Tuesday, April 25, 2017

Kampung halaman kita bukan disini.


Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah bertanya kepada para jamaah, "adakah disini yang mau menjawab pertanyaan saya, pertanyaannya dimana kampung halaman anda?". Salah seorang jamaah mengangkat tanggan, namun ustadz tidak mempersilahkan menjawab malah menunjuk jamaah yang duduk diam, " pak yang dibelakang itu, kampung halamannya dimana? ", bapak itu menjawab, " Pariaman tadz", ustadz meneruskan pertanyaan kepada jamaah lainnya, "pak yang pakai baju hijau, kampung halamannya mana?", bapak itu menjawab, " kampung saya di Purwokerto tadz.", terus bapak yang pakai kopiah hitam, kampung halamannya mana pak?", pria itu memjawab, "kampung saya Cilacap". Lalu Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, " maaf jawaban antum salah semua, kampung halaman antum bukan didaerah-daerqh yang antum sebutkan, namun kampung halaman yang sebenarnya adalah akhirat, tempat asal bapak dan ibu kita semua yakni Nabi Adam dan Siti Hawa. Kelak kita semua akan kembali ke kampung halaman sebenarnya itu. Jika kita punya uang berlebihan mungkin kita akan bangun sebuah istana di kampung halaman tempat daerah kita berasal, namun mungkin kita tidak akan tinggal selamanya disitu, namun jika kita membangun istana di akherat maka kita akan tinggal selamanya disana, maka mulailah membangun istana di akhirat dengan cara amal ibadah kepada Allah Azza Wajalla selama didunia, waallahua'lam. "
Hari akhirat, hari setelah kematian yang wajib diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang beriman kepada Allah ta’ala dan kebenaran agama-Nya. Hari itulah hari pembalasan semua amal perbuatan manusia, hari perhitungan yang sempurna, hari ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia, hari yang pada waktu itu orang-orang yang melampaui batas akan berkata dengan penuh penyesalan.
يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
“Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (Qs. Al Fajr: 24)
Maka seharusnya setiap muslim yang mementingkan keselamatan dirinya benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal abadi ini. Karena pada hakikatnya, hari inilah masa depan dan hari esok manusia yang sesungguhnya, yang kedatangan hari tersebut sangat cepat seiring dengan cepat berlalunya usia manusia. Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Hasyr: 18)
Dalam menafsirkan ayat di atas Imam Qotadah berkata: “Senantiasa tuhanmu (Allah) mendekatkan (waktu terjadinya) hari kiamat, sampai-sampai Dia menjadikannya seperti besok.” (Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Ighaatsatul Lahfan (hal. 152 – Mawaaridul Amaan). Beliau (Abu Qatadah) adalah Qotadah bin Di’aamah As Saduusi Al Bashri (wafat setelah tahun 110 H), imam besar dari kalangan tabi’in yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (lihat kitab Taqriibut Tahdziib, hal. 409)
Referensi dr "perjalanan ke akhirat", dr Ustadz Abdullah Taslim di web muslim.or.id.co

No comments:

Post a Comment