Tuesday, April 11, 2017

Hidup sekali, kenapa digunakan mengikuti kebid'ahan?


Selalu heran dengan para pelaku bid'ah yang berusaha istiqomah salam kebid'ahan, padahal entah amalan siapa yang mereka ikuti, yang jelas amalan itu bukan berasal dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam ataupun para sahabat beliau.
Jadi ingat perkataan Ustadz Subhan Bawazier dalam sebuah kajian, beliau berkata, "umur ente itu singkat, jangan sia-siakan umur yang singkat itu untuk mengikuti sesuatu yang tidak jelas tujuannya. Karena umur kita singkat sebaiknya kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk kita gunakan meraih surga, dan jalan yang jelas menuju surga adalah jalan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam dan para sahabat nya, karena mereka adalah orang2 yang sudah jelas akan tinggal di surga. Ikuti amalan2 ahli surga, dan tinggalkan amalan orang2 yang belum jelas tempatnya dimana."
Allah berfirman:
“Artinya : Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Mahamendengar lagi Maha-mengetahui.” [Al-Baqarah: 137]

Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah (wafat tahun 751 H) berkata: “Pada ayat ini Allah menjadikan iman para Shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai timbangan (tolak ukur) untuk membedakan antara petunjuk dan kesesatan, antara kebenaran dan kebatilan. Apabila Ahlul Kitab beriman sebagaimana berimannya para Shahabat, maka sungguh mereka mendapat hidayah (petunjuk) yang mutlak dan sempurna. Jika mereka (Ahlul Kitab) berpaling (tidak beriman), sebagaimana imannya para Shahabat, maka mereka jatuh ke dalam perpecahan, perselisihan, dan kesesatan yang sangat jauh…”
Kemudian beliau rahimahullah melanjutkan: “Memohon hidayah dan iman adalah sebesar-besar kewajiban, menjauhkan perselisihan dan kesesatan adalah wajib. Jadi, mengikuti (manhaj) Shahabat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kewajiban yang paling wajib.”
“Artinya : Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” [Al-An’aam: 153]
Ayat ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa jalan itu hanya satu, sedangkan jalan selainnya adalah jalan orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan jalannya ahlul bid’ah.
Sumber referensi "iitiba kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam" karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or.id

No comments:

Post a Comment