanan dicampur dengan yang kiri, alias madunya diracun", subhanaallah. Artinya si istri sangat tidak suka jika suaminya melakukan poligami. 
Kebanyakan wanita sangat sulit menerima syariat agama yang satu ini, kemungkinan selain tidak paham ilmunya bahwa poligami adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala, atau juga ego si wanita masih terlalu besar sehingga sulit baginya untuk berbagi dengan wanita lain baik soal cinta ataupun materi, waalahua'lam.
Melihat itu jadi lebih bersyukur, saya sendiri sudah diijinkan poligami sejak lama oleh istri, bahkan dia sebutkan kriteria madu yang ideal menurut dia, namun lihat resikonya dan merasa belum mampu bersikap adil maka saya belum mengamalkan poligami.
Dalam sebuah kajian Ustadz Syafiq Reza Basalamah menyebutkan bahwa syarat poligami adalah suami mampu bersikap adil kepada istri-istrinya, dan jika kemudian hari dia diketahui tidak mampu bersikap adil, atau condong hanya kepada salah satu istrinya maka di akhirat kelak sebagian tubuhnya jatuh ketanah, condong ke istri mana dia lebih berpihak.
Suami Harus Dapat Berlaku Adil Terhadap Isterinya, Jika Ia Mempunyai Isteri Lebih Dari Satu.
Yaitu berbuat adil dalam hal makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan dalam hal tidur seranjang. Ia tidak boleh sewenang-wenang atau berbuat zhalim karena sesungguhnya Allah melarang yang demikian.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ.
“Barangsiapa memiliki dua isteri, kemudian ia lebih condong kepada salah satu dari keduanya, maka ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan pundaknya miring sebelah.”
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2133), at-Tirmidzi (no. 1141), Ahmad (II/295, 347, 471), an-Nasa’i (VII/63), Ibnu Majah (no. 1969), ad-Darimi (II/143), Ibnu Jarud (no. 722), Ibnu Hibban (no. 1307—al-Mawaarid) dan lainnya, dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 2017).
Sumber referensi "Suami Harus Dapat Berlaku Adil Terhadap Isterinya, Jika Ia Mempunyai Isteri Lebih Dari Satu." karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or

Thursday, August 9, 2018

Hijab itu dari ujung kepala sampai ujung kaki, bukan dari hati mbak.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Banyak mungkin dalam masyarakat ada wanita yang notabene adalah seorang Muslimah, namun enggan berhijab dengan benar dalam penampilannya, dengan alasan ingin "menghijabi hati dulu", alias betulin akhlaknya dulu, subhanaallah. 
Dalam sebuah kajian seorang ustadz mengatakan, "agama ini mengatur perkara lahir dan perkara bathin, maka ketika ada wanita enggan berhijab dengan alasan memperbaiki perilakunya atau batinnya dulu, ini jelas keliru, karena Allah Ta’ala sudah perintahkan untuk berhijab bagi kaum Muslimah, tidak disebutkan harus memperbaiki akhlaknya dulu baru berhijab, karena seorang Muslimah harus memperbaiki penampilan luarnya dan bersamaan dengan itu juga memperbaiki akhlaknya, waalahua'lam. "
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلاَيُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّمَاظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
“Dan katakanlah kepada wanita-wanita mukminat, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali yang biasa nampak dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka”. [An Nuur:31].
Dan juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلاَبِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا {59}* لَّئِن لَّمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لاَيُجَاوِرُونَكَ فِيهَآ إِلاَّ قَلِيلاً
“Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin,“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang”. [Al Ahzab : 59].
Referensi dr almanhaj.or.id
Foto Baliho Dakwah di Jalan Pemasyarakatan, Gobah Pekanbaru.

SILAHKAN MODIFIKASI URUSAN DUNIA SESUKAMU, TAPI JANGAN MEMODIFIKASI URUSAN AGAMA !


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kalau kita lihat akhir-akhir ini makin banyak saja orang memodifikasi perkara agama sesuai keinginan dan syahwatnya, dan anehnya banyak orang mengikuti hal demikian, dengan alasan"ini khan baik", padahal tidak ada kebaikan dalam agama yang tidak diketahui Allah Ta'ala dan RasulNya, semua sudah disampaikan oleh Allah Ta'ala dan diajarkan oleh RasulNya, kita tinggal mempelajari dan mengamalkan saja, sudah cukup.
Dalam sebuah kajian seorang ustadz mengatakan, " Tidak ada perusahaan paling hebat sekalipun diatas muka bumi ini mengatur bagaimana adab didalam kamar mandi bagi karyawanannya, hanya Islam yang mengatur hal demikian secara detail, kenapa?, karena Islam mengatur semua sisi kehidupan manusia, mulai urusan kamar mandi, berumah tangga, jual beli, bernegara, sampai urusan tata negara semua sudah ada di dalam agama Islam. Tidak ada secuilpun dalam kehidupan seorang manusia lepas dari aturan dari Islam. Jika urusan kamar mandi saja ada aturan mainnya dalam Islam, maka menjadi mustahil urusan-urusan yang besar dalam agama tidak ada aturannya, seperti bagaimana tata cara berdzikir, bagaimana berdakwah, bagaimana bersedekah dan seterusnya. Maka menjadi penyimpangan ketika kemudian ada sekelompok manusia mengarang-mengarang sendiri tata cara beramal ibadah, yang berbeda dengan yang diperintahkan Allah dan RasulNya. Karena agama ini telah sempurna, tidak perlu ditambahi dan dikurangi lagi."
Allah Azza wa Jalla berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) menjelaskan, “Ini merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla terbesar yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka. Sehingga, mereka tidak memerlukan agama lain dan tidak pula Nabi lain selain Nabi mereka, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla menjadikan beliau sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin. Sehingga, tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang diharamkannya, dan tidak ada agama kecuali yang disyari’atkannya. Semua yang dikabarkannya adalah haq, benar, dan tidak ada kebohongan, serta tidak ada pertentangan sama sekali.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا
“Dan telah sempurna kalimat Rabb-mu (Al-Qur-an), (sebagai kalimat) yang benar dan adil …” [Al-An’aam: 115]
Allah Ta'ala melarang kita mendahului dalam urusan dalam agama,
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurat:1)
Sumber Referensi " Islam sudah Sempurna", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or.id