Thursday, March 28, 2019

SYIRIK PENGHAPUS AMAL IBADAH KITA !


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dulu saya punya kenalan saat di Jawa, seorang bapak yang sudah beberapa kali naik haji, sedekahnya juga luar biasa baik kepada kepada pembangunan masjid dan musholla, puasanya juga sangat bagus, puasa sunnah seperti Senin Kamis selalu dilakukan, juga puasa sunnah di bulan-bulan mulia, belum lagi soal shalatnya, sangat bagus dinilai, selalu datang duluan di masjid terdekat daripada orang lain, juga shalat-shalat sunnah banyak dikerjakannya, demikian bagus amal ibadahnya, namun yang bikin prihatin adalah dia juga mengamalkan amalan-amalan kesyirikan seperti menggunakan jimat, ngalap berkah ke makam orang-orang yang dianggap suci, malah dia sering jadi ketua panitianya, dia sering mengajak orang datang ke tempat-tempat yang dianggap keramat untuk mendapatkan berkah, subhanaAllah, miris kalau mengingatnya.
Dalam sebuah kajian seorang ustadz menyebutkan, seseorang yang beramal ibadah sebesar gunung, sangat bagus amal ibadahnya baik shalat, sedekah, puasa dan seterusnya, semua amalan wajib juga sunnah dikerjakannya namun dia juga mengerjakan amalan-amalan kesyirikan kemudian dia meninggal dunia dan belum sempat melakukan taubat atas amalan-amalan kesyirikannya selama didunia, Allah sebutkan amalannya akan terhapus semua karena amalan kesyirikannya itu. SubhanaAllah.
Jadi ngeri bayangin sudah capek-capek beramal ibadah selama puluhan tahun, selama hidup kemudian tidak ada catatannya apa-apa karena disebabkan perbuatan syirik, pahala yang diharapkan dari amal ibadah yang kita kerjakan ternyata tidak ada catatannya, sebuah kesia-siaan belaka, semoga dijauhkan dari amalan-amalan kesyirikan, aamiin.

JADILAH MUSLIM YANG BERGUNA


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kalau sudah mulai datang malas untuk ikut membantu dakwah para ustadz atau kegiatan sejenisnya selalu mencoba mengingat nasehat Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah, beliau menyebutkan sebagai seorang Muslim dan orang yang beriman jangan cuma bikin dunia ini sesak oleh kita, keberadaan kita di dunia sebagai manusia cuma dalam angka saja, hanya masuk hitungan statistik sebagai seorang manusia dan seorang Muslim, artinya tidak berguna sama sekali bagi orang lain, keberadaan kita ada atau tidak ada tidak ada perbedaan sama sekali bagi lingkungan kita.
Maka jadilah seorang Muslim yang berguna bagi orang lain, entah dengan kemampuan harta kita atau dengan ilmu yang kita miliki dapat mendatangkan kebaikan bagi orang lain.
Waalahua'lam.
Mengingat nasehat beliau Rahimahullah selalu mendatang semangat memberi manfaat bagi orang lain dan menghalau kemalasan, semoga Allah Ta'ala selalu merahmati beliau, aamiin.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).
Sumber Referensi"Pribadi yang bermanfaat", dr web muslimah or

POLIGAMI BUKAN WISATA KULINER YA AKHI


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Ali Ahmad menyebutkan, "Jangan memudah-mudahkan poligami meskipun poligami tidak dilarang, jangan memudah-mudahkan poligami karena poligami yang benar adalah untuk ketakwaan kepada Allah Ta'ala, bukan untuk wisata kuliner.
Jika ada seorang lelaki ingin merasakan masakan Padang maka dia menikah dengan wanita dari Padang, dia ingin merasakan masakan Melayu kemudian dia menikah dengan wanita dari Melayu, nanti setelah tidak merasakan enaknya kemudian bercerai, ini namanya menikah untuk Wisata Kuliner.
Poligami bukan seperti demikian yaa akhi."
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ اْلإِيْمَانِ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِى.
“Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. [Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim]
Sumber Referensi " Konsep Islam tentang Perkawinan", karya ustadz Yazid Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or

JANGAN SALAH OBAT


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam kajian beberapa waktu yang lalu Ustadz Ali Ahmad menyebutkan,
Ada seseorang mengira bahwa kebahagiaan didapatkan hanya dengan banyaknya uang, maka untuk mendapatkan uang banyak dia berdagang, maka setiap waktu dia selalu berdagang, pagi berdagang, siang berdagang, sampai malam berdagang, bahkan dalam masjid berdagang, juga dalam shalat juga masih berdagang.
Ada juga seseorang mengira kebahagiaan hanya dapat diraih ketika dapat meraih kekuasaan, maka dia dia berusaha keras mendapatkan kekuasaan yang diinginkannya, main suap sana sini, melakukan segala cara agar dapat meraih kedudukan yang cita-citakan.
Ulama seperti Syaikh Ibnu Qayyim menyebutkan orang-orang yang mengira kebahagiaan hanya didapatkan dengan kekayaan dan kekuasaan adalah orang yang sakit namun salah mengkonsumsi obatnya, ibarat ada orang sakit kanker namun diobati dengan obat panu, tentu sebuah kesia-siaan belaka, penyakit kankernya tentu tidak akan pernah sembuh karena obatnya tidak sesuai dengan penyakitnya.
.
Ketahuilah kebahagiaan sejati hanya dapat diraih dengan cara selalu mengingat Allah Ta'ala(taat kepada Allah Ta'ala).
Waallahua'lam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan perkataan yang mahsyur– semoga Allah merahmatinya –, “Sesungguhnya di dunia ini ada jannnah (surga), barangsiapa yang belum masuk ke dalam surga di dunia ini maka dia tidak akan masuk ke dalam surga di akhirat nanti.”
(Dinukil oleh murid beliau Ibnul Qayyim dalam kitab “al-Waabilush shayyib” (hal 69).)
Makna “surga di dunia” dalam ucapan beliau ini adalah kecintaan (yang utuh) dan ma’rifah (pengetahuan yang sempurna) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (dengan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan cara baik dan benar) serta selalu berzikir kepada-Nya, yang dibarengi dengan perasaan tenang dan damai (ketika mendekatkan diri) kepada-Nya, serta selalu mentauhidkan (mengesakan)-Nya dalam kecintaan, rasa takut, berharap, bertawakkal (berserah diri) dan bermuamalah, dengan menjadikan (kecintaan dan keridhaan) Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya yang mengisi dan menguasai pikiran, tekad dan kehendak seorang hamba. Inilah kenikmatan di dunia yang tiada bandingannya yang sekaligus merupakan qurratul ‘ain (penyejuk dan penyenang hati) bagi orang-orang yang mencintai dan mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala (Lihat kitab “al-Waabilush shayyib” (hal. 69).)
Dikutip dari Tablik Akbar "Meniti Jalan Kebahagiaan" oleh Ustadz Ali Ahmad bin Umar di Masjid Raudhatul Jannah
Sumber Referensi, " Menggapai Kebahagiaan dengan Mengingat Allah Ta'ala", karya Ustadz Abdullah Taslim di muslim.or

KUTITIP SURAT INI UNTUKMU




Karya Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah 
------------
Assalamu'alaikum,
Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta'ala yang telah memudahkan 
Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan 
kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga dan para 
sahabatnya. Amin.
Wahai anakku, 
Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara. Setelah 
berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, 
sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali 
menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan 
setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka.
Wahai anakku! 
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi 
laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau 
pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini 
lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati 
dan telah engkau robek pula perasaanku.
Wahai anakku. 
25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun 
kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter datang menyampaikan 
kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat 
tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini 
sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi. 
Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, 
makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak 
mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama 
berjalannya waktu.
Aku mengandungmu, wahai anakku! 
Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu 
gembira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu 
di perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena 
semakin hari semakin bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal 
afiat dalam rahimku. Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, 
sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat 
tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku merasakan sakit 
yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan. 
Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi 
menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di 
pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau 
pun lahir. Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. 
Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua 
sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan 
bertambah kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, 
aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air ke 
kerongkonganku.
Wahai anakku. 
Telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan 
memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku 
kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi 
kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap harinya, agar aku melihat 
senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta
sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu. itulah kebahagiaanku!
Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan 
dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu 
yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, 
dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta 
mendo'akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu. 
Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi 
dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis 
yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu
aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu.
Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. 
saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, 
entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, 
tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau 
mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan 
berpisah denganku.
Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya 
setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang 
selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna 
bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang 
selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti 
batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang 
berguguran. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah 
melupakanku dan melupakan hakku.
Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. 
Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi 
penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya 
untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku 
manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon 
berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon. Setiap suara 
kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang. 
Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku 
hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan. Yang tersisa hanyalah 
kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil 
menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.
Anakku. 
Ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang 
bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam 
kehidupanmu. Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di 
rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula 
dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.
Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! 
Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau 
buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!! Yang Ibu tagih 
kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, 
agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu 
detik. Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah 
engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau 
tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.
Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena 
badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit. Berdiri 
seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu 
cintaku kepadamu masih seperti dulu. Masih seperti lautan yang tidak 
pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti. 
Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya 
engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan 
kepada ibumu. Mana balas budimu, nak!? Mana balasan baikmu! Bukankah 
air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! Akan tetapi 
kenapa nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. Bukankah 
Allah ta'ala telah berfirman, "Bukankah balasan kebaikan kecuali 
dengan kebaikan pula?!" (QS. Ar Rahman: 60) Sampai begitu keraskah 
hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! Setelah berlalunya hari dan 
berselangnya waktu?!
Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan 
hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, 
engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari 
keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang 
telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?! 
Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul 
denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?
Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku 
sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak 
pembantumu. Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang 
layak untukku wahai anakku! 
Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan 
kebesaranmu? Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu
demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan Allah 
ta'ala mencintai orang yang berbuat baik.
Wahai anakku!! 
Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain. 
Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau 
sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang 
laki-laki supel, dermawan, dan berbudi. Anakku. Tidak tersentuhkah 
hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah 
jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh 
rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena 
apa-apa?! Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan 
air matanya. Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di 
hatinya. hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan 
belati durhakamu tepat menghujam jantungnya. hanya karena engkau telah 
berhasil pula memutuskan tali silaturrahim?!
Wahai anakku, ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka titilah 
jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, 
pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di sana 
dengan kasih sayang Allah ta'ala, sebagaimana dalam hadits: "Orang tua 
adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia- 
siakanlah pintu itu atau jagalah!!" (HR. Ahmad)
Anakku. 
Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. Semenjak engkau telah 
beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga 
begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat 
berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan 
bersedekah.
Akan tetapi, anakku! 
Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar 
yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahu 
'alaihi wa sallam bersabda: Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu 
berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 
"Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia? Beliau bersabda: 
"Shalat pada waktunya", aku berkata: "Kemudian apa, wahai Rasulullah?" 
Beliau bersabda: "Berbakti kepada kedua orang tua", dan aku berkata: 
"Kemudian, wahai Rasulullah!" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah", 
lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan 
menjawabnya. (Muttafaqun 'alaih)
Wahai anakku!! 
Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan 
budak atau berletih dalam berinfak. Pernahkah engkau mendengar cerita 
seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan 
berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas?! Setelah 
tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya 
tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya. Setibanya 
di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang 
dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih 
mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang 
mendirikan tambang emas. 
Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari 
pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di 
dekatmu ada pahala yang maha besar. Di sampingmu ada orang yang dapat
menghalangi atau mempercepat amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan 
Allah ta'ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?
Anakku, yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-
jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam 
dalam sabdanya: "Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah 
seseorang", dikatakan, "Siapa dia,wahai Rasulullah?, Rasulullah 
menjawab, "Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua, dan 
tidak memasukkannya ke surga". (HR. Muslim)
Anakku. 
Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka 
ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung 
menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu 
kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada 
dokter yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak! 
Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung 
hatiku. Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit 
sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu 
merana terkena do'a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan 
hidupku.
Bangunlah Nak! 
Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa hingga engkau 
akan menjadi tua pula, dan al jaza' min jinsil amal. "Engkau akan 
memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam." Aku tidak ingin engkau 
nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis 
dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula 
kepadamu.
Wahai anakku, bertaqwalah kepada Allah, dan kepada ibumu, peganglah 
kakinya!! 
Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah 
kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang
telah lapuk.
Anakku. 
Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu! Apakah engkau sadar 
dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.
Wassalam, 
Ibumu

YUK LAPORKAN PARTAI INI


Oleh Siswo Kusyudhanto
Biasanya paling malas bahas politik, karena ujung dari politik semua masuk dalam kubangan lumpur kehinaan. Sementara membahas tauhid dan Sunnah ujungnya adalah kemuliaan.
Namun karena melihat tingkah laku partai yang satu ini sangat kental dengan paham liberal sepertinya wajib dibahas.
Seperti munculnya iklan anti poligami di televisi nasional akhir-akhir ini, dan juga sering mereka sampaikan dalam event kampanye, hal ini menunjukkan mereka seakan berada di pihak perempuan dengan mengajak masyarakat untuk anti poligami, namun sejatinya mereka sedang mengajak masyarakat terutama Umat Islam yang awam untuk kufur secara masal terhadap syariat-syariat Allah diantaranya adalah poligami.
Dan mereka lakukan demikian semata-mata hanya untuk meraup banyaknya pemilih.
Seperti kita ketahui poligami adalah salah satu syariat yang berasal dari Allah dan RasulNya, ketahuilah poligami bukan karangan seorang ustadz, kyai, habib, Syaikh dan manusia lainnya.
Sebagian orang mungkin belum mampu melakukan poligami dalam kehidupan mereka, maka cukup diam saja, namun jika sampai sampai pada tingkat membencinya sudah masuk kufur kepada Allah Ta'ala dan juga RasulNya.
Seperti dituturkan seorang ustadz, sikap kita kepada poligami seharusnya sama dengan sikap kita kepada haji, keduanya sama-sama syariat yang datang dari Allah dan RasulNya, dan keduanya dapat diamalkan ketika kita memiliki kemampuan, dan ketika kita tidak mampu mengamalkan tidak perlu membencinya, karena kalau sampai kita membenci syariat Allah dan RasulNya tentu kita terancam masuk neraka karena telah kufur kepada syari'at Allah dan RasulNya.
Karena yang datangnya dari Allah dan RasulNya pasti benar, harus diyakini oleh setiap orang yang mengaku beragama Islam, dan wajib berIslam secara kaffah(menyeluruh), kemudian datanglah sebagian orang mencela salah satu syariat Islam, seakan syariat Allah dan RasulNya keliru, tentu ini perbuatan yang sangat buruk dan tercela, waalahua'lam.
Oleh karenanya jika teman-teman melihat iklan partai ini, sedapat mungkin foto tayangan di televisi atau media lainnya dan laporkan ke Komite Penyiaran Indonesia, atau ke Menkoinfo biar ada tindakan atas perbuatan mereka.
Semoga kita selamat dari tipu daya mereka kaum liberal, aamiin.
Allah Ta'ala berfirman .
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang hak itu datang kepadanya ? Bukankah dalam Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir ?” [Al-Ankabut/29 : 68]

IKUTILAH PEMAHAMAN KAUM SALAF, MAKA ENGKAU SELAMAT


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam kajian beberapa waktu yang lalu Ustadz Ali Ahmad bin Umar menyebutkan, " dijaman dahulu kalau ada anak kecil mengaku mampu melihat jin maka cepat-cepat orang tuanya mencari peruqyah dan anak itu diruqyah agar kembali normal, atau tidak dapat melihat jin lagi. Sebaliknya sekarang jika ada anak kecil mengaku dapat melihat jin maka banyak orang menganggap anak hebat dan banyak orang akan datang kepadanya dan menanyakan tentang ramalan kejadian di masa depan."
Demikian kaidahnya agama dalam masyarakat kita, makin bertambahnya jaman pemahaman agama itu berkurang, dan makin rusak, bukan malah bertambah makin baik.
Jadi teringat ketika seorang ustadz membahas pentingnya mengikuti pemahaman agama kaum salaf, orang terdahulu, tiga generasi terbaik Islam, yakni orang-orang yang pertama memeluk Islam, dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam sendiri bahwa umat terbaik beliau adalah tiga generasi awal Islam.
Oleh karenanya penting dalam mengikuti pemahaman agama para salaf, baik dalam Aqidah ataupun syariat, pemahaman mereka dalam beragama masih murni, dan tidak bercampur dengan kemaksiatan, kebid'ahan dan kesyirikan, hanya dengan cara demikian kita selamat dari berbagai fitnah yang banyak beredar disekitar kita, mulai fitnah syahwat, fitnah syubhat, dan banyak pemikiran menyimpang lainnya yang terjadi dijaman sekarang ini.
Hanya dengan mengikuti pemahaman salaf seseorang selamat didunia dan diakhirat, waalahua'lam.
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, yang artinya :
”Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (At- Taubah: 100)
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam,
”Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya kemudian generasi sesudahnya lagi.”
(HR. Ahmad, Ibnu Abi ’Ashim, Bukhari dan Tirmidzi).
Sumber Referensi, "Mengenal Salaf dan Salafi", karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc di rumoysho.c

GARA-GARA BERAMAL MODAL IKUT IKUTAN


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Ali Ahmad bin Umar menyebutkan pentingnya mempelajari ilmu agama, karena dengan berilmu kita mengetahui cara beramal yang benar sesuai syariat Allah dan RasulNya, dan jangan beramal hanya dengan melihat yang dilakukan orang lain, karena bisa jadi contoh itu salah atau keliru ketika kita salah memahaminya.
Dikisahkan beliau Ustadz Ali Ahmad bin Umar sedang memimpin jamaah umroh dan sedang melakukan thawaf di sekitar Ka'bah, dan kebetulan beliau selaku pimpinan rombongan terpisah dengan rombongannya yang berjumlah puluhan orang.
Karena ustadz tubuhnya kecil dan beliau sedang dikelilingi jamaah umroh dari rombongan lain dari beberapa negara seperti Afghanistan dan Pakistan yang orangnya tingi secara fisik maka tentu ustadz sulit mencari rombongannya, lalu kemudian ustadz berinisatif meloncat-loncat untuk dapat melihat dan mengetahui dimana rombongannya berada.
Ketika ustadz sedang meloncat-loncat nampak oleh sebagian anggota rombongan umroh yang terpisah, lalu mereka berkata "lihat itu ustadz sedang thawaf sambil meloncat-loncat, mari kita lakukan dengan meloncat juga", mendengar temannya berkata demikian maka satu rombongan umroh melakukan thawaf dengan cara meloncat-loncat, karena mereka mengira thawaf yang benar dilakukan dengan cara demikian, subhanaAllah.
Semoga kisah nyata ini menjadi inspirasi kita semua, betapa pentingnya ilmu sebelum melakukan sebuah amalan.
Allah Ta’ala berfirman
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
“Apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang bisa mengambil pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)

KEKUATAN UMAT ISLAM SEBENARNYA ADALAH JUMLAH JAMAAH SHALAT SUBUH


Oleh Siswo Kusyudhanto.
Dalam sebuah kajian seorang ustadz berkata, " kalau antum ingin tau kekuatan Umat Islam yang sebenarnya jangan lihat ketika mereka sedang berdemo, atau ketika mereka sedang melakukan shalat Ied, atau juga jangan lihat ketika mereka sedang shalat di hari Jum'at, namun lihat ketika mereka melakukan shalat subuh berjamaah, kenapa demikian?, Karena shalat subuh adalah amalan paling berat bagi mereka yang terjangkiti penyakit munafik, hanya orang yang menjaga ketaatan kepada Allah Ta'ala saja yang mampu melakukan shalat subuh secara berjamaah, dan butuh keikhlasan yang cukup dalam melakukannya.
Shalat subuh dilakukan ketika dipagi hari, maka untuk semangat bangun pagi dan kemudian melangkah menuju ke masjid dalam kegelapan pagi hari menunjukkan mereka tidak perlu pujian orang atas amalan shalat subuh mereka.
Semoga kita termasuk orang-orang yang semangat dalam melakukan shalat subuh secara berjamaah, aamiin.
Allah Ta’ala berfirman,
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh tu disaksikan (oleh malaikat).” (Qs. Al-Isra’: 78)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)
Sumber Referensi"Keutamaan Shalat Subuh", karya Wiwit Hadi Priyanto di muslim or

Sunday, March 24, 2019

ILMU MEMUDAHKAN SESEORANG MASUK KEDALAM SURGA



Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang ustadz menyebutkan, seseorang yang menuntut ilmu akan dimudahkan baginya jalan menuju surga, ilmu yang di maksud tentu adalah ilmu agama, maka wajib bagi setiap Muslim untuk menuntut ilmu agama, dengan ilmu memudahkan kita masuk kedalam surga, dan batasnya menuntut ilmu agama hanya liang lahat(umur kita).
Jika kita akan membangun sebuah gedung bertingkat yang besar tentu kita perlu ilmu yang cukup untuk dapat membangunnya, kita harus mengetahui beapa besar besi rangkanya, berapa ukuran besi yang cukup kuat untuk menopang bangunan, bagaimana pondasinya yang kuat sesuai dengan kontur tanah dan mampu meopang beratnya bangunan yang akan kita bangun.
Dengan ilmu dan perhitungan yang cukup matang itu merupakan usaha kita agar bangunan yang dibangun dikemudian cukup kokoh dan aman bagi orang yang menggunakan bangunan itu untuk keperluan mereka seperti bekerja dan tinggal didalamnya dalam waktu lama.
Andai seseorang membangun sebuah gedung bertingkat yang besar, sementara belum cukup ilmu dan perhitungan matang pada dirinya dan memaksakan diri membangun' sebuah gedung bertingkat, apa yang terjadi?, Mungkin dia keliru ketika menggunakan besar dan bentuk pondasi bangunan, mungkin juga dia salah menggunakan besi yang digunakan sebagai rangka bangunan, harusnya ukuran 12 namun dia menggunakan ukuran 8, atau di juga salah dalam mencampur semen dengan pasir, harusnya campurannya 1 bagian semen diaduk dengan 2 bagian pasir, namun karena tidak berilmu dia campur 1 bagian semen dengan 5 bagian pasir.
Dan banyak kesalahan serta kekeliruan ketika dia membangun gedung itu disebabkan kebodohan dan salah perhitungan yang dilakukannya.
Pastilah ketika gedung itu berdiri tidak akan kokoh dan juga tidak aman bagi para penggunanya, bisa jadi tidak perlu gempa bumi untuk menghancurkan bangunan itu, mungkin hanya terkena angin kencang saja bangunan itu akan roboh.
Jika dalam membangun rumah dan gedung didunia ini perlu ilmu dan perhitungan yang matang dan tidak boleh sembarangan, apalagi untuk membangun rumah di surga?, Pasti lebih butuh lagi ilmu dan perhitungan yang matang dan tidak boleh sembarangan.
Dengan ilmu agama seseorang dimudahkan jalan ke surga, karena dengan ilmu agama yang cukup dia akan mengetahui mana jalan ke neraka dan mana jalan menuju surga.
Seseorang yang berilmu akan mengetahui bentuk-bentuk maksiat, kebid'ahan dan kesyirikan yang sepatutnya dia hindari dan tinggalkan.
Seseorang yang berilmu juga akan mengetahui bagaimana menTauhidkan Allah Ta'ala, bagaimana cara iitiba'(mengikuti) jalan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam, yakni mengikuti amalan-amalan Sunnah.
Seseorang yang berilmu juga lebih mengetahui bagaimana cara Istiqomah dalam beramal ibadah.
Dan seterusnya.
Bayangkan betapa buruknya jika dalam beragama seseorang tidak memiliki ilmu, bisa jadi dalam beramal ibadah ternyata bercampur dengan kemaksiatan, kebid'ahan dan kesyirikan disebabkan ketidak tahuan pada dirinya, dia tidak tau bahwa yang diamalkan justru membuat terancam menjadi penduduk neraka,
Waalahua'lam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Sumber Referensi "Menuntut ilmu jalan cepat menuju surga", karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc di web rumoysho.c

GIMANA ALLAH TA'ALA MAU RIDHO/MEMBERI RAHMAT ???


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dulu saya sempat ikut sebuah firqoh, ada salah satu teman dikumpulan itu tidak pernah shalat, tidak pernah puasa dan juga tidak beramal ibadah lainnya, dia berlaku demikian karena memahami bahwa seseorang masuk surga bukan karena banyaknya amal ibadah tetapi seseorang masuk surga karena ridho Allah Ta'ala, maka sejak itu dia hanya berdoa mengharap ridho Allah Ta'ala saja.
Dalam sebuah kajian seorang ustadz pernah ditanya soal ini, "Ustadz apakah benar kita masuk surga bukan karena amal ibadah kita? Seperti shalat, puasa, sedekah dan amalan lainnya, tapi hanya karena ridho/rahmat Allah Ta'ala saja kita masuk surga?".
Ustadz menjawab, " itu benar, kita masuk surga karena ridho/Rahmat Allah Ta'ala saja', nampak si jama'ah kaget mendengar jawaban ustadz, dalam hati mungkin dia berkata, lalu ngapain kita shalat, puasa, sedekah dan seterusnya kalau itu bukan menjadi sebab masuk surga?.
Lalu Ustadz melanjutkan, " masalahnya bagaimana Allah Ta'ala ridho kepada kita masuk surga jika kita tidak melakukan shalat, tidak puasa, tidak sedekah dan tidak melakukan amal ibadah lainnya?, Tentu Allah Ta'ala ridho terhadap kita karena sebab amal ibadah yang kita lakukan.
Dan mustahil Allah Ta'ala ridho kepada kita masuk surga jika dalam kehidupan kita dipenuhi perbuatan kemaksiatan, kebid'ahan dan kesyirikan?".
Jamaah itu mulai paham maksudnya Allah Ta'ala ridho kepada kita dan menjadikan seseorang masuk surga.
Waalahua'lam.
Baru paham teman saya dulu itu ternyata gagal paham.
Dalam hadis Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu disebutkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
“Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (HR. Muslim no. 2817).
Sumber Referensi muslim.or

KERJAKAN BID'AH HASANAH SAJA, WHAT !!??


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dikirimi link kajian seorang ustadz yang suka mengamalkan bid'ah hasanah, dalam video itu menjelaskan sebuah hadits, yakni tentang orang-orang yang terusir dari telaga Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam karena berbuat bid'ah setelah Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam wafat. Kata ustadz itu yang dimaksud golongan yang diusir adalah orang-orang yang mengamalkan bid'ah dholallah, sementara yang mengamalkan bid'ah hasanah menikmati air dari telaga itu. Penjelasan yang membingungkan dan sarat syubhat bagi yang awam.
Jelas jauh berbeda dengan penjelasan para ustadz di Kajian Sunnah yang saya pernah ikuti, para ustadz seperti Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah, Ustadz Firanda Adirja, Ustadz Maududi Abdullah dan seterusnya ketika menjelaskan hadits ini menyebutkan yang dimaksud dengan orang-orang yang terusir dari telaga Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam adalah mereka yang berbuat bid'ah secara keseluruhan, bukan sebagian saja, mengikuti hadits lainnya tentang terlarangnya bid'ah, karena bunyinya, "Kullu bidatin dholallah", setiap bid'ah adalah sesat(sahhih Abu Dawud dan Tirmizi), jadi tidak ada sebagian bid'ah yang tidak sesat.
Lagian kalau kita pahami dengan sebagian Muslim yang menyebutkan ada bid'ah hasanah dan dholallah kemudian cari dalam kehidupan nyata maka kita tidak ada satupun temukan namanya bid'ah dholallah, semua pelaku kebid'ahan di dunia ini selalu menyebutkan amalannya adalah bid'ah hasanah, bahkan kelompok paling sesat menurut ulama Ahlu Sunnah seperti syi'ah juga menyebutkan amalan mereka adalah bid'ah hasanah.
Kalau mengikuti pemahaman mereka maka tidak ada satupun manusia yang diusir dari telaga Nabi Muhammad Shalallalahu alaihi wa Sallam karena mereka semua berbuat bid'ah hasanah, namun Nabi menyampaikan hal sebaliknya, ada sebagian orang akan diusir dari telaga itu.Waallahua'lam.
semoga dijauhkan dari pemahaman-pemahaman yang penuh syubhat seperti ini, aamiin.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ، وَلَيُرْفَعَنَّ لِي رِجَالٌ مِنْكُمْ، ثُمَّ لَيُخْتَلَجُنَّ دُونِي، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، أَصْحَابِي، فَيُقَالُ لِي: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
Aku menunggu kalian di telaga. Sungguh ditampakkan kepadaku beberapa orang diantara kalian, kemudian dia disimpangkan dariku. Lalu aku mengatakan, “Ya Rabbi, itu umatku.” Kemudian disampaikan kepadaku, “Kamu tidak tahu apa yang mereka perbuat setelah kamu meninggal.” (HR. Ahmad 4180 dan Bukhari 6576)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bercerita,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendatangi kuburan, lalu beliau memberi salam, “Salamu alaikum, wahai penduduk negeri kaum mukminin, kami insyaaAllah akan bertemu kalian.” Lalu beliau mengatakan,
“Saya ingin ketemu dengan teman-temanku.”
“Bukankah kami ini teman-teman anda ya Rasulullah?” tanya para sahabat.
“Bukan, kalian sahabatku. Teman-temanku adalah umat islam yang akan datang setelah masa ini. Aku menunggu mereka di telagaku.” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Ya Rasulullah, bagaimana anda bisa mengenali umatmu yang belum pernah ketemu dengan anda?” tanya sahabat.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat permisalan,
“أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا كَانَ لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ خَيْلٍ بُهْمٍ دُهْمٍ، أَلَمْ يَكُنْ يَعْرِفُهَا؟ ” قَالُوا: بَلَى. قَالَ: ” فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ، وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ”
“Bagaimana menurut kalian, jika ada orang yang memiliki kuda hitam yang ada belang putih di wajah dan kaki-kakinya, dan dia berada di kerumunan kuda yang serba hitam. Bukankah dia bisa mengenalinya?”
“Tentu dia bisa mengenali kudanya.” Jawab sahabat.
“Umatku akan dibangkitkan di hari kiamat dalam keadaan belang di wajah dan tangannya karena bekas wudhu. Saya menunggu mereka di telaga.” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu beliau mengingatkan,
أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ، أُنَادِيهِمْ: أَلَا هَلُمَّ، فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ، فَأَقُولُ: سُحْقًا، سُحْقًا
Ketahuilah, sungguh ada beberapa orang yang disesatkan, tidak bisa mendekat ke telagaku, seperti onta hilang yang tersesat. Aku panggil-panggil mereka, “Kemarilah…kemarilah.” Lalu disampaikan kepadaku, “Mereka telah mengubah agamanya setelah kamu meninggal.”
Akupun (Nabi) mengatakan, “Celaka-celaka..”. (HR. Ahmad 8214 & Muslim 607)
Sumber Referensi " Mereka yang diusir dari Telaga Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam", karya Ustadz Ammi Nur Baitys di konsultasisyariah.c

SIAPA TAU SUATU HARI DIANTARA MEREKA LEBIH DIDEPAN DALAM MEMBELA DAKWAH INI DARI DIRIMU




Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada kisah menarik yang disampaikan seorang ustadz dalam kajian beliau tentang orang-orang yang dulu sangat keras menentang Dakwah yang di syiarkan oleh para ustadz pemateri Kajian Sunnah, dan kemudian hari justru orang-orang itu saat ini adalah paling depan soal pengorbanan dan membantu para ustadz dalam membantu dakwah ini.
Disebutkan ada seorang yang sangat tidak suka dan benci dengan dakwah orang yang dilabeli wahabi, sehingga dia sering menebarkan fitnah keburukan wahabi dikalangan teman-temannya dan keluarganya tentang bahaya wahabi bagi Umat Islam khususnya di Indonesia.
Saking bencinya dengan orang wahabi sampai-sampai jika ada poster tentang kajian yang diisi oleh para ustadz wahabi dia akan merobeknya dan membuangnya.
Dikisahkan pada suatu hari dia menemui poster info kajian seorang ustadz disebuah tempat di Bogor, ketika melihat poster itu spontan dia datangi dan merobeknya, dan akhirnya poter itu menjadi serpihan kecil-kecil, ada sebagian sobekan kecil ditangannya tertera frekuensi radio Rodja, dan karena setelah membacanya dia menjadi penasaran, dia ingin mengetahui kesesatan materi dakwah radio wahabi ini. Maka dia pulang kerumah dan membawa sobekan poster yang ada frekuensi radio wahabi itu, dan setelah mencari dia akhirnya menemukannya, pertama mendengar dengan seksama kajian didalam siaran itu, dia ingin mengetahui letak kesesatannya, namun hari itu dia tidak temukan.
Esoknya dia ulangi lagi mendengar kajian Radio Rodja, dan begitu seterusnya sampai berminggu-minggu, namun selama mendengarkan siaran radio dakwah itu tak sekalipun dia menemukan kesesatan didalamnya, justru dia mulai membenarkan dakwah yang disiarkan radio ini, dia merasa kajian yang disampaikan secara ilmiah karena didukung dalil sahhih baik dari Al-Quran dan Hadits sahhih, dan dengan mendengar kajian dalam radio tersebut dia jadi tau perkara-perkara aqidah seperti betapa mulianya Tauhid, betapa buruknya Syirik, betapa mulianya Sunnah dan betapa buruknya bid'ah, dan tau mana keutamaan harta halal dan buruknya harta riba dan seterusnya.
Akhirnya tampa disadari dia jadi pendengar setia Radio Rodja selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun kemudian, dan justru saat ini dia adalah salah satu donatur di Radio Rodja, justru dia berdiri paling depan dalam kegiatan Dakwah Sunnah ini, .MasyaAllah.
Maka ketika ada orang kita temui sering mengatakan "wahabi sesat", atau "wahabi mengajarkan tri tauhid", atau "wahabi dakwah yang suka mengkafirkan dan membid'ahkan" dan seterusnya, ketahuilah bahwa kita sedang berhadapan dengan orang yang jahil dan termakan berita bohong dan juga fitnah, maka mengajaknya diskusi, menasehati, mengajak ke kajian terdekat dan mendoakan dia adalah yang terbaik.
Karena siapa tau pada suatu hari dia mendapatkan hidayah mengikuti pemahaman Ahlu Sunnah Manhaj Salaf dan kemudian justru berdiri paling depan membela dakwah ini?, waalahua'lam.
Allah Ta'ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah, pent.), musuh-musuh kalian senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai kalian. Maka wajib atas kalian untuk selalu waspada, hingga kalian bisa mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar.
Sumber Referensi almanhaj.or

NYARIS KETIPU 10 JUTA !!!


Oleh Siswo Kusyudhanto
Siang kemarin sedang sibuk mengirim pesanan buku teman-teman tiba-tiba telpon berdering, ada seseorang menelpon saya dan memperkenalkan diri sebagai Slamet teman saya dari Lampung, dia sangat sok akrab padahal saya masih bingung Slamet yang mana, kemudian dia mengatakan sedang ada usaha bisnis elektronik dengan seorang bos toko elektronik yang cukup besar dan meminta bantuan saya. Pertama saya menolak permintaan dia karena saya sudah lama tidak berbisnis elektronik, namun dia terus mendesak saya untuk membantu dia dengan iming-iming keuntungan puluhan juta rupiah, disini saya mulai tertarik dan mulai mendengar penuturannya dengan serius.
Dia mengatakan saya cukup bergaya seakan memiliki barang dari Badan Lelang Negara sebanyak 30 Handphone I Phone dan 30 Camera Cannon, kemudian menawarkan kepada seorang pengusaha bernama Asiong, hal ini biasanya dia lakukan sendiri namun karena harga sekarang naik dan dia tidak dapat melakukan tawar menawar secara langsung maka butuh bantuan saya untuk nego harga kepada pengusaha tersebut.
Kemudian ada seorang bernama Asiong menelpon saya menanyakan tentang barang yang saya miliki berdasarkan info dari Slamet, logatnya sangat kental Tionghoa, sangat menyakinkan sekali, kemudian saya jawab iya benar saya mengaku memiliki barang itu, kemudian terjadi tawar menawar, saya harus bolak balik menelpon Slamet dan Asiong secara bergantian, dan ujungnya antara saya dan Asiong deal harga sebesar 3,450,000 per unit untuk 30 Handphone I Phone dan 30 Camera Cannon. Namun dari total jumlah uang yang disampaikan Asiong yang menyebutkan bahwa total uangnya 107 juta membuat saya curiga, harusnya jumlahnya adalah 207 juta, masa pengusaha besar sampai salah hitung?, sangat serampangan untuk kelas pengusaha besar dengan nilai transaksi sampai ratusan juta rupiah, karena saya lama malang melintang di dunia bisnis elektronik, sudah 10 tahun lebih saya berada di bisnis ini dan hampir tidak saya jumpai pengusaha dalam bidang elektronik salah hitung dengan selisih sampai ratusan juta rupiah seperti itu, sungguh aneh.
Namun proses transaksi ini saya teruskan karena ingin tau ujungnya seperti apa, saya iyakan saja ketika dia mengatakan total uang 107 dan sudah ditransfer 50 juta ke rekening bendahara rumah lelang sisanya yang 50,7 juta akan di transfer ke rekening pribadi saya, akhirnya seperti disepakati anak buah Asiong meluncur ke rumah lelang Negara untuk mengambil barang yang dimaksud untuk bertemu dengan si Slamet,. Sampai sini harusnya sudah selesai akadnya, namun tak berapa lama si Slamet menelpon saya mengatakan bahwa uang muka yang di bayar Asiong ternyata kurang, harusnya 75 juta, sudah dikirim 50 juta dan sudah ditalangi 15 juta oleh si Slamet, jadi kurang 10 juta untuk menutup agar barang pesanan itu bisa keluar dari rumah lelang, saya katakan tidak memiliki uang sejumlah itu, namun dia selalu mendesak saya, bergantian dengan Asiong menelpon kok belum selesai transaksinya, mereka membuat agar saya panik dan mencari uang untuk menutup kekurangan itu, sampai disitu saja selanjutnya kedua nomer hp orang ini saya blokir.
Selamat tinggal para penipu.
Demikian rumitnya para penipu berusaha memperdaya saya, namun Alhamdulillah mungkin berkat Rahmat Allah Ta'ala, oleh Nya diperlihatkan celah sehingga saya tau niat jahat mereka dari kesalahan yang mereka buat sendiri, SubhanaAllah.
Pesan untuk teman-teman jangan lupa berdoa dan memohon kepada Allah Ta'ala agar dilindungi dari perbuatan jahat orang yang akan memperdaya kita, sebaik-baik pelindung kita adalah Allah Ta'ala.
Hikmahnya juga jangan mudah heran, jangan mudah panik dan jangan keburu nafsu, lihat baik-baik perkara yang kita hadapi dengan tenang kalau perlu minta pendapat orang lain, maklum para penipu selalu memanipulasi kepanikan dan keheranan kita agar usaha jahatnya berhasil.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ
“Berlindunglah kalian kepada Allah dari kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya qadha serta kesenangan musuh atas musibah yang menimpa kalian.” (HR. Bukhari: 6616)
Sumber Referensi "Doa Mohon Perlindungan dan Musibah", karya Agus Pramono di muslim.or

Wednesday, March 20, 2019

INI BUKAN PACARAN USTADZ, TAPI PAWAI TA'ARUF


Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada teman bertanya tentang proses ta'aruf melalui sosial media yang banyak dilakukan oleh muda-mudi yang beragama Islam yang makin marak akhir-akhir ini, saya katakan itu bukan ta'aruf sosmed sebenar nya, tapi yang benar adalah pacaran sosmed, mungkin dinamakan ta'aruf biar tidak kelihatan dosanya.
Jadi teringat ketika Ustadz Ali Ahmad membahas soal ini, ketika beliau bertanya kepada pasangan muda-mudi yang pacaran dilakukan disebuah pantai, dan mereka melakukan berpasang-pasangan, ada seorang pemuda menjawab, "ini bukan pacaran ustadz, tapi pawai ta'aruf", subhanaAllah.
Padahal ta'aruf yang benar bukan demikian, bukan berduaan dengan bukan mahramnya yang membuat pelakunya mendekati perbuatan zina, ta'aruf yang benar calon suami datang kerumah calon istri dan disaksikan keluarga dalam prosesnya, bukan berduaan ditempat-tempat umum seperti itu. Ini sejatinya pacaran dinamai ta'aruf.
Inilah salah satu jebakan setan agar seorang manusia terperosok kepada perbuatan maksiat yang diinginkan setan, mereka menamakan nama indah untuk sesuatu yang buruk seperti nama bunga untuk riba, pekerja sex komersial untuk pelacur, dan semacamnya.
Semoga selamat dari jebakan setan semacam ini, aamiin.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya. Tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS. An-Nuur [24]: 21).

RIBA SETARA 36 KALI ZINA !


Oleh Siswo Kusyudhanto
Jika seseorang ketahuan berbuat zina, maka namanya sangat buruk di masyarakat, menjadi contoh buruk bagi orang lain, namun banyak orang terang-terangan berbuat riba tetapi mereka tidak merasa hina sedikitpun, padahal dalam sebuah hadits Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam menyebutkan makan sedikit saja hasil riba ibarat setara dengan 36 kali berzina!, SubhanaAllah, artinya harusnya seseorang yang sudah berbuat riba jauh lebih hina dari seseorang yang berbuat zina, waalahua'lam.
Hal ini mungkin terjadi karena sangat sedikit sekali pendakwah menyampaikan kepada umat Islam betapa buruk dan hinanya riba dalam timbangan syariat Islam, dan juga minim sekali ilmu tentang muamalah/transaksi dikalangan Umat Islam.
Maka menjadi pekerjaan rumah bagi Umat Islam untuk terus menyebarkan ilmu Muamalah kepada masyarakat dan penguasa, juga menyampaikan tentang bahaya riba baik di kehidupan dunia apalagi akhirat kelak,
InsyaAllah.
Foto Baliho Dakwah di simpang jalan layang SKA Pekanbaru.

UJIAN PASTI DATANG, BERSIAPLAH


Oleh Siswo Kusyudhanto
Sejak kenal Dakwah Sunnah dan menjual buku via online jadi kenal banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia dan sebagian berada di luar negri, dan dari mereka banyak kisah yang dapat dijadikan pelajaran, hikmah untuk kita.
Pernah kenal seorang akhwat yang sudah berhijab dan bercadar, dia sedang berusaha menghilangkan tato di bagian tubuhnya dan meminta pertolongan saya untuk mencari obat penghilang tato, namun sampai saat ini belum menemukan obat yang tepat. Dia merasa sangat bersalah atas tato dibagian tubuhnya itu sejak kenal Dakwah Sunnah jadi tau terlarangnya tato pada tubuh manusia.
Pernah juga ada dimintai pendapat seseorang langkah apa yang dilakukan untuk membayar dosanya selama ini, yakni seorang ikhwan yang sudah taubat dari zina selama bertahun-tahun dan pernah membunuh bayi hasil zinanya dengan seorang wanita untuk menutupi perbuatannya itu.
Pernah juga berjumpa seorang bapak mantan manager sebuah bank nasional yang tengah berjuang keras dalam menjalankan usaha kecil-kecilan demi menutup kebutuhan keluarga selepas mengundurkan diri dari jabatan manager bank dengan gaji 35 juta sebulan.
Sejak kenal Dakwah Sunnah dia jadi tau haramnya pekerjaan yang ditekuninya selama ini sebagai manager bank dan saat ini dia berusaha mencari harta untuk keluarga dengan cara halal.
Pernah juga diminta pendapat seorang akhwat yang berhijab dan bercadar tentang langkah terbaik menjaga hubungan dengan keluarga setelah diusir dari rumahnya dan kampungnya karena dianggap mengikuti pemahaman sesat disebabkan sejak kenal Dakwah Sunnah dia tidak mau mengikuti lagi amalan-amalan bid'ah dan syirik yang marak di desanya.
Dan banyak kisah heroik dan haru biru dari teman-teman yang setelah hijrah kepada cara beragama yang benar seusai syariat Allah dan RasulNya, mereka mendapatkan cobaan berat dan harus mereka atasi untuk menyempurnakan agamanya.
Dalam sebuah kajian seorang ustadz menjelaskan bagaimana seorang yang beriman kepada Allah dan RasulNya mendapatkan ujian demi mempertahankan keimanannya. Beliau menyebutkan, orang beriman pasti diuji atas keimanannya, seperti kita ketahui para Nabi dan Rasul adalah puncak-puncak keimanan diantara keimanan yang ada dikalangan manusia, dan mereka mendapatkan ujian sangat berat dalam menjalani keimanannya itu, maka ketika kita diuji oleh Allah Ta'ala atas keimanan kita lihatlah kisah para Nabi dan Rasulm, apakah ujian kita lebih berat dari mereka?, pastilah ujian kita jauh lebih ringan dari mereka, karena level keimanan kita jauh dibawah mereka, tinggal sikap kita dalam menghadapinya, dan disanalah Allah Ta'ala akan mengetahui kadar keimanan kita, maka bersabar dalam menghadapi segala ujian adalah sikap terbaik, waalahua'lam.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu [Muhammad/47:31]
Dengan adanya ujian itu, akan tampak orang yang benar-benar beriman dengan yang tidak. Ini adalah rahmat dari Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami Telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? [al-‘Ankabût/29:2]