Thursday, February 28, 2019

JANGAN SAMPAI KITA MASUK KEDALAM GOLONGAN YANG DIMAKSUD NABI MUHAMMAD SHALALALAHU ALAIHI WA SALLAM INI


Oleh Siswo Kusyudhanto
Jika ada seseorang melegalkan musik, menyerukan umat untuk berikhtilat(bercampur aduk antara lelaki dan perempuan) dalam satu mejelis, mengikuti kebiasaan orang-orang kafir nongkrong dan breakdance, maka pelajari dan renungkan hadist-hadist berikut ini, dan tanyakan kira-kira kita masuk yang dibagian mana?.
Jangan sampai kita termasuk yang melawan perkataan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam, aamiin.
----------------------
MUSIK HARAMNYA SETARA PERBUATAN DOSA LAINNYA
Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Ghanm al-Asy’ari, dia berkata, “Abu ‘Amir atau Abu Malik al-Asy’ari Radhiyallahu anhu telah menceritakan kepadaku, demi Allâh, dia tidak berdusta kepadaku, dia telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَـيَـكُوْنَـنَّ مِنْ أُمَّـتِـيْ أَقْوَامٌ يَـسْتَحِلُّوْنَ الْـحِرَ ، وَالْـحَرِيْرَ ، وَالْـخَمْرَ ، وَالْـمَعَازِفَ. وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَـى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوْحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَـهُمْ ، يَأْتِيْهِمْ –يَعْنِيْ الْفَقِيْرَ- لِـحَاجَةٍ فَيَـقُوْلُوْنَ : ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا ، فَـيُـبَـيِـّـتُـهُـمُ اللهُ وَيَـضَعُ الْعَلَمَ وَيَـمْسَـخُ آخَرِيْنَ قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ إِلَـى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
‘Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan ummatku sekelompok orang yang menghalalkan kemaluan (zina), sutera, khamr (minuman keras), dan alat-alat musik. Dan beberapa kelompok orang sungguh akan singgah di lereng sebuah gunung dengan binatang ternak mereka, lalu seseorang mendatangi mereka -yaitu orang fakir- untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami besok hari.’ Kemudian Allâh mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allâh mengubah sebagian dari mereka menjadi kera dan babi sampai hari Kiamat.’
TAKHRIJ HADITS:
Hadits ini diriwayatkan oleh:
1. al-Bukhâri secara mu’allaq[1] dengan lafazh jazm (pasti) dalam Shahîh-nya (no. 5590). Lihat Fat-hul Bâri (X/51),
2. Ibnu Hibbân (no. 6719-at-Ta’lîqâtul Hisân),
3. al-Baihaqi dalam Sunan-nya (X/221),
4. Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 4039).
-------------------------------------
LARANGAN MENYERUPAI KAUM KAFIRIN
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (HR. Bukhari no. 7319)
-----------------------------------
LARANGAN BERCAMPUR ADUKNYA LELAKI DAN PEREMPUAN
Abu Dawud di dalam Sunan, dan Bukhari di dalam Al-Kuna, dengan sanad keduanya dari Hamzah bin Abi Usaid Al-Anshari, dari bapaknya Radhiyallahu ‘anhu :
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَهُوَ خَارِجٌ مِنَ الْمَسْجِدِ فَاخْتَلَطَ الرِّجَالُ مَعَ النِّسَاءِ فِي الطَّرِيقِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلنِّسَاءِ اسْتَأْخِرْنَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ أَنْ تَحْقُقْنَ الطَّرِيقَ عَلَيْكُنَّ بِحَافَّاتِ الطَّرِيقِ فَكَانَتِ الْمَرْأَةُ تَلْتَصِقُ بِالْجِدَارِ حَتَّى إِنَّ ثَوْبَهَا لَيَتَعَلَّقُ بِالْجِدَارِ مِنْ لُصُوقِهَا بِهِ
“Bahwa dia mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di saat beliau keluar dari masjid, sedangkan orang-orang laki-laki ikhthilath (bercampur-baur) dengan para wanita di jalan, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para wanita: “Minggirlah kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berhak berjalan di tengah jalan, kamu wajib berjalan di pinggir jalan.” Maka para wanita merapat di tembok/dinding sampai bajunya terkait di tembok/dinding karena rapatnya”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melarang para wanita ikhthilath di jalan karena hal itu akan menyeret kepada fitnah (kemaksiatan; kesesatan), maka bagaimana dikatakan boleh ikhthilath pada selain itu. [Fatawa Al-Mar’ah Al-Muslimah, tartib: Abu Muahmmad Asyraf bin Abdul Maqshud, II/561, hal: 568, Maktabah Adh-waus Salaf, Cet:I, Th: 1419 H].
Sumber Referensi almanhaj.or/rumoysho./muslim.or

GILIRAN URUSAN AGAMA KENAPA PAKAI AKAL ?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Ali Ahmad ditanya salah seorang jamaah mengenai apakah perlu belajar filsafat Islam, beliau menjawab, " belajar yang benar, nanti kita akan tau yang tidak benar dengan sendirinya, sejatinya filsafat adalah pengagungan terhadap akal manusia, padahal yang diperlukan dalam beragama adalah keyakinan."
Beliau mencontohkan, suatu hari misal mobil kita rusak dan kita tidak mengetahui apa masalahnya, kemudian kita memanggil teknisi untuk memperbaiki, ketika teknisi sampai ke tempat kita kemudian kita berlagak sok pintar mengatakan karena ini dan itu mobil rusak dan mungkin perlu diperbaiki ini dan itu, tentu teknisi itu akan sedikit tersinggung, lalu berkata, " ya udah kalau bapak lebih tau mobil bagusnya bapak yang perbaiki saja", mendengar perkataan seperti itu tentu kita menyerah, kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada terknisi tersebut.
Ketika kita menyerahkan mobil pada teknisi sepenuhnya menunjukkan bahwa disini diperlukan keyakinan kita , bukan akal kita, karena kita yakin teknisi tersebut lebih memiliki kemampuan memperbaiki mobil kita.
Jika dalam urusan dunia saja kita perlu keyakinan sepenuhnya, apalagi soal agama?, dalam agama tentu lebih perlu keyakinan penuh bahwa apa yang disampaikan Allah dan RasulNya pasti benar, sehingga apa yang dilarang oleh Allah dan RasulNya akan berusaha kita tinggalkan, dan yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya kita berusaha kerjakan, karena kita yakin hanya demikian kita akan selamat di dunia dan akhirat.
waallahua'lam.
Allah Ta’ala berfirman.
وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا
“Dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya”. [Al-Mudatstsir/74 : 31]
وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَٰذِهِ إِيمَانًا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ ﴿١٢٤﴾ وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ
“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka diantara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata :’Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini ?’. Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir”. [At-Taubah/9 : 124-125]
Sumber Referensi "Iman menurut Ahlu Sunnah wal jamaah", karya Syaikh Shalih Ustaimin di almanhaj.or

SALAH SATU SYUBHAT TENTANG ISBAL


Oleh Siswo Kusyudhanto
Syubhat isbal dengan kesombongan adalah terlarang, jika tidak sombong tidak apa-apa isbal, saya pernah titip pertanyaan ke jamaah kajian ustadz hadist terkenal sampai sekarang belum juga terjawab meskipun sudah setahun lebih, pertanyaan saya, "dari mana kita tau sombong atau tidak?, Karena penilai kita sombong atau tidak hanya Allah Ta'ala saja yang tau", kalau disuruh menilai diri sendiri maka Firaun juga tidak pernah merasa dirinya sombong, padahal jelas dia dilaknat Allah Ta'ala karena sombong, semoga paham, waalahua'lam.
Dari Abu Dzar bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ قَالَ: فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاَثَ مِرَارًا. قَالَ أَبُو ذَرٍّ: خَابُوا وَخَسِرُوا، مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الْمُسْبِلُ، وَالْمَنَّانُ، وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ
“Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan bagi mereka adzab yang pedih. Rasulullah menyebutkan tiga golongan tersebut berulang-ulang sebanyak tiga kali, Abu Dzar berkata : “Merugilah mereka! Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab : “Orang yang suka memanjangkan pakaiannya, yang suka mengungkit-ungkit pemberian dan orang yang melariskan dagangannya dengan sumpah palsu.” [Hadits Riwayat Muslim 106, Abu Dawud 4087, Nasa’i 4455, Darimi 2608. Lihat
Irwa’: 900]
Sumber Referensi, "Larangan melabuhkan pakaian hingga menutup mata kaki", karya Ustadz Abu Abdillah Ibnu Luqman di web Muslim.or.id

BURUKNYA PERBUATAN SYIRIK




Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian beberapa waktu yang lalu seorang ustadz membahas pentingnya mempelajari Tauhid, beliau menyebutkan tauihid ibarat pondasi dari sebuah rumah bagi amalan, jadi jika sebuah amalan sangat bagus, baik shalatnya, puasanya, sedekahnya, hajinya dan seterusnya, namun dalam Tauhid penuh dengan kekotoran, dia juga memakai jimat, dia menyembelih hewan untuk dipersembahkan bagi jin dan iblis ketika membangun rumah dan bangunan lainnya, dia juga berharap berkah ke makam-makam orang yang dianggap suci dan perbuatan syirik lainnya.
Itu ibaratnya seseorang membangun rumah yang sangat mewah dan megah namun dia bangun diatas sebuah pondasi yang tipis dan bahan yang kurang kuat untuk menopang bangunan diatasnya, akibatnya dalam waktu yang tidak lama bangunan yang indah itu akan roboh menjadi puing-puing yang tidak berguna sama sekali, sia-sia belaka saja rumah yang megah dan mewah itu.
Bahaya syirik dapat kita lihat dalam kisah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam berikut ini, ada seseorang masuk neraka gara-gara seekor lalat saja, semoga kisah ini menjadi pelajaran dan peringatan bagi kita betapa bahayanya kesyirikan bagi keselamatan kita terutama bagi akhirat kita, waallahua'lam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ , ﻭَﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ : ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﺫَﻟِﻚَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺮَّ ﺭَﺟُﻼَﻥِ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﻡٍ ﻟَﻬُﻢْ ﺻَﻨَﻢٌ ﻻَ ﻳَﺠُﻮْﺯُﻩُ ﺃَﺣَﺪٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘَﺮِّﺏَ ﻟَﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ، ﻓَﻘَﺎﻟُﻮْﺍ ﻷَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻗَﺎﻝَ : ﻟَﻴْﺲَ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﺷَﻲْﺀٌ ﺃُﻗَﺮِّﺏُ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟَﻪُ : ﻗَﺮِّﺏْ ﻭَﻟَﻮْ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ، ﻓَﻘَﺮَّﺏَ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ ﻓَﺨَﻠُّﻮْﺍ ﺳَﺒِﻴْﻠَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ، ﻭَﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟِﻶﺧَﺮِ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺖُ ﻷُﻗَﺮِّﺏَ ﻷﺣَﺪٍ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺩُﻭْﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻀَﺮَﺑُﻮْﺍ ﻋُﻨُﻘَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ
“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat dan ada yang masuk neraka karena seekor lalat pula.”
Para sahabat bertanya: “Bagaimana itu bisa terjadi ya Rasulullah?
Rasul menjawab: “Ada dua orang berjalan melewati sebuah kaum yang memiliki berhala, yang mana tidak boleh seorangpun melewatinya kecuali dengan mempersembahkan sesuatu untuknya terlebih dahulu, maka mereka berkata kepada salah satu di antara kedua orang tadi: “Persembahkanlah sesuatu untuknya!” Ia menjawab: “Saya tidak mempunyai apapun yang akan saya persembahkan”, mereka berkata lagi: “Persembahkan untuknya walaupun seekor lalat!” Maka iapun mempersembahkan untuknya seekor lalat, maka mereka membiarkan ia untuk meneruskan perjalanannya, dan iapun masuk ke dalam neraka. Kemudian mereka berkata lagi kepada seseorang yang lain: “Persembahkalah untuknya sesuatu!” Ia menjawab: “Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun untuk selain Allah, maka merekapun memenggal lehernya, dan iapun masuk ke dalam surga” (HR. Ahmad).
Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an yang mulia:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (Qs. Az Zumar: 65).
Sumber Referensi,
1. " Masuk Surga dan Neraka karena seekor lalat", Karya Dr. Raehanul Bahraen di web muslim.or
2. " Syirik penghapus amal-amal shalih", karya Yulian Purnama di web muslim.or

WASPADAI SIKAP BERLEBIHAN KEPADA CAPRES


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kalau lihat tensi politik mendekati pemilihan presiden saat ini sungguh bikin kita miris, banyak perkataan yang sejatinya bermuatan kesyirikan seperti, " Untung ada Pak Joko, jadi mudah akses jalan, kalau gak ada Pak Joko mungkin hidup kita susah", atau, " Kalau Pak Bowo gak jadi presiden Indonesia akan hancur, rakyat Indonesia akan miskin", dan banyak perkataan sejenis yang menunjukkan yang menyampaikan terjebak dalam sikap yang berlebihan kepada salah satu capres, sampai mereka meninggalkan kaidah dalam bertauhid, waalahua'lam.
Padahal yang mampu mendatangkan mashlahat dan mudharat hanya Allah Ta'ala saja, tidak ada zat yang mampu mendatangkan keduanya dalam kehidupan manusia selain Allah Ta'ala, waalahua'lam.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Thaghut adalah segala sesuatu yang menyebabkan seorang hamba melampaui batas, berupa sesembahan, sosok yang diikuti ataupun ditaati. Sehingga thaghut dari setiap kaum adalah orang yang menjadi patokan hukum bagi mereka selain Allah dan Rasul-Nya. Atau mereka beribadah kepada-Nya, selain beribadah kepada Allah. Atau mereka mengikutinya tanpa berdasarkan bashirah/ilmu dari Allah. Atau mereka taat kepadanya dalam urusan yang tidak mereka ketahui apakah hal itu termasuk bagian ketaatan kepada Allah. Inilah thaghut yang ada di alam semesta. Apabila kamu memperhatikannya dan mencermati kondisi manusia -dalam berinteraksi- bersama mereka (thaghut, pent), niscaya kamu akan melihat bahwa kebanyakan orang telah berpaling dari ibadah kepada Allah menuju ibadah kepada thaghut. Berpaling dari taat dan mengikuti Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju taat dan mengikuti thaghut.” (lihat Taisir al-‘Aziz al-Hamid, hal. 142)
Secara bahasa, kata thagut diambil dari kata (طَغَى) yang artinya melampaui batas. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّا لَمـَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ
“Sesungguhnya ketika air melampaui batas, Kami bawa kalian di perahu.” (QS. Al-Haqqah:11)
Allah Ta'ala berfirman :
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ}
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut ” (QS. An Nahl:36)
Sumber Referensi, "Siapakah Thogut?", Karya Dr.Andika Minaoki di web Muslim.or

Monday, February 25, 2019

SIKAP JAHILIYAH YANG TERTINGGAL HINGGA SEKARANG




Jika ada sekelompok orang melakukan amalan yang tidak ada dasarnya dari Al-Qur'an dan Hadist kemudian kita ingatkan, selalu nenek moyang menjadi dalih, dengan mengatakan "ini sudah adatnya sejak dulu", atau, "ini sudah jadi kebiasaan sejak nenek moyang kita", sesungguhnya sikap ini adalah sikap kaum jahiliyah yang masih tertinggal hingga sekarang, mungkin mereka sulit move on dari adat istiadat dan kebiasaan nenek moyangnya padahal jelas dia tau itu tidak ada perintahnya sama sekali dari Allah dan RasulNya, waallahua'lam.
Allah berfirman,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُونَ
“Dan jika dikatakan kepada mereka, marilah kalian kepada apa yang Allah turunkan kepada Rasul, niscaya mereka berkata, cukuplah bagi kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami berada padanya. Apakah (mereka tetap bersikap demikian) meskipun bapak-bapak mereka tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. Al-Maidah: 104).
Dalam menjelaskan ayat ini, Ibnu Katsir berkata, “Jika mereka diajak kepada agama dan syariat Allah, kepada hal-hal yang Allah wajibkan dan meninggalkan hal-hal yang Allah haramkan, mereka berkata, cukup bagi kami jalan-jalan yang ditempuh oleh nenek moyang kami. Allah berfirman, ‘Apakah (mereka tetap bersikap demikian) meskipun bapak-bapak mereka tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk?’ Yakni, mereka tidak mengetahui, memahami dan mengikuti kebenaran. Lalu kenapa mereka tetap mengikutinya padahal demikian keadaannya?! Tidak ada yang mengikuti mereka melainkan orang yang lebih bodoh dari mereka dan lebih sesat jalannya
(Tafsir al-Qur’anil ‘Azhim (2/108, 109).)
Sumber Referensi "Penghalang Ittiba’ (3) : Mendahulukan Pendapat Nenek Moyang Dan Para Tokoh Di Atas Dalil", karya Ustadz Kholid Syamhudi di muslim.or

Belajar baca Al-Qur'an jarak jauh?, why Not ?




Oleh Siswo Kusyudhanto
Alhamdulillah, beberapa saat yang lalu baru dikasih kabar teman di Ohio Amerika Serikat tentang pelajaran pertama membaca Al-Qur'an anaknya yang di lakukan secara streaming dengan Pak Syaiful di Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru, jadi ikut senang mendengarnya, proses belajar mengajar jarak jauh ini berlangsung lancar, dan semoga berlanjut hingga anak teman itu benar-benar pandai membaca Al-Qur'an, aamiin.
Awal mula kegiatan ini berlangsung beberapa waktu yang lalu teman ini m nyampaikan kesulitan mendapatkan guru ngaji di Amerika, maklum Muslim disana sudah jumlahnya minoritas, juga yang benar-benar berilmu cukup untuk sampai level mengajar sangat sedikit, jikapun ada tempat tinggalnya berjauhan, bisa beda kota bahkan beda negara bagian.
Ketika teman ini bertanya apakah bisa dilakukan dengan cara jarak jauh tiba-tiba jadi semangat mewujudkannya, lalu saya sibuk bertanya kepada para ikhwan di Pekanbaru, siapa yang bisa ngajar ngaji dengan pengantar bahasa Inggris, setelah beberapa hari mencari kabar ini terdengar oleh pihak pengurus Masjid Raudhatul Jannah, dan langsung ditanggapi positif oleh Pak Syaiful, yang kebetulan beliau punya kemampuan bahasa Inggris cukup lumayan.
Ketika saya menyampaikan rencana saya beliau sangat semangat, maklum mungkin baru kali ini beliau ngajar secara streaming, dan tentu secara teknis bukan perkara mudah karena perbedaan waktu Indonesia dan Amerika sekitar 12 jam, artinya kalau kita mulai bangun pagi dan beraktivitas disiang hari sementara di Amerika mereka baru akan beranjak tidur malam, dan sebaliknya jika kita akan beranjak tidur mereka di Amerika sedang memulai harinya untuk beraktivitas.
Namun Alhamdulillah kendala tersebut dapat diatasi dengan menyesuaikan masing-masing keadaan.
Jika ini sudah berjalan lancar impian saya bikin kelas membaca Al-Qur'an jarak jauh dengan peserta teman-teman Indonesia yang tengah bekerja diberbagai negara seperti Taiwan, Hongkong, Korea, Singapura, Malaysia dan seterusnya, InsyaAllah lebih mudah karena perbedaan waktu tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Dan mungkin bisa dilakukan secara masal, bukan perorangan, semoga Allah Azza wa Jalla mudahkan usaha dakwah ini, aamiin.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk peringatan atau pelajaran, maka adakah orang yang (mau) mengambil pelajaran? [Al-Qamar/54:17]

YANG BERAT ITU IKHLAS


Oleh Siswo Kusyudhanto
Seorang Ustadz dalam sebuah kajian mengisahkan kejadian di daerahnya, suatu ketika ada rapat pengurus masjid, kemudian entah apa yang terjadi kemudian ada perdebatan masing-masing orang merasa paling berperan dalam pembangunan masjid dan memakmurkannya sampai keluar perkataan seseorang, " coba lihat di papan sedekah itu, yang nilainya 5 juta tertulis dipapan sedekah di dinding dengan hamba Allah adalah saya", langsung orang-orang pada kaget dan terdiam, akhirnya setelah melalui perbincangan lama debat itu mereda, namun penyebutan sedekah itu tentu masih diingat orang bahwa yang tertulis sebagai hamba Allah di papan daftar sedekah sejumlah itu adalah si fulan, ini bukti nyata mudah sekali seseorang terjerumus dalam perbuatan riya', dan karena riya' itu resiko pahala sedekahnya lenyap karenanya, subhanaAllah.
Dalam kajian lain seorang ustadz menyebutkan perkara ikhlas adalah perkara paling berat dalam agama ini, bukan saja bagi kita yang awam, sekelas Imam Ahmad atau ulama kibar(besar) merasakan betapa ikhlas bukan perkara mudah, padahal mereka orang-orang yang ilmu dan amalannya cenderung sejalan, maka kalau ada seseorang awam sudah merasa dirinya ikhlas sejatinya dia mungkin masih jauh dari ikhlas yang dimaksud dalam agama, waalahua'lam.
Al ‘Izz bin Abdis Salam berkata : “Ikhlas ialah, seorang mukallaf melaksanakan ketaatan semata-mata karena Allah. Dia tidak berharap pengagungan dan penghormatan manusia, dan tidak pula berharap manfaat dan menolak bahaya”.
Al Harawi mengatakan : “Ikhlas ialah, membersihkan amal dari setiap noda.” Yang lain berkata : “Seorang yang ikhlas ialah, seorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka memperbaiki hatinya di hadapan Allah, dan tidak suka seandainya manusia sampai memperhatikan amalnya, meskipun hanya seberat biji sawi”.
Abu ‘Utsman berkata : “Ikhlas ialah, melupakan pandangan makhluk, dengan selalu melihat kepada Khaliq (Allah)”.
Abu Hudzaifah Al Mar’asyi berkata : “Ikhlas ialah, kesesuaian perbuatan seorang hamba antara lahir dan batin”.
Abu ‘Ali Fudhail bin ‘Iyadh berkata : “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’. Dan beramal karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas ialah, apabila Allah menyelamatkan kamu dari keduanya”
Allah Ta'ala dalam firmanNya:
وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah dia mengerjakan amal shalih dan janganlah dia mempersekutukan seorangpun dengan Rabb- nya. [Al Kahfi : 110].
Sumber Referensi : "PENGERTIAN IKHLAS"Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, di web almanhaj.or

BEGINILAH DAKWAH INI BEKERJA


Oleh Siswo Kusyudhanto
Salah satu tips yang efektif dalam menyebarkan Dakwah Sunnah dikalangan masyarakat awam adalah bersikap ramah kepada mereka yang belum mengenal Dakwah Sunnah, seperti yang sering dihimbau oleh pengurus Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru. Pengurus masjid ini sering menyampaikan kepada jama'ah agar tidak menyikapi yang awam dengan pandangan asing atau tidak berkata keras kepada yang awam.
Ada kisah menarik yang dituturkan salah satu pengurus, suatu hari datang seorang bapak pensiunan Caltex, sebuah perusahaan asing dalam bidang perminyakan yang berinvestasi di Riau. Bapak ini nampak dulunya mungkin duduk dijajaran direksi terlihat dari penampilan dan mobilnya yang termasuk mahal, diatas rata-rata, beliau datang karena ingin mendaftar kelas tahsin, kelas bacaan Al-Qur'an yang rutin diadakan di Masjid Raudhatul Jannah, bapak ini penampilannya masih menggunakan celana yang isbal, tidak jenggotan dan bajunya bukan baju gamis, terlihat beliau mungkin masih awam kepada Dakwah Sunnah, namun pengurus menerima beliau dengan ramah tamah sekalipun menyinggung penampilan beliau yang masih melanggar syariat.
Dan beliau diterima sebagai salah satu peserta kelas tahsin, tak lama seiring waktu bapak itu mengikuti kajian yang diadakan oleh para ustadz, selang beberapa Minggu kemudian pengurus masjid menjumpai bapak itu sudah berpenampilan seperti jama'ah lainnya, celananya tidak isbal dan mulai memelihara jenggot, MasyaAllah.
Ini bukti nyata bahwa kadang kita perlu memaklumi orang yang masih awam, juga memahami bahwa mereka perlu proses untuk berubah, sebagaimana kita dulu juga perlu proses menemukan pemahaman yang benar dalam agama. InsyaAllah.
Ketika Masjid Abu Darda pertama dibuka untuk Shalat terawih beberapa tahun yang lalu, sempat memunculkan kekuatiran dari teman-teman di Masjid Raudhatul Jannah jama'ah terawih di masjid ini akan menyusut, sebagian jama'ah akan pindah ke Masjid Abu Darda, maklum Masjid Abu Darda punya kapasitas juga ribuan orang, namun kekuatiran itu tidak terbukti, ketika shalat terawih digelar ternyata kedua masjid ini yakni Masjid Raudhatul Jannah dan Masjid Abu Darda sama-sama sesak oleh jama'ah terawih, hal ini menunjukkan bahwa jama'ah kajian Sunnah di Pekanbaru berkembang pesat melebihi perkiraan para penggiat dakwah, Alhamdulillah,. Semua berkat kemudahan yang diberikan oleh Allah Ta'ala, juga mungkin dengan menerapkan tips dakwah yang santun, menerima mereka yang awam dengan ramah, waalahua'lam.
Allah ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
? “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi berhati keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” [Ali Imron: 159]
Foto jama'ah terawih di Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru

Friday, February 22, 2019

JAUHI KEBIASAAN BERHUTANG



Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada teman mengeluh tentang uangnya yang ada di tangan orang lain, alias dia punya piutang namun tidak juga dibayar sampai berbulan-bulan, jauh melewati waktu yang dijanjikan sebelumnya. Orang yang punya hutang kepadanya setiap ditagih selalu bilang "Afwan akhi, qodarulloh belum ada uang", tentu bikin teman kesel karena ketika meminjam dulu menggunakan alasan ini dan itu namun ketika ditagih susahnya minta ampun.
Benar perkataan seorang ustadz dalam sebuah kajian, meskipun berhutang dihalalkan secara syariat namun sebaiknya seorang Muslim tidak membiasakan dirinya berhutang, karena dengan berhutang cenderung mendatangkan sifat-sifat buruk kepada pelakunya, seperti suka berdusta, semisal dia sebenarnya punya uang untuk membayar hutangnya, namun dia merasa sayang uang yang dimilikinya digunakan untuk melunasi hutangnya sehingga mudah bagi dia lidahnya berdusta dengan mengatakan belum ada uang, atau menyebutkan alasan-alasan lain untuk menghindari kewajibannya.
Atau juga menjadikan seseorang yang suka berhutang menjadikan dirinya tidak amanah atau ingkar atas kesepakatan yang pernah dibuatnya sendiri dengan lidahnya, seperti menjanjikan akan dibayar dalam waktu tertentu namun dibuatnya mundur sampai jauh dari waktu yang disepakati.
Maka jauhi sifat suka berhutang agar terhindar dari sifat-sifat yang buruk yang dilarang oleh Allah dan RasulNya.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallaahu ‘anhaa, bahwasanya dia mengabarkan, “Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di shalatnya:
( اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ, اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ)
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dari fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari hal-hal yang menyebabkan dosa dan dari berhutang“
Berkatalah seseorang kepada beliau:
( مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ مِنَ الْمَغْرَمِ؟ )
“Betapa sering engkau berlindung dari hutang?”
Beliau pun menjawab:
( إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ, حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ. )
“Sesungguhnya seseorang yang (biasa) berhutang, jika dia berbicara maka dia berdusta, jika dia berjanji maka dia mengingkarinya” (HR Al-Bukhaari no. 832 dan Muslim no. 1325/589)
Sumber Referensi "Bahaya Kebiasaan Berhutang", karya Ustadz Sa'id Ya'i Ardiansyah LC.MA. di Muslim.or

Masjid Taman-taman Surga


Masjid yang penuh ilmu syar'i, setiap hari ratusan orang hadir di masjid ini untuk belajar ilmu agama , Masjid Raudhatul Jannah(Taman-taman Surga), masjid yang selalu saya rindukan jika pergi jauh dari Pekanbaru.
Disini selalu ada kajian setiap hari, mulai kajian tafsir, shirah, kelas bacaan Al-Qur'an bagi pria dan wanita, sampai anak-anak, dan tema kajian kitab, full kajian dan kegiatan belajar mengajar.
Semoga Masjid ini diberkahi selalu oleh Allah Azza wa Jalla, aamiin.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ ﴿٣٦﴾ رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ ﴿٣٧﴾ لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Bertasbih kepada Allâh di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allâh, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allâh memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allâh menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allâh memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. [An-Nûr/24:36-38]

BELAJAR IKHLAS


Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada banyak kisah menarik dari proses pembangunan Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru, masjid senilai 16 Miliar ini murni dibangun atas dana yang dikumpulkan dari jama'ah Kajian Sunnah, jadi tidak benar tentang berita yang menyebutkan bahwa masjid ini dibangun atas bantuan Pemerintah Arab Saudi yang banyak dihembuskan ditengah masyarakat oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Salah satu kisah menarik tentang penggalangan dana untuk pembangunan Masjid Raudhatul Jannah, suatu hari pengurus masjid menerima telepon dari seseorang, didalam telponnya dia memberitahu kepada pengurus bahwa dia menyumbang sejumlah uang, dan uang itu dibungkus dalam sebuah kantong plastik, dan dia taruh disalah satu sudut bangunan Masjid Raudhatul Jannah, berdasarkan informasi dari telpon itu pengurus menuju tempat yang dimaksud penelepon, dan benar ditemukan sebuah bungkusan kantong plastik yang dimaksud penelepon yang tidak mau menyebutkan namanya. Setelah diambil dan dibuka ternyata didalamnya ada uang sejumlah 40 juta rupiah, MasyaAllah.
Kisah lainnya, suatu hari seorang pengurus datang ke kantor Masjid Raudhatul Jannah seperti hari-hari yang lain, ketika membuka pintu kantor nampak di depan pintu ada bungkusan kantong plastik, ketika dibuka ternyata didalamnya ada sejumlah uang baru dan setelah dihitung jumlahnya bikin kaget pengurus, nilainya 70 juta!!!, MasyaAllah.
Semoga kisah-kisah ini menjadi inspirasi bagi kita untuk beramal didasarkan kepada hati yang ikhlas, hanya mengharapkan Ridho Allah Azza wa Jalla semata, aamiin.
Allah Ta'ala berfirman :
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (٦٠)
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (Al Mukminun: 60).

JAMA'AH NGEYEL


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah sesi tanya jawab seorang jama'ah bertanya kepada ustadz pemateri kajian, " Ustadz soal poligami hukumnya apa?, kalau itu hukumnya Sunnah artinya semua lelaki boleh mengamalkan ini atau bagaimana?".
Ustadz menjawab, " Hukumnya memang sunnah, jika merasa mampu dan merasa jika melakukan itu kemudian membuat kita bahagia , juga setelah melalui banyak pertimbangan jika dilakukan mendatangkan mashlahat yang lebih besar maka lakukan.
Namun jika kemudian antum lakukan itu justru mendatangkan mudharat dikemudian hari maka jangan berani-berani melakukannya.
Yang tau dan mengerti ukuran baju antum tentu antum sendiri, bukan orang lain. Namun jangan sudah jelas ukuran baju itu tidak sesuai dengan diri antum terus kemudian masih juga memaksakan diri maka tentu itu namanya kebodohan."
Tapi jama'ah yang bertanya merasa tidak puas dengan jawaban ustadz, dia balik bertanya lagi,, " maaf ustadz kata ustadz jika kita merasa melakukan itu kemudian hari kita bahagia maka lakukan, masalahnya kalau kita tidak lakukan hal ini kapan kita tau poligami membuat kita bahagia atau tidak ?'.
Ustadz geleng-geleng kepala," Antum itu yaa soal yang enak-enak dari syariat selalu memaksakan diri. Giliran yang gak enak dari syariat justru ditinggalkan dan tidak memaksakan diri melakukannya"
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)

ISLAM INI AGAMA ILMIAH !


Oleh Siswo Kusyudhanto.
Kemarin dishare teman sebuah video ada orang yang katanya Wahabi terdiam mendengar penjelasan seorang ulama katanya menjelaskan bahwa tahlil kematian bukanlah bid'ah. Saya cuma comment, " ini namanya sinetron, bukan diskusi ilmiah".
Jadi teringat beberapa tahun yang lalu ketika masih awam pada Kajian Sunnah, saya bertanya soal tahlil kematian kepada seorang kyai, saya menanyakan apakah benar amalan tahlil kematian masuk Bid'ah, beliau menjawab "ini bukan bid'ah yang terlarang", lalu saya tanya lagi, " kalau bukan bid'ah berarti Sunnah dong pak kyai?", Pak kyai menjawab, " ini bid'ah Hasanah, menurut Imam Syafi'i ada bid'ah Hasanah dan Bid'ah Dholallah", lalu saya kejar lagi, " Apakah Imam Syafi'i pernah amalkan amalan Tahlil kematian ini pak kyai?, Jika ada mohon rujukan kitabnya", Nampak dia mulai gelisah, lalu menjawab, " gak pernah", pertanyaan saya makin tajam akhirnya pak kyai terdiam, dan ujungnya dia bilang saya "Wahabi", SubhanaAllah, logika sederhana saja jika amalan tahlil kematian ini masuk Bid'ah Hasanah dan juga mengikuti Imam Syafi'i artinya minimal beliau paling tidak mengamalkan amalan ini, namun faktanya Imam Syafi'i tak sekalipun pernah mengamalkan amalan ini meskipun dijaman beliau juga banyak orang mati.
Demikian juga dengan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam, para sahabat, Tabi'in dan Tabi'ut, sampai para ulama imam Mazhab tak sekalipun mereka menyelenggarakan tahlil kematian, padahal dijaman mereka ada ribuan orang mati karena perang dan sakit, lalu kenapa kita duluan yang amalkan?.
Lalu dari mana datangnya amalan ini?, Jawaban entah berantah, lalu kenapa diamalkan jika gelap asalnya?.
Makin lama saya mendengar kajian para ustadz dan Syaikh makin paham bahwa sejatinya Islam ini agama yang sangat ilmiah, dapat dirunut dari mana datangnya sebuah hadist, fatwa, amalan, dan seterusnya, semua tercatat dalam ribuan kitab para ulama.
Dari sana kita akan mengetahui mana Tauhid dan mana Syirik, mana Sunnah dan mana Bid'ah, mana muamalah Halal dan mana Muamalah Ribawi dan seterusnya.
Semua sudah terang dalam Islam namun syahwat dan syubhat manusia saja yang membuat agama Ini seakan datang dalam keadaan remang-remang, perlu ditambah dan dikurangi, di modifikasi agar sesuai keinginan manusia, namun sejatinya malah merusak fitrah manusia itu sendiri, waalahua'lam.
Seperti beberapa waktu yang lalu saya kasihan melihat seorang teman yang mengadakan Tahlil kematian orang tua nya sampai berhutang jutaan rupiah kepada rentenir, sementara kerjanya serabutan, maklum didesa ya kalau Tahlil kematian butuh biaya besar karena harus menyembelih kambing, masih harus menyediakan makanan, rokok, kue, minuman untuk jamaah yang datang selama beberapa hari, sedihnya sudah terancam fitnah dosa bid'ah masih ditambah lagi fitnah dosa dari riba, SubhanaAllah.
Namun ketika saya ingatkan dia untuk meninggalkan amalan ini, bukannya terima kasih sudah menasehatinya malah menuduh saya suka mengkafirkan, SubhanaAllah. Padahal saya menasehati dia karena prihatin atas keadaannya.
Sesungguhnya Sunnah sangat sederhana, murah dan sesuai fitrah manusia juga berpahala, sementara Bid'ah sebaliknya, waalahua'lam.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]

Monday, February 18, 2019

DAKWAH SUNNAH ADALAH AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR


Oleh Siswo Kusyudhanto
Di inbox saya ada seseorang berpesan agar saya tidak memposting tentang perkara larangan bid'ah dengan alasan karena itu memecah belah umat. SubhanAllah, jadi ingat perkataan seorang ustadz dalam sebuah kajian, kata beliau,
"Dakwah sunnah itu amar ma'ruf nahi munkar, mengajak manusia kepada kebaikan dan mengajak manusia meninggalkan kejahatan. Kalau dakwah hanya mengajak kebaikan dan meninggalkan ajakan meninggalkan kejahatan, maka itu bukan dakwah sunnah.
Coba lihat Alquran didalamnya menceritakan bagaimana Nabi Musa Alaihi wa sallam, didalamnya sekaligus Alquran menceritakan juga kejahatan Firauan.
Secara garis besar Alquran menceritakan mana kebaikan dan mana kejahatan.
Maka mustahil jika dakwah hanya menyampaikan agungnya aqidah tauhid juga indahnya Sunnah dan meninggalkan cerita keburukan dan hinanya bid'ah juga syirik.
Mustahil jika dakwah menyampaikan dakwah mana kebaikan dan meninggalkan dakwah menunjukkan mana keburukan kepada umat manusia.
Jika kita beriman kepada Allah dan perkataan RasulNya maka kewajiban kita menyampaikan mana yang amar ma'ruf dan juga menyampaikan mana nahi munkar Waalahua'lam."
Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” [Ali Imrân/3:104]
Kesimpulannya dakwah sunnah menyampaikan ajakan kebaikan dan ajakan meninggalkan keburukan, kalau hanya mengajak kebaikan tampa menyampaikan mana keburukan seperti bid'ah dan syirik, itu namanya bukan dakwah sunnah, tapi dakwah GAUL.
Waallahua'lam.

SIAP DIINTEROGASI KELAK ???


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dapat cerita dari teman tentang pengalaman dia sempat diinterogasi oleh polisi di sebuah kantor Polresta, dia dibawa polisi ke sebuah ruang khusus interogasi berkaitan dengan sebuah perusakan properti pemerintah yang dilakukan temannya, sementara dia sendiri tidak melakukan tindakan tersebut, boleh dibilang dia berada diwaktu yang tidak tepat dan juga tempat yang salah, akhirnya dia berurusan dengan polisi.
Menurut penuturannya interogasi yang dilakukan polisi benar-benar menguras tenaga dan fikirannya, dilakukan non stop dari jam 10 pagi hingga jam 11 malam, dia diminta menjawab pertanyaan ada ratusan kali dan diulang-ulang, sampai dia merasa sulit untuk tidak berkata jujur.
Memang metode interogasi aparat yang berwenang menggunakan permainan psikologis, merekayasa agar saksi atau terduga pelaku kejahatan tidak merasa nyaman dan tertekan sehingga orang yang diinterogasi berkata apa adanya, seperti misal ruangan dibuat gelap, cahaya lampu juga yang redup, dan orang yang menyampaikan pertanyaan tidak saja satu orang, namun sampai beberapa orang, bahkan kadang secara bersamaan.
Sejak saat itu teman ini merasa sangat kapok berurusan dengan polisi, kata dia" cukup sekali ini saja saja diinterogasi polisi".
Jadi bayangkan jika diinterogasi polisi saja demikian berat, dan jadi pengalaman buruk bagi seseorang, bagaimana jika seseorang diinterogasi dalam hisab kelak?.
Pasti sangat-sangat berat dalam menghadapi hisab, karena jika diinterogasi polisi seseorang dapat mengelak dan menutupi kejahatannya seperti menghilangkan barang bukti, atau dengan menyewa pengacara mahal, atau juga membuat alibi kepada polisi, atau juga mencari bekingan dan seterusnya.
Namun jika dihadapan Allah Azza wa Jalla?, dzat yang Maha Mengetahui, Maha melihat, dimana semua perkara yang kita lakukan meskipun ditempat paling sepi, dilakukan di malam gelap gulita, tidak ada saksi atas perbuatan kita, tetaplah Allah Azza wa Jalla mengetahui apa yang kita lakukan, bahkan yang kita sembunyikan didalam hati sekalipun, jika sudah demikian bagaimana mana cara kita mengelak dari hisabNya???,
Jelas mustahil. Karena pasti ada semua catatan atas perbuatan kita kelak, setiap detik, menit, jam, hari, bulan tahun, semua tercatat, tak secuilpun terlewatkan.
Dalam sebuah kajian seorang ustadz menyebutkan, kelak semua catatan amalan kita akan dibuka, dan dibacakan di depan jutaan orang, jika banyak catatan amalan ibadah kita tentu tidak masalah, namun jika yang terjadi sebaliknya, yang tercatat justru banyak diisi dengan kejahatan dan perbuatan dosa kita ?, dan buruknya banyak perbuatan yang kita lupa sekalipun pasti ada catatannya, waalahua'lam.
Allah Ta'ala berfirman :
” Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban) ( Qs.Al Qiyamah : 36 )
” Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.( Qs.Al Isra : 36 )
” (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.( Qs.Qaf : 17 )
” Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.( Qs. Qaf:18 )
Sumber Referensi quransunnah.co

INGAT SHALAT ADALAH PERKARA YANG PERTAMA KALI DIHISAB KELAK !



Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.) [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.]
Sumber Referensi rumaysho.co
Foto Baliho Dakwah simpang Mal SKA Pekanbaru

Sunday, February 17, 2019

HATI-HATI DENGAN RUWAIBIDHAH !


Oleh Siswo Kusyudhanto
Sedang berjalan menyusuri jalan sedang menuju rumah konsumen yang memesan buku saya, disamping kanan dan kiri nampak berjejer puluhan atau mungkin ratusan foto calon legislatif, model baliho para caleg inipun variatif, ada yang menyebutkan semboyan perjuangan atau juga disetting seperti poster flim super hero, pokoknya baliho dan spanduk caleg dibuat semenarik mungkin bagi masyarakat.
Namun ada beberapa orang fotonya saya kenal, seingat saya si caleg yang saya kenal ini bukanlah orang yang biasa bergelut dengan politik atau semacamnya, ada yang saya tau dia adalah pengusaha buah, ada juga yang saya kenal adalah pemilik sebuah toko barang harian, bahkan ada yang saya kenal adalah pemilik sebuah bengkel motor.
Bukan maksud merendahkan mereka, namun saya melihat bahaya jika orang-orang seperti ini terjun ke dunia perpolitikan tampa bekal sedikitpun, saya yakin mereka cuma jadi korban para makelar politik dengan mengeruk uang dan harta mereka, dan juga jikapun mereka duduk di lembaga legislatif apa yang mereka katakan dan perbuat juga dapat mendatangkan bahaya bagi masyarakat, karena mereka tidak punya pengetahuan sama sekali tentang perkara-perkara yang menyangkut banyak orang.Tentu hisab terhadap setiap perkataan mereka kelak dapat membahayakan mereka sendiri, waalahua'lam.
Jadi ingat ketika seorang ustadz membahas sebuah hadist bahaya ruwaibidhah, yakni orang yang bodoh kemudian membicarakan perkara-perkara yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak, karena kebodohannya dia tidak tau halal dan haram, tidak tau mana yang hak dan yang bathil, mana keputusan yang mendatangkan mashlahat bagi umat dan mana yang mendatangkan mudharat bagi umat dan seterusnya, lalu yang terjadi kemudian apa yang dia bicarakan dan putuskan bukan menjadi solusi bagi permasalahan orang banyak malah mendatangkan bencana juga masalah bagi kepentingan banyak orang, waalahua'lam.
Imam Ibnu Majah meriwayatkan di dalam Sunannya :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al-Jumahi menuturkan kepada kami dari Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [1887] as-Syamilah).
Sumber Referensi " Berhati-hatilah terhadap Ruwaibidhah" karya Ari Wahyudi di muslim.or

Thursday, February 14, 2019

DI ARAB SAUDI ADA PERAYAAN VALENTINE DAY ?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Seorang teman men-share link sebuah web dimana didalamnya ada berita bahwa ada seorang ulama Arab Saudi membolehkan merayakan valentine day, dia mengatakan bahwa "di Arab Saudi saja membolehkan merayakan Valentine Day kenapa disini banyak Ustadz kajian melarangnya?", Maklum saja mungkin dia awam soal ini.
Lalu saya sampaikan yang pernah dengar dari Ustadz Erwandi Tarmizi ketika beliau dalam sebuah kajian membahas bahaya riba, kemudian ada salah satu jama'ah kajian bertanya, "Ustadz saya mau tanya, apakah di Arab Saudi juga ada akad riba?", Mungkin ustadz sudah tau arah dari pertanyaan itu lalu beliau jawab "ada", si penanya mungkin agak kaget mendengar hal itu, maklum Arab Saudi adalah negara panutan umat Islam di dunia soal amal ibadah termasuk dalam hal Muamalah.
Kemudian Ustadz Erwandi Tarmizi menjelaskan bahwa jika di Arab Saudi ada perbuatan riba namun hal ini tidak kemudian menjadi riba benar hukumnya, riba tetaplah haram karena kita menimbangnya dari Al-Qur'an dan Sunnah (Hadist).
Sama halnya jika kemudian hari ada perbuatan zina di Arab Saudi, hal ini tidaklah menjadikan zina halal, hukum zina tetaplah haram karena Allah dan RasulNya menyatakan demikian..
Apa yang terjadi di Arab Saudi tidak dapat menjadi landasan pembenaran sebuah perkara karena kita Ahlu Sunnah, tentu menimbangnya dengan Al-Qur'an dan Sunnah (Hadist), waalahua'lam.
Kembali kepada perayaan Valentine Day, sejak lama banyak ulama kibar melarang mengikuti merayakannya karena jelas tasyabuh, menyerupai kebiasaan orang kafir, dan hukumnya terlarang, jika kemudian hari ini ada seorang ulama Arab Saudi membolehkan merayakan perayaan tersebut, maka kembalikan kepada Al-Qur'an dan Hadist, maka akan kita ketahui bahwa hal tersebut jelas bathil meskipun mungkin ada ulama membolehkan nya, waalahua'lam.
Allah ﷻ Berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” [QS. Ali Imaran : 103].
Rasulullah ﷺ bersabda:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّ بِعْدَهُمَا كِتِابُ اللهِ وَسُنَّتِيْ ،
“Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat setelah (kalian berpegang teguh pada) keduanya, Kitabullah dan Sunnahku.” [HR. At-Thabrani].
Sumber Referensi alhujjah.co

KENAPA PARA ULAMA KIBAR MELARANG AYAT AL-QURAN DITULIS DISEMBARANG TEMPAT


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang ustadz menyebutkan, kaidah memperlakukan ayat Al-Quran adalah dimuliakan yakni dengan cara membaca dan mempelajari dan kemudian mengamalkan pelajaran yang terkandung didalamnya. 
Dan terlarang menuliskan ayat Al-Qur'an disembarang tempat seperti misal menulis dikain kecil kemudian disimpan didompet atau dikalungkan dileher sebagai jimat, yang pertama jelas syirik dan yang kedua menghinakan ayat Al-Qur'an jika kemudian itu terbawa ke tempat kotor seperti terbawa ke kamar mandi untuk buang air besar atau juga tempat maksiat.
Maka jangan berbuat zalim kepada ayat-ayat Al-Qur'an, dan wajib menempatkan dan memperlakukan sebagaimana mestinya, waalahua'lam.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَىٰ عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur`ân) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. [al-A’râf/7:52].
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur`ân) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri”. [an-Nahl/16:89]
--------
KEEMPAT MAHZAB MELARANG MENULIS AYAT AL-QUR'AN DISEMBARANG TEMPAT, DIANTARANYA YAKNI MAHZAB SYAFI'IYAH.
Keterangan Imam an-Nawawi (w. 676 H) dalam kitabnya at-Tibyan,
مذهبنا أنه يُكره نقش الحيطان والثياب بالقرآن , وبأسماء الله تعالى
Madzhab kami (syafiiyah), dibenci menuliskan al-Quran atau nama Allah di tembok atau kain.
Di tempat lain, beliau mengatakan,
لا تجوزُ كتابة القرآن بشيءٍ نجسٍ , وتُكره كتابته على الجدران عندنا
Tidak boleh menuliskan al-Quran dengan tinta najis. Dan dibenci menuliskan al-Quran di dinding, menurut madzhab kami. (at-Tibyan fi Adab Hamalah al-Quran, hlm. 89).
Keterangan Muhammad as-Syirbini (w. 977 H),
ويُكره كتبُ القرآن على حائط ولو لمسجد , وثياب , وطعام , ونحو ذلك
Dibenci menuliskan al-Quran di dinding, meskipun milik masjid, atau di baju atau makanan, atau semacamnya. (al-Iqna’ fi Halli Alfadz Abi Syuja’, 1/104).
Keterangan as-Syarwani (w. 1301 H),
يُكره كتبُ القرآن على حائط , وسقف , ولو لمسجد , وثياب , وطعام , ونحو ذلك
Dibenci menuliskan al-Quran di dinding atau atap, meskipun milik masjid, atau di baju, atau semacamnya. (Hasyaiyah as-Syarwani, 1/156).
Keterangan as-Suyuthi (w. 911),
قال أصحابنا : وتكره كتابته على الحيطان , والجدران , وعلى السقوف أشدّ كراهة
Para ulama madzhab kami mengatakan, dibenci menuliskan al-Quran di dinding dan lebih dilarang lagi menuliskannya di atap. (al-Itqan fi Ulum al-Quran, 2/454).
Sumber Referensi, "Dilarang Memasang Kaligrafi?", Karya Ustadz Ammi Nur Baits, di konsultasi syariah.co