Thursday, April 27, 2017

Taubat itu nikmat

Dalam salah satu kajiannya Ustadz Armen Halim Naro menyebutkan bahwa, " taubat adalah nikmat yang luar biasa yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla, taubat itu sangat mahal, hanya diberikan Allah kepada orang-orang yang diinginkanNya, itu merupakan titik dimana seseorang sangat berbahagia, maka yang disebut orang yang berbahagia adalah orang-orang yang bertaubat dan ingin kembali berada dijalan Allah Azza wa Jalla. Maka jangan pelit air mata untuk diberikan kepada Allah Azza wa Jalla, jangan ketika air mata taubat hanya terurai deras diawal taubat namun setelahnya jarang kita berikan kepada Allah, karena air mata disebabkan takut azab dan berharap keridhoan Allah itulah melembutkan hati kita, lembut seperti kapas yang sangat halus, waallahua'lam."
Hakikat taubat adalah kembali tunduk kepada Allah dari bermaksiat kepada-Nya kepada ketaatan kepada-Nya. Taubat ada dua macam: taubat mutlak dan taubat muqayyad (terikat). Taubat mutlak ialah bertaubat dari segala perbuatan dosa. Sedangkan taubat muqayyad ialah bertaubat dari salah satu dosa tertentu yang pernah dilakukan.
Syarat-syarat taubat meliputi: beragama Islam, berniat ikhlas, mengakui dosa, menyesali dosa, meninggalkan perbuatan dosa, bertekad untuk tidak mengulanginya, mengembalikan hak orang yang dizalimi, bertaubat sebelum nyawa berada di tenggorokan atau matahari terbit dari arah barat. Taubat adalah kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang baru saja berbuat dosa. Karena Allah berfirman :
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31) (lihat Syarh Ushul min Ilmil Ushul Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah, tentang pembahasan isi khutbatul hajah).
Sumber referensi: "Keutamaan Taubat", karya Ari Wahyudi SSi., di web muslim.or.id

Ketika amalan bid'ah mengikis amalan Sunnah.


Dulu ketika masih remaja paman saya meninggal dunia karena sakitnya, saat itu tahun 90an, dan setelahnya malam-malam dirumah paman disibukkan dengan acara tahlil kematian, dan pada malam peringatan hari ke seribu meninggalnya paman tampa saya sengaja mendengar bibi saya mengeluh kepada beberapa orang famili tentang besarnya biaya pengadaan tahlil kematian, hingga memaksa pihak keluarga paman berhutang pada orang lain, jumlahnya hampir sebesar 500 ribu atau setengah jutaan untuk menutupi kebutuhan tahlil kematian paman. Jumlah itu sangat besar ditahun 90an, karena harga motor honda terbaru saat itu cuma 2 jutaan, kalau dikonversi dengan nilai barang sekarang seperti motor honda yang sudah sekitar 15 jutaan maka 500 ribu nilainya saat itu sama dengan 5 jutaan dijaman sekarang, subhanaallah.
Jadi berandai-andai, kalau saat itu sudah kenal pemahaman Sunnah mungkin saya akan ikut menasehati bibi dan pihak keluarga paman, agar menjauhi amalan tersebut, karena hal ini tidak pernah disyariatkan oleh Allah dan RasulNya.
Setelah mengenal dakwah Sunnah saya baru tau bahwa sunnahnya dalam peringatan kematian adalah jamaah memberi makan kepada keluarga yang ditinggalkan, sementara dalam tahlil kematian justru terbalik, keluarga yang meninggal dunia justru memberi makan kepada jamaah yang datang, subhanaallah.
Jadi ingat pembahasan tentang hal ini bersama Ustadz Maududi Abdullah, kata beliau, " salah satu ciri amalan bid'ah adalah dia menjadi saingan utama dari amalan yang sudah disyariatkan, ketika amalan bid'ah itu diamalkan maka amalan yang sesuai Sunnah justru hilang atau tidak diamalkan." Dalam kajian lain ketika membahas tahlil kematian beliau mengatakan, "untuk melihat amalan ini benar atau salah kita kembalikan lagi kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, telah kita ketahui bersama dijaman beliau banyak orang meninggal dunia, hingga ribuan orang mati dijaman beliau, entah karena disebabkan peperangan ataupun karena sakit, namun tidak satupun kisah menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam mengadakan acara tahlil kematian bagi yang meninggal dunia, hal ini menunjukkan amalan ini tidak benar, karena mustahil ada orang yang lebih mengetahui agama ini dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam. Mustahil beliau tidak mengetahui perkara baik dalam agama ini, dan beliau tidak pernah mengamalkan tahlil kematian ini, waallahua'lam."
Perbuatan yang mulia dan terpuji menurut SUNNAH NABI Shallallahu ‘alaihi wa sallam kaum kerabat /sanak famili dan para jiran/tetangga memberikan makanan untuk ahli mayit yang sekiranya dapat mengenyangkan mereka untuk mereka makan sehari semalam. Ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Ja’far bin Abi Thalib wafat.
“Buatlah makanan untuk keluarga Ja’far ! Karena sesungguhnya telah datang kepada mereka apa yang menyibukakan mereka (yakni musibah kematian).” [Hadits Shahih, riwayat Imam Asy Syafi’i ( I/317), Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad (I/205)]
Hal inilah yang disukai oleh para ulama kita seperti Syafi’iy dan lain-lain (bacalah keterangan mereka di kitab-kitab yang kami turunkan di atas).
Berkata Imam Syafi’iy : “Aku menyukai bagi para tetangga mayit dan sanak familinya membuat makanan untuk ahli mayit pada hari kematiannya dan malam harinya yang sekiranya dapat mengenyangkan mereka, karena sesungguhnya yang demikian adalah (mengikuti) SUNNAH (Nabi)…. “ [Al-Um I/317]
Kemudian beliau membawakan hadits Ja’far di atas.
Referensi dr.TAHLILAN (SELAMATAN KEMATIAN ) ADALAH BID’AH MUNKAR DENGAN IJMA’ PARA SHAHABAT DAN SELURUH ULAMA ISLAM
Oleh
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
Di web almanhaj. Or.id

Membersihkan hati dulu baru berjilbab?


Melihat sebuah posting seorang wanita, dia bilang tidak berhijab karena dia ingin membersihkan hatinya dulu, subhanallah.
Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah menyebut, " seseorang wanita yang mengatakan bahwa dirinya belum berhijab karena ingin membersihkan hatinya dulu sebenarnya ini adalah cuma dalih saja, karena dia sebenarnya sedang bermaksiat kepada Allah namun ingin membenarkan perbuatannya. Orang seperti ini jelas mustahil dapat membersihkan hatinya karena dia menganggap Allah tidak pernah ada, karena jika dia anggap Allah ada maka dia akan menuruti perintah Allah untuk berhijab. Secara dalil juga tidak pernah disebutkan dalam ayat atau hadist dalam berhijab harus membersihkan hati dulu, yang ada yakni menjalankan syariat Islam secara kaffah, termasuk berhijab. Dan bagaimana cara seseorang membersihkan hati? Karena selama hidup dalam hati kita selalu ada sisi maksiat, dan artinya selama hidup hati kita pasti ada kekotoran, waallahua'lam."
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu” (Qs. Muhammad: 33).
Ia juga berfirman:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
“Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang” (Qs. At Taghabun: 12).
Allah Azza Wajalla berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)

Kiamat sudah dekat, kenapa beragama masih asal2an?


Ustadz Elvisyam dalam kajian beliau menyebut, " telah dikabarkan Allah Azza Wajalla kepada kita bagaimana berita kekacauan di hari kiamat, hari dimana alam semesta beserta seisinya mengalami kehancuran yang dahsyat, disalah satu ayat Nya Al Qoriah disebutkan bagaimana gunung-gunung berhamburan seperti bulu, maka sulit kita bayangkan bagaimana gunung-gunung yang besar dan sangat berat mungkin ribuan ton beratnya menjadi seringan bulu?, namun dengan demikian kita mendapat berita bahwa begitu dahsyatnya hari kiamat. Jika kita sudah mengetahui betapa berat dan buruknya kiamat, kenapa dalam beragama kita masih banyak menurutkan syahwat kita?, sehingga kita tidak peduli lagi mana tauhid dan mana syirik, yang mana sunnah dan mana bid'ah, mana hidayah dan mana kesesatan, mana yang halal dan mana yang haram dst., bagi kita sama saja, subhanaAllah.
Karena datangnya kiamat makin dekat sepatutnya ketika masih diberi kesempatan sesempit ini gunakan sebaik mungkin untuk beragama dengan benar, mengikuti semua perintah Allah dan seruan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, dan meninggalkan larangan 2Nya."
Diceritakan dalam surat Al Qori’ah :
الْقَارِعَةُ (1) مَا الْقَارِعَةُ (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ (3) يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ (4) وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ (5) فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ (6) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (7) وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (8) فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (9) وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ (10) نَارٌ حَامِيَةٌ (11)
(1) Hari Kiamat, (2) apakah hari Kiamat itu? (3) Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? (4) Pada hari itu manusia adalah seperti laron yang bertebaran, (5) dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (6). Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, (7) maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. (8) Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, (9) maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (10) Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (11) (Yaitu) api yang sangat panas
Sumber referensi quransunnah.co

Kenapa wanita dilarang berpakaian mirip orang kafir?


Dijalan ketemu wanita yang bekerudung namun memakai jeans yang sangat ketat, jadi ingat kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc. Rahimahullah, beliau mengatakan, " dilarang bagi wanita muslimah berpakaian seperti halnya orang kafir, hal demikian masuk bertasyabuh kepada orang kafir, mirip dengan cara berpakaian orang kafir. Kenapa hal ini terlarang?, karena dengan berpakaian cara orang kafir maka itu adalah awal pelakunya mencintai perilaku-perilaku orang kafir lainnya, dimulai dari cara berpakaian namun pada saat tertentu batinnya akan mencintai hal lainnya yang biasa dilakukanoleh orang kafir, padahal orang kafir ingkar kepada kebenaran yang disampaikan oleh Allah dan RasulNya, waallahua'lam."
Di antara larangan atas hal ini adalah firman Allah Subhanahu wata’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انظُرْنَا وَاسْمَعُوا ۗ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad), “Raa’ina”, tetapi katakanlah, “Unzhurna”, dan “Dengarlah.” Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.” (al-Baqarah: 104)
Ibnu Katsir juga menegaskan tatkala menafsirkan surat al-Hadid ayat16, “Oleh sebab itulah, Allah Subhanahu wata’ala melarang kaum mukminin tasyabuh dengan mereka dalam segala urusan ushul dan ahkam.” Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barang siapa menyerupai suatu kaum, dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud no. 4026 dengan sanad yang hasan. Lihat Jilbab al-Mar’atul Muslimah hlm. 203 karya al-Albani)
Al-Imam Muhammad bin ‘Amir ash-Shan’ani rahimahullah menjelaskan, “Hadits ini adalah dalil yang menunjukkan, siapa pun yang menyerupai orang fasik, orang kafir, atau ahli bid’ah, pada segala sesuatu yang menjadi kekhususan mereka, baik pakaian, kendaraan, maupun penampilan, dia termasuk golongan mereka.”
Para ulama berkata, “Apabila seseorang menyerupai orang kafir dalam hal pakaian dan meyakini bahwa dengan itu dia seperti orang kafir tersebut, dia kafir. Namun, apabila tidak ada keyakinan demikian, ada perbedaan pendapat di kalangan fuqaha. Ada yang berpendapat bahwa dia kafir, dan itu adalah zahir (teks) hadits. Ada pula yang berpendapat tidak kafir, hanya saja perlu diberi pelajaran.” (Subulus Salam 4/321 cet. I, Darul Fikr Beirut, 1992 M/1411 H)
Khalifah Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah mengirim surat kepada salah seorang panglima perang Islam di Adzar Bailam bernama ‘Utbah bin Farqad. Di antara isi suratnya,
وَإِيَّاكُمْ وَالتَّنَعُّمَ وَزِيَّ أَهْلِ الشِّرْكِ
“Janganlah kalian bermewah-mewah dan waspadailah model pakaian orang musyrik.” (Shahih Muslim no. 2069/12)
Dalam riwayat al-Isma’ili (al-Fath 11/465) dan Abu ‘Awanah al-Isfirayini (Syarah Muslim 14/41) dengan sanad yang sahih, kata an-Nawawi t, disebutkan dengan lafadz,
وَإِيَّاكُمْ وَالتَّنَعُّمَ وَزِيَّ الْأَعَاجِم
“Janganlah kalian bermewah-wewah dan waspadailah model pakaian orang ‘ajam (Persia dan Romawi).”
Telah kita sebutkan sebelumnya hadits tentang larangan pakaian mu’ashfar yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa itu adalah pakaian orang kafir. A l – ‘ Allamah al – Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani t dalam kaset (no. 671) dari Silsilah al-Huda wan Nur menjelaskan tentang ketentuan tasyabuh yang dilarang. Beliau menyebutkan ada dua hal penting yang harus diperhatikan.
1. Semua tindakan orang kafir yang merupakan syiar khusus mereka diharamkan atas umat Islam untuk melakukan dan menggunakannya. Inilah larangan yang masuk di dalam hadits:
وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barang siapa menyerupai suatu kaum, ia termasuk golongan mereka.”
2. Apabila orang kafir melakukan sesuatu walaupun bukan syiar khusus mereka dan memungkinkan bagi umat Islam untuk menyelisihi mereka, wajib bagi kita menyelisihi mereka. Masalah satu ini yang jarang diperhatikan oleh para pencari ilmu bahkan oleh sebagian ulama, padahal
اَلْمُخَالَفَةُ شَيْءٌ وَتَرْكُ التَّشَبُّهِ شَيْءٌ أََخَرَ
“Menyelisihi mereka adalah satu perkara, dan tidak tasyabuh dengan mereka adalah perkara yang lain.”
Coba simak hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berikut!
إِنَّ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى لاَ يُصْبِغُوْنَ فَخَالِفُوْهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nasrani tidaklah mereka menyemir rambut, maka selisihilah mereka.” (Muttafaq ‘alaih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) (Lihat al-Fatwa min Ziinati binti Hawa hlm. 72—73, Ummu Salamah as-Salafiyah)
Di antara pakaian yang menjadi syiar dan lambang orang kafir adalah “jeans” yang dikenal dewasa ini, celana masa kini yang superketat, membentuk lekak-lekuk tubuh dengan sangat jelas. Ummu Salamah as-Salafiyah—salah seorang istri asy-Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i pada masa hidupnya— dalam karyanya al-Fatwa fi Zinati binti Hawa (hlm. 71—74)
mengulas sejarah jeans mengutip dari sebuah situs berbahasa Prancis, www.anne.bourigve. co. Kesimpulannya, model ini adalah simbol dan lambang orang kafir. Maka dari itu, haram hukumnya dipakai oleh kaum muslimin terkhusus kaum hawa karena tasyabuh dengan orang kafir dan membentuk aurat. Lalu Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha membawakan fatwa asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin saat ditanya, “Didapati jenis kain yang disebut jeans, dibentuk dengan ragam motif untuk anak-anak, baik laki-laki maupun wanita. Bahan ini kuat. Yang menjadi masalah, bahan kain ini dipakai orang kafir dalam bentuk celana pantalon (celana panjang) ketat, dan itu diketahui dan masyhur.
Maka seharusnya bagi setiap muslimah berpakian sesuai syariat Allah dan RasulNya dan menjauhi berpakaian yang membuat mereka mirip dengan orang-orang kafir, waallahua'lam.
Referensi "Larangan bertasyabuh" karya Ustadz Muhammad Afifudin, di web darussalaf.co

Tangan diatas adalah lebih baik


Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah menceritakan beberapa pengalaman tentang sedekah, beliau menuturkan pengalaman di Kota Madinah, "suatu hari saya selesai shalat di Masjid Nabawi kembali ke penginapan, dan ketika saya akan masuk pintu penginapan disebelah pintu masuk itu berdiri seorang ibu tua menegur saya,- ya bunayya(wahai anakku) saya dari negri Palestina-, maka langsung terbayang oleh saya negri Palestina yang porak poranda karena perang dan banyak penderitaan disana, dan teguran itu adalah isyarat si ibu membutuhkan bantuan dari saya, maka saya mengeluarkan beberapa real untuk diberikan kepadanya, seketika si ibu kelihatan sangat bahagia, namun sejatinya saya lebih bahagia dari ibu itu, karena tangan diatas lebih baik dari tangan yang dibawah, saya bahagia karena punya kesempatan untuk membantu seseorang yang membutuhkan bantuan. Pernah di Cirebon saya tinggal disana, suatu hari saya dari stasiun ingin ke rumah tempat saya, karena agak jauh maka saya naik becak, dalam perjalanan saya mengobrol, dari pembicaraan itu saya jadi tau bapak ini punya anak istri, dan juga taat dalam beramal ibadah, sesampainya tujuan saya lebihkan ongkosnya 20 ribu, dan bapak itu sangat bahagia, dia sampai menciumi tangan saya dan menangis, MasyaAllah, padahal yang saya berikan cuma 20 ribu, mungkin baginya itu sangat berarti, dan saya juga sebenarnya lebih bahagia dari bapak itu, karena tangan diatas itu lebih baik. Orang2 seperti ini, yang membutuhkan bantuan sepatutnya kita telusuri kisahnya, agar jadi pelajaran bagi kita untuk mengingatkan kita dari sibuknya hiruk pikuk mengejar kesenangan dunia, kisah-kisah orang lain seperti ini dapat menjadikan kita pribadi yang bersyukur, karena dengan mengetahui kesulitan yang dihadapi orang lain kita jadi tau bahwa nikmat Allah Azza Wajalla yang diberikan kepada kita sangatlah banyak, waallahua'lam."
عَنْ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ
Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allâh akan menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.”
TAKHRIJ HADITS.
Hadits ini muttafaq ‘alaih. Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri (no. 1427) dan Muslim no.1053 (124)

Siapkah diri antum untuk dihisab?


Dalam salah satu kajian Ustadz Syafiq Reza Basalamah mengatakan, " jika kita didunia kita pasti akan malu serta takut jika seseorang menceritakan kemaksiatan yang pernah kita lakukan, keburukan kita takut diketahui saudara kita, orang tua kita, bos kita, teman kita, oleh karenanya kita berusaha menutupi segala kemaksiatan yang pernah kita lakukan dari pengetahuan orang lain. Jika didunia dapat kita lakukan menutup-nutupi keburukan kita sehingga orang lain tidak mengetahui nya sehingga nama baik kita selalu terjaga , dan orang lain mengira kita orang yang baik akhlaknya, tidak demikian dengan ketika datangnya hisab, ketika datangnya hisab semua catatan kebaikan dan keburukan dbukakan dihadapan kita, dan itu sangat lengkap, sangat detail mulai detik, menit, jam, hari dan tanggalnya perbuatan itu kita lakukan, karena semua perbuatan kita selalu dicatat oleh para malaikat. Bahkan mungkin ada perbuatan kemaksiatan yang kita sudah lupa dan itu diingatkan saat hisab, kelak akan disebutkan jam sekian tanggal sekian anda menghibahi si fulan, jam sekian tanggal sekian merubah kuitansi, jam sekian tanggal sekian mengurangi timbangan, jam sekian tanggal sekian berkata kotor, jam sekian tanggal sekian berbohong dan seterusnya. Maka sebelum datangnya hisab itu hindari perbuatan-perbuatan yang membuat kita malu kelak dikala datangnya hisab, waallahua'lam. "
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan :
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami. Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya?” Dan mereka mendapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabb-mu tidak menganiaya seorang juapun. [al Kahfi / 18 : 49].
Allah Subhanahu wa Ta’ala memang menulis semua amalan hambaNya, yang baik maupun yang buruk, sebagaimana firmanNya:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ﴿٧﴾وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. [al Zalzalah / 99:7-8].
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا ۚ أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakanNya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. [al Mujaadilah / 58 : 6].
Sumber referensi almanhaj.or.id.co

Kaya bikin bahagia?, maaf anda salah.


Mungkin banyak orang dijaman ini tergerus dan terbawa arus pamahaman hedonisme, yakni memuja kekayaan dan ketenaran, sehingga segala sesuatu diukur dari keduanya, termasuk dalam perkara kebahagiaan, menurut mereka dikatakan bahagia jika kaya dan terkenal, sejatinya ini pendapat yang jelas salah, karena berapa banyak orang tidak bahagia meskipun sudah kaya raya dan sangat terkenal.
Bukti akan hal ini adalah dapat dilihat berapa banyak orang kaya dan terkenal ketika meninggal dengan cara yang tragis, mereka bunuh diri karena depresi yang mereka alami, lihat bagaimana vokalis Nirvana yakni Kurt Cobain mengakhiri hidupnya, bagaimana Michael Jackson mengakhiri hidupnya, dst.
Salah satu fakta akan hal ini yakni apa yang terjadi pada salah satu orang terkaya di Jerman beberapa tahun yang lalu, Adolf Merckle memutuskan untuk menjemput mautnya dengan menabrakkan diri ke kereta api yang tengah melaju kencang, dia lakukan karena tidak sanggup menghadapi krisis ekonomi global, hal ini membuat dirinya depresi berat dan mengakhiri hidupnya. Taukah anda berapa kekayaan orang ini?, menurut Majalah Forbes, salah satu majalah bisnis terkenal di dunia menyebutkan total kekayaan orang ini sejumlah 100 trilyun rupiah!!!.
Jadi ingat kata Ustadz Maududi Abdullah, "agar antum bahagia tempatkan dunia ini ditangan jangan dihati, tempatkan akhirat di hati, jadikan akhirat menjadi tujuan kita dan dunia sekedar jangan lupa, InsyaAllah antum bahagia."
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui [al-‘Ankabût/29: 64]
Ketika menjelaskan maksud ayat ini, Imam Ibnu Katsîr rahimahullah mengatakan, “Allah Azza wa Jalla berfirman (dalam rangka) memberitakan betapa dunia itu hina, akan hancur dan akan sirna (pada saat yang telah ditentukan). Dan dunia ini tidak kekal, dan sekedar mendatangkan kelalaian dan bersifat permainan. Dia berfirman, “dan sesungguhnya akherat itulah yang sebenarnya kehidupan”, maksudnya (akherat itu) adalah kehidupan yang kekal, yang haq, yang tidak akan binasa dan tidak sirna. Kehidupan akherat berlangsung terus-menerus selama-lamanya. Firman-Nya (yang artinya,) “kalau mereka mengetahui”, maksudnya, jika manusia tahu, maka sungguh mereka akan lebih mengutamakan sesuatu yang bersifat baqa’ (kekal) daripada yang fana (akan binasa).”
Referensi almanhaj. Or.id.co

Bedakan mencari kesalahan dan mengajak umat pada pemahaman yang benar.


Kemarin saya ditegur teman karena banyak posting saya mengupas kesalahan2 paham diluar paham Sunnah, dan mencap saya sok benar dan yang lainnya salah, never mind, terserah dia karena Alla Azza wa Jalla adalah sebaik-baik penilai, Dia yang paling tau isi hati saya, dosa dan pahala pemberinya adalah cuma Allah Azza Wa Jalla.
Jadi ingat kajian Ustadz Maududi Abdullah, " kita sering dakwahkan larangan bid'ah dan syirik agar umat muslim selamat, sebagaimana maksud dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassallam, beliau mengingatkan bahaya bid'ah dan syirik agar umatnya selamat, dan dalam menyampaikannya karena cinta, bukan karena benci, dan ketika menyampaikan dengan tutur kata yang baik bukan mencaci maki, waallahua'lam."
Sekedar cerita, diinbox saya ada beberapa akhwat yang curhat tentang kesedihan dan kekuatirannya karena suaminya aktif ikut kegiatan jamaah travelling, dan ada salah satu akhwat menceritakan jarang dinafkahi oleh suaminya, karena si suami sibuk berdakwah jarang pulang, dan karenanya istrinya dan anaknya sering kelaparan, subhanaAllah. Bahkan perrnah saya menyaksikan suami istri bertengkar hebat didepan saya, karena sisuami sulit dicari oleh sang istri karena hpnya dimatikan sementara salah seorang anak mereka sudah di Unit Gawat Darurat sebuah Rumah sakit selama 2 hari, dan si ayah tidak mengetahuinya, subhanaAllah.
Atau ketika pernah saya jumpai seseorang yang saya kenal berhutang jutaan kepada rentenir, hal ini dilakukan demi untuk dapat menyelenggarakan tahlil kematian, dan karena hutangnya sulit dilunasi karena bunga rentenir sungguh-sungguh mencekik leher, subhanaAllah.
Taukah anda kemiskinan umat terjadi diantara dari amalan2 bid'ah seperti tahlil kematian, menurut statistik jamaah yang hobby mengadakan tahlil kematian sejumlah 30 juta, misal 1% saja yakni 30 ribu bikin tahlil kematian pada suatu malam maka dana yang dibutuhkan adalah 150 milyar!!!, bagaimana jika 10% melakukan tahlil kematian bersamaan? maka ratusan milyar dihabisnya untuk amalan yang tidak ada contohnya dari Nabi ataupun para sahabat. ini baru tahlil kematian, belum dari maulid nabi, isra mi'raj, shalawat nariyah, isthiqosah, haul dst. maka kalau kita jumlahkan mungkin mencapai puluhan atau ratusan trilyun. Padahal itu gak ada contohnya dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam. Dan disisi lain banyak umat muslim membutuhkan dana untuk berbagai hal, mulai membangun masjid dan mushola, membiayai anak putus sekolah, operasional anak yatim piatu dan seterusnya.
Dan banyak kerusakan-kerusakan yang diakibatkan pemahaman yang jauh dari syariat Allah dan RasulNya, hal ini membuat kita yang mengetahui bahayanya untuk wajib menyampaikan dan mengajak umat muslim kembali kepada Alquran dan As Sunnah yang sahhihah, hanya dengan paham yang benar dan lurus umat ini akan berjaya, waallahua'lam.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Dari Abu Musa_radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
«الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا» وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ
“Orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling mengokohkan.’ Kemudian beliau menganyam jari-jemarinya.” [HR. Al Bukhari – Muslim]
Dalam hadits An Nu’man bin Basyir_radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
«مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى»
“Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)’.” [HR. Al Bukhari – Muslim]
Dalam hadits Sahl bin Sa’ad_radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
«إِنَّ الْمُؤْمِنَ مِنْ أَهْلِ الْإِيمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ يَأْلَمُ الْمُؤْمِنُ لِأَهْلِ الْإِيمَانِ كَمَا يَأْلَمُ الْجَسَدُ لِمَا فِي الرَّأْسِ»
“Orang mu`min bagi ahli iman seperti kedudukan kepala bagi tubuh, rasa sakit seorang mu`min bagi ahli iman seperti tubuh merasa sakit karena (penyakit) yang ada di kepala.” [HR. Ahmad, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no 1137]
Referensi darussalaf.co

Tuesday, April 25, 2017

Buku Manhaj Aqidah Imam Asy Syafi’i


Penulis: Dr. Muhammad bin ‘Abdul Wahab al-‘Aqil
Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
Ukuran: 17,5 cm x 24,5 cm
Tebal: 624 Halaman, Hard Cover
Berat: 1,3 Kg
Resensi:
Buku ini mengupas tentang manhaj (metode) beraqidah seorang imam besar yang diikuti oleh jutaan orang di seluruh penjuru dunia dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama‘ah, yaitu Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi‘i rahimahullah.
Beliau juga dikenal sebagai pembela sunnah Nabi shallallaahu’alaihi wasallam dan salah satu imam madzhab yang empat.
Buku “Manhaj Aqidah Imam Asy Syafi’i” ini sangat penting untuk dimiliki dan dibaca oleh kaum Muslimin, baik dia seorang khatib dan juru dakwah ataupun para penuntut ilmu dan orang awam, terlebih lagi di negeri kita yang mayoritas adalah pengikut madzhab Syafi‘i.
Hal ini penting agar kita mengetahui bagaimana sebenarnya ‘aqidah dan manhaj beliau dalam beragama.
Harga buku 132 ribu, harga belum termasuk ongkos kirim, bagi teman yang berminat silahkan inbox, atau hubungi WA 081378517454, semoga menjadi ilmu manfaat, syukron.

Buku Fikih Perniagaan Islam


Judul: Panduan Praktis Fikih Islam Perniagaan Islam (Berbisnis dan Berdagang Sesuai Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam)
Penulis : Dr. Muhammad Arifin bin Badri MA
Isi : xvi + 231 Halaman (Buku Besar/Soft Cover)
Ukuran : 15.5 x 24.5 cm
Sinopsis:
Islam sangat mencela perbuatan meminta-minta, dan sebaliknya sangat menganjurkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Ini adalah nasihat pertama yang disajikan penulis di awal buku ini. Bahkan penulis kemudian menyebutkan banyak hikmah dari haramnya meminta-minta dalam Islam, yang patut menjadi bahan renungan bagi setiap Muslim, agar menjadi seorang yang bermartabat dan tidak menghinakan diri menjadi peminta-minta.
Dan salah satu mata pencaharian yang terhormat dan mendatangkan berkah adalah berdagang dan berbisnis secara umum, bahkan penulis menyebutkan berbagai keutamaan berdagang.
Buku ini mengulas secara panjang lebar prinsip-prinsip dasar perdagangan dan bisnis dalam Islam. Inilah inti dari buku ini, yang dengan mengkajinya dan menerapkannya secara baik, bisnis seorang Muslim dapat bernilai ibadah dan mendapatkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena sejalan dengan syariat dan sesuai Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini sangat penting dicermati setiap pedagang dan pebisnis Muslim, karena kajian buku ini tidak saja berbasis ilmiah, tetapi juga faktual dan lengkap dengan studi kasus yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia, sehingga terintegritas sebagai kebutuhan akademisi maupun praktisi.
Hal ini kemudian dikukuhkan dengan pembahasan pokok yang lain, yaitu syarat-syarat sah akad jual beli, lengkap dengan berbagai penerapannya dalam berbagai kasus di masyarakat.
Semua kajian dalam buku ini berdasarkan dali-dalil yang kokoh dari al-Qur’an dan as-Sunnah, dengan penerapan kaidah-kaidah fikih dan ushul fikih, serta tarjih pendapat para ulama. Maka buku ini, bagaikan membentangkan satu jembatan emas untuk dua gapaian sekaligus; sukses menjadi pebisnis sesuai Syariat dan meraih keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Harga 50 ribu, harga belum termasuk ongkos kirim, bagi teman yang berminat silahkan inbox atau hubungi WA 081378517454, semoga menjadi info manfaat, syukron.

Saya khan korban riba kenapa saya juga berdosa?


Dalam sebuah kajian seorang bertanya kepada Ustadz Erwandi Tarmidzi, "ya ustadz apakah penerima hutang dengan sistem riba juga dosanya sama?, bukankah dalam hal ini dia adalah korban dari transaksi riba?", beliau menjawab, " siapapun yang terlibat dalam transaksi riba dosanya sama saja, disebut oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam demikian, dalam hal ini termasuk penerima pinjaman maupun yang memberi pinjaman, kalau ditanya kenapa dosanya sama saja?, karena tampa adanya penerima pinjaman maka transaksi riba ini tidak akan pernah terjadi. Misalkan saja seluruh umat muslim di Indonesia ini pada suatu saat menjauhi perkara riba, tidak menggunakan kartu kredit, tidak kredit barang elektronik, tidak kredit motor, tidak ambil kredit mobil, tidak ambil kredit rumah dst. maka niscaya semua lembaga leasing, sampai semua bank2 konvensional tutup dan gulung tikar. Ini juga menjadi penyebab kenapa praktek riba sulit diperangi di negri ini, penyebabnya adalah masih banyaknya orang yang terlibat perkara riba, berhutang dengan cara riba masih menjadi kebutuhan, mereka mengambil kredit motor, mengambil kredit mobil, kredit rumah, kartu kredit, pinjam uang ke bank dst."
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba.” Kata beliau, “Semuanya sama dalam dosa.” (HR. Muslim no. 1598).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Dalam hadits ada penegasan haramnya menjadi pencatat transaksi riba dan menjadi saksi transaksi tersebut. Juga ada faedah haramnya tolong-menolong dalam kebatilan.” (Syarh Shahih Muslim, 11: 23)

Bersatu itu didalam ketaatan dan keimanan, bukan bersatu dalam kesesatan.


Semalam Ustadz Ahmad Zainuddin ketika membahas tuduhan bahwa dakwah salaf adalah memecah belah umat beliau mengatakan, " Sebagian orang menuduh bahwa dakwah salaf adalah memecah belah umat, sungguh ini tidak benar, ini tuduhan yang keji, yang benar dakwah salaf adalah menyatukan umat diatas keimanan dan keataatan, yakni dengan cara mengajak umat muslim kembali kepada pemahaman yang didasari Alquran dan As Sunnah yang sahhhih, dan yang sahhih adalah cara memahami ayat dan hadist berdasarkan cara pemahaman kaum salaf yakni para sahabat, tabi'in dan tabi'ut. Dakwah salaf mengajak kepada Tauhid dan menasehati umat muslim agar meninggalkan kesyirikan, dan juga dakwah salaf mengajak kepada Sunnah dan menasehati umat muslim agar meninggalkan amalan bid'ah. Dengan kembalinya umat muslim diatas syariat Allah dan RasulNya itulah persatuan yang dikehendaki oleh Allah Azza Wajallah, yakni persatuan yang terbentuk karena terikat kepada syariat2 Allah dan RasulNya, waallahua'lam."
Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. (QS Ali Imran:103)
Ibnu Jarir Ath Thabari berkata tentang tafsir ayat ini: Allah Ta’ala menghendaki dengan ayat ini, Dan berpeganglah kamu semuanya kepada agama Allah yang telah Dia perintahkan, dan (berpeganglah kamu semuanya) kepada janjiNya yang Dia (Allah) telah mengadakan perjanjian atas kamu di dalam kitabNya, yang berupa persatuan dan kesepakatan di atas kalimat yang haq dan berserah diri terhadap perintah Allah. [Jami’ul Bayan 4/30.]
Al Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata,“Dia (Allah) memerintahkan mereka (umat Islam) untuk berjama’ah dan melarang perpecahan. Dan telah datang banyak hadits, yang (berisi) larangan perpecahan dan perintah persatuan. Mereka dijamin terjaga dari kesalahan manakala mereka bersepakat, sebagaimana tersebut banyak hadits tentang hal itu juga. Dikhawatirkan terjadi perpecahan dan perselisihan atas mereka. Namun hal itu telah terjadi pada umat ini, sehingga mereka berpecah menjadi 73 firqah. Diantaranya terdapat satu firqah najiyah (yang selamat) menuju surga dan selamat dari siksa neraka. Mereka ialah orang-orang yang berada di atas apa-apa yang ada pada diri Nabi n dan para sahabat beliau.” [Tafsir Al Qur’anil ‘Azhim, surat Ali Imran:103.]
Referensi 'Bersatu dan jangan berpecah belah", karya Ustadz Muslim Atsary di muslim.or.id.co

Dakwah salaf penjilat pemerintah?


Dalam tabilgh akbar Ustadz Ahmad Zainuddin Al Banjary di Masjid Umar bin Khatab 3 hari yang lalu beliau mengatakan,
"Diantara tuduhan keji yang dituduhkan kepada dakwah salaf diantaranya adalah para pendakwah Salaf adalah bertingkah laku keras terhadap para pendakwah, mudah mentahzir dan sekaligus penjilat terhadap pemerintah karena tidak mau berdemo dan tidak mengkritik pemerintah secara terbuka, ini sungguh tidak benar, yang terjadi adalah para pendakwah salaf bertingkah laku mengikuti dalil sahhih dari Alquran dan As Sunnah yang sahhihah, termasuk diantaranya soal tahzir dan taat kepada pemerintah. Pemahaman yang paling benar dalam memahami dalil adalah mengikuti pemahaman kaum salaf, yakni pemahamam para sahabat Nabi, para tabi'in dan tabi'ut., soal tahzir(memberi nasehat) sudah disyariatkan oleh Allah dan RasulNya, dan ini dibolehkan sejauh untuk menghindarkan umat muslim dari kesalahan, tentang ketaatan kepada pemerintah juga disampaikan banyak ulama, termasuk oleh para ulama salaf, lihat penjelasan salah seorang ulama dari kalangam tabi'in tentang hal ini, seperti Al Hasan Al Bashri adalah seorang generasi tabi'in, menjelaskan wajibnya kita taat kepada pemimpin, waallahua'lam."
Al-Hasan al-Bashri rahimahullahu mengatakan, “Ketahuilah—semoga Allah Azza wa Jalla memberimu ‘afiyah (keselamatan)—bahwa kezaliman para raja merupakan azab dari Allah Azza wa Jalla. Dan azab Allah Azza wa Jalla itu tidak dihadapi dengan pedang, akan tetapi dihindari dengan doa, taubat, kembali kepada Allah Azza wa Jalla , serta mencabut segala dosa. Sungguh azab Allah Azza wa Jalla jika dihadapi dengan pedang maka ia lebih bisa memotong.” (asy-Syari’ah karya al-Imam al-Ajurri t, hlm. 38, dinukil dari Fiqih Siyasah Syar’iyyah, hlm. 166—167).
Para ulama kaum muslimin seluruhnya sepakat akan kewajiban taat kepada pemerintah muslim dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Allah Tabaraka wa Ta’ala telah memerintahkan hal tersebut sebagaimana dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (An-Nisa’: 59)
Demikian pula, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah berwasiat:
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا
“Aku wasiatkan kalian agar senantiasa taqwa kepada Allah serta mendengar dan taat kepada pemimpin (negara) meskipun pemimpin tersebut seorang budak dari Habasyah.” (HR. Abu Dawud, no. 4609 dan At-Tirmidzi, no. 2677)
Referensi dr aslibumiayu-krtaatan kepada pemimpin sekalipun dia zalim-novriefendi.co

Carilah pasangan yang seaqidah.


Baca sebuah posting, tentang seorang wanita yang minta cerai karena sisuami jarang2 shalat, dilain posting ada lagi wanita yang minta cerai karena si suami hobby amalan2 kesyirikan dan mungkin banyak cerita seperti ini dalam masyarakat kita, jadi ingat kajian Ustadz Syafiq Reza Basalamah.
Dalam sebuah kajian seorang akhwat bertanya kepada Ustadz Syafiq Reza Basalamah, bunyi pertanyaannya, " ya Ustadz saya seorang istri, dan suami saya sangat jauh dari pemahaman Sunnah yang sahhih, dia suka berbuat kesyirikan seperti percaya jimat dan perbuatan syirik dengan mencari keberkahan ke tempat-tempat yang dianggap mendatangkan berkah, bagaimana menyikapi perbuatan suami saya ini?', ustadz menjawab, " SubhanaAllah, Maha Suci Allah, harusnya hal ini menjadi koreksi diri sendiri, bukankah dulu antum yang memilih suami adalah antum sendiri?, dan sekarang inilah akibat dari pilihan itu, makanya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassallam menyuruh kita dalam memilih pasangan diantara kriteria2 lain agama adalah kriteria yang diutamakan, namun jika sudah terlanjur demikian ajak dia ke paham Sunnah yang benar dengan mengajak ke kajian-kajian Sunnah, sering mengingatkan dan menasehatinya, dan ajak suami anda kepada pergaulan yang baik, semisal punya saudara yang sudah ngaji Sunnah, dorong agar bergaul dengannya, agar tertular pemahaman yang benar, dengan demikian diharapkan suami antum meninggalkan perbuatan2 kesyirikannya, dan yang utama adalah selalu doakan, semoga dengan doa kita Allah Azza Wajalla berikan hidayahNya kepada suami antum agar berubah kearah yang lebih baik, semoga Allah Azza Wajalla memudahkan usaha antum, aamiin."
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al Hujurat: 13)
semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua agar berhati-hati memilih pasangan, karena kita akan hidup dalam jangka waktu yang lama bersamanya, aamiin.

Kampung halaman kita bukan disini.


Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah bertanya kepada para jamaah, "adakah disini yang mau menjawab pertanyaan saya, pertanyaannya dimana kampung halaman anda?". Salah seorang jamaah mengangkat tanggan, namun ustadz tidak mempersilahkan menjawab malah menunjuk jamaah yang duduk diam, " pak yang dibelakang itu, kampung halamannya dimana? ", bapak itu menjawab, " Pariaman tadz", ustadz meneruskan pertanyaan kepada jamaah lainnya, "pak yang pakai baju hijau, kampung halamannya mana?", bapak itu menjawab, " kampung saya di Purwokerto tadz.", terus bapak yang pakai kopiah hitam, kampung halamannya mana pak?", pria itu memjawab, "kampung saya Cilacap". Lalu Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, " maaf jawaban antum salah semua, kampung halaman antum bukan didaerah-daerqh yang antum sebutkan, namun kampung halaman yang sebenarnya adalah akhirat, tempat asal bapak dan ibu kita semua yakni Nabi Adam dan Siti Hawa. Kelak kita semua akan kembali ke kampung halaman sebenarnya itu. Jika kita punya uang berlebihan mungkin kita akan bangun sebuah istana di kampung halaman tempat daerah kita berasal, namun mungkin kita tidak akan tinggal selamanya disitu, namun jika kita membangun istana di akherat maka kita akan tinggal selamanya disana, maka mulailah membangun istana di akhirat dengan cara amal ibadah kepada Allah Azza Wajalla selama didunia, waallahua'lam. "
Hari akhirat, hari setelah kematian yang wajib diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang beriman kepada Allah ta’ala dan kebenaran agama-Nya. Hari itulah hari pembalasan semua amal perbuatan manusia, hari perhitungan yang sempurna, hari ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia, hari yang pada waktu itu orang-orang yang melampaui batas akan berkata dengan penuh penyesalan.
يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
“Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (Qs. Al Fajr: 24)
Maka seharusnya setiap muslim yang mementingkan keselamatan dirinya benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal abadi ini. Karena pada hakikatnya, hari inilah masa depan dan hari esok manusia yang sesungguhnya, yang kedatangan hari tersebut sangat cepat seiring dengan cepat berlalunya usia manusia. Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Hasyr: 18)
Dalam menafsirkan ayat di atas Imam Qotadah berkata: “Senantiasa tuhanmu (Allah) mendekatkan (waktu terjadinya) hari kiamat, sampai-sampai Dia menjadikannya seperti besok.” (Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Ighaatsatul Lahfan (hal. 152 – Mawaaridul Amaan). Beliau (Abu Qatadah) adalah Qotadah bin Di’aamah As Saduusi Al Bashri (wafat setelah tahun 110 H), imam besar dari kalangan tabi’in yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (lihat kitab Taqriibut Tahdziib, hal. 409)
Referensi dr "perjalanan ke akhirat", dr Ustadz Abdullah Taslim di web muslim.or.id.co

Ketika bid'ah mengikis amalan Sunnahnya, hisab kelak dimulai dari rumah kita.


Ketika melintas di Jl.Balam Pekanbaru, didepan sd ada seorang jamaah traveling yang hidup diemper trotoar, dengan berbekal seadanya ia menetap diatas trotoar, kebutuhan hidupnya ditopang dengan berjualan snack kepada anak sd didekat dia menetap, dia menganggap dirinya musafir yang zuhud, subhanaallah, setau saya bukan seperti ini pemahaman zuhud yang benar sesuai syariat, karena yang dimaksud zuhud adalah memilih sederhana meskipun punya kemampuan bergaya hidup mewah, bukan memiskinkan diri, atau berusaha menjadi gelandangan, ini zuhud yang salah, subhanaallah. Juga saya memikirkan anggota keluarga yang ditinggalkan, apakah mereka rela kerabatnya menjadi gelandangan? Apakah keluarganya tidak malu? Apakah anggota keluarga dia membenarkan cara hidup seperti ini?, semua diawali dari syubhat amalan yang dikira berdakwah sesuai Sunnah, padahal jauh dari sunnahnya, karena dakwah yang utama adalah mendakwahi keluarganya, subhanaallah.
Beberapa hari yang lalu juga sempat diundang kesebuah rumah yang tuan rumahnya juga mengikuti jamaah traveling, dr bapaknya sampai anaknya aktif traveling kebanyak tempat, dan itu diceritakan dengan bangga kepada saya, namun lihat keadaan keluarga itu jadi miris, seperti nya kehidupan mereka jauh dari cukup, maklum mereka jarang bekerja, waktu mereka banyak dihabiskan untuk traveling sehingga keadaan keluarga mereka kurang perhatian terutama dari sisi nafkah, subhanaallah, sungguh menyedihkan.
Padahal Islam dr kata dasarnya adalah menyelamatkan, menyelamatkan umat manusia dari kerusakan dan keterpurukan dunia dan akhirat, maka kalau diamalkan malah merusak dan bikin makin terpuruk tentu datangnya bukan dari pemahaman Islam yang benar, waallahua'lam.
Dua kasus diatas menunjukkan bahwa amalan yang datangnya d bukan dari Allah dan RasulNya justru malah merusak kehidupan manusia, waallahua'lam.
Ketika membahas Surat At tahrim 6 Ustadz Maududi Abdullah menjelaskan, " ayat ini adalah perintah Allah Azza Wajalla agar kita menjaga keluarga kita untuk selalu selalu beramal ibadah dan selalu diatas jalan yang diridhoi oleh Allah Azza Wajalla, juga perintah Allah Azza Wajalla agar menjaga keluarga kita dari bermaksiat kepada Allah. Dan ayat ini juga menegaskan bahwa kelak hisab dimulai dari diri sendiri kemudian keluarga, maka ada sekelompok orang berdakwah jauh dari rumah berlawanan dengan makna pada ayat ini, kenapa mereka menyelamatkan orang yang jauh dari rumah padahal kelak hisab dimulai dari rumah?, dan tidak ada jaminan sama sekali bahwa keluarga kita kelak selamat dari azab neraka, waallahua'lam ".
Marilah kita perhatian perintah Allâh Yang Maha Kuasa berikut ini :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
[at-Tahrîm/66:6]
‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku” [HR. At Tirmidzi no: 3895 dan Ibnu Majah no: 1977 dari sahabat Ibnu ‘Abbas. Dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no: 285].
Hadits di atas, hadits yang sangat mulia. Sebuah hadits yang menunjukkan agar manusia bersikap mulia dan berlaku jujur. Begitu pula bagi seorang suami khususnya, karena ia sebagai pemimpin dan bertanggung jawab kepada keluarga. Maka menjadi keharusan, agar kita mencerna tingkat urgensinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت) متفق عليه
“Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin.” (Muttafaqun alaih)
referensi "RUMAH, MEMBONGKAR RAHASIA LELAKI"
Oleh
Syaikh Abdul Malik Ramadhani Hafizhahullah
di web almanhaj.or.id.co

Buku "Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah"


Penulis: Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya : "Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih." (QS.asy-Syu'araa' : 88-89)
Aqidah adalah perkara yang amat penting dan kewajiban yang paling besar yang harus diketahui oleh setiap Muslim dan Muslimah. Karena buku Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah sangat layak dimiliki sebagai dasar aqidah seorang Muslim.
Sesungguhnya sempurna dan tidaknya suatu amal, diterima atau tidaknya, bergantung kepada aqidah yang benar. Kebahagiaan dunia dan akhirat hanya diperoleh oleh orang-orang yang berpegang pada aqidah yang benar ini dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menafikan dan mengurangi kesempurnaan aqidah tersebut.
Aqidah yang benar adalah aqidah al-Firqatun Naajiyah yaitu golongan yang selamat, aqidah ath-Thaaifatul Manshuurah adalah golongan yang dimenangkan Allah, aqidah Salafush Shalih, aqidah Ahlul Hadist, dan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Buku Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah ini menjelaskan tentang aqidah dan manhaj yang benar dari kitab para ulama terdahulu dengan dalil-dalil yang shahih dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, penjelasan para Sahabat -radhiyallahu'anhum-, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in -rahimahumullah-, serta para Ulama yang mengikuti jejak mereka dengan baik.
Buku Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas berusaha mengambil rujukan yang benar dan ilmiyah, diambil dari kitab-kitab rujukan yang telah diakui keotentikanya dalam masalah aqidah oleh para ulama Ahlus Sunnah dari zaman dahulu hingga sekarang, agar aqidah dan manhaj ini dipahami oleh Ummat Islam dengan benar, diyakini seyakin-yakinnya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selamat membaca...!
Tebal 651 halaman. (Hardcover)
Harga Rp. 140,000, harga belum termasuk ongkos kirim, bagi teman yang berminat silahkan inbox atau hubungi WA 081378517454, semoga menjadi info manfaat, syukron.

Buku Kifayatul Akhyar Mengurai Fikih Madzhab Syafi’i Set 2 Jilid


Penulis: Imam Taqiyudin Abu Bakar Bin Muhammad Al-Husaini
Penerbit: Al-Qowam
Judul Kitab Asli: Kifayatul Akhyar fi Halli Ghayatil Ikhtishar
Penerjemah: Rohmatulloh Ngimaduddin
Ukuran: 17,5 cm x 25 cm
Cover: Hard Cover
Berat: 1.700 Gram
Tebal: 772 & 616 halaman
Resensi:
Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam dan shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Buku ini “Buku Kifayatul Akhyar Mengurai Fikih Madzhab Syafi’i Set 2 Jilid” .
Kifayatul Akhyar merupakan syarah Matan Ghayatul Ikhtishar. Syaikh Taqiyudin telah mensyarah berbagai masalah fikih yang terdapat dalam matan tersebut secara mudah berdasarkan tulisan-tulisan Imam Nawawi, Terutama Raudhatut Thalibin, Syarah Muhadzab, Syarah Shahih Muslim, Al-Minhaj, At-Taqrib, At-Tahdzib, Al-Irsyad, Khulashatul Ahkam, dan sebagainya.
Buku ini, Matan Ghayatul Ikhtisar atau dikenal dengan Matan Abu Syuja’ merupakan matan fikih madzhab Syafi’i yang istimewa. Bahasanya mudah. Di matan ini kita jarang menemukan hal-hal rumit seperti pada matan-matan fikih madzhab Syafi’i lainnya. Oleh karena itu, matan ini menjadi pegangan para ulama di zamannya dan sesudahnya. Para ulama madzhab banyak yang memberikan perhatian kepadanya, baik dengan mensyarah, membuatkan nazham, atau pun membuat ikhtisarnya.
Dengan membaca buku ini akan mengantarkan Kita ke dalam sebuah rihlah ilmiah yang mengasyikkan dalam fikih madzhab Syafi’i.
Selamat membaca, Selamat belajar.
Harga satu set(2 jilid) 325 ribu, harga belum termasuk ongkos kirim, bagi teman yang berminat silahkan inbox atau hubungi WA 081378517454, semoga menjadi ilmu manfaat, syukron.

Thursday, April 20, 2017

Anti kitab terjemahan adalah perilaku Kolonial Belanda.


Diinbox saya banyak dikirimi pesan bernada sinisme, diantaranya " kitabmu terjemahan", atau kadang ada seseorang bilang "dasar ngaji kitab terjemahan", kalau ditanya balik, " apakah kitab terjemahan haram?", dia langsung diam, karena memang tidak ada satupun ulama melarang kita membaca kitab-kitab karya ulama yang sudah diterjemahkan, memang sih yang ideal membaca kitab dalam ilmu agama adalah dalam bahasa Arab, namun tidak semua orang punya kemampuan itu. Lagian para ustadz di kajian Sunnah rata2 lulusan Univ. Madinah, dan jelas disana dalam belajar mengajar bukan menggunakan kitab terjemahan bahasa Indonesia.
Ini sebenarnya sungguh bikin sedih mungkin seseorang yang sinis terhadap kitab2 terjemahan terpengaruh kyainya atau ustadznya yang tidak suka akan dakwah Sunnah akhirnya berstatment sembarangan.
Asal tau saja dalam sejarah Indonesia pihak yang menghalangi dan melarang kitab Alquran dan kitab karya para ulama untuk diterjemahkan adalah Pemerintah Imperalis Belanda, selama berabad-abad Penjajah Belanda membatasi menerjemahkan ayat-ayat Alquran, bahkan mengancam para kyai dijaman itu agar tidak terlalu menjelaskan Alquran secara terang. Belanda takut jika umat muslim di Indonesia tau dan paham kandungan dalam Alquran menjadikan umat muslim di Indonesia mengetahui mana yang hak dan mana bathil, mana halal dan mana haram dst., sehingga dapat memicu semangat perjuangan umat muslim untuk melawan Penjajah Belanda, dan ini akan jadi masalah bagi pemerintah Belanda saat itu. Pemerintah Belanda lebih suka umat muslim selamanya bodoh sehingga dapat diperdaya selamanya.
Berikut kutipan dari Buku "Habis Gelap terbitlah terang", kumpulan surat RA.Kartini kepada sahabatnya, kutipan ini menggambarkan betapa sulitnya memahami isi Alquran, karena tidak ada terjemahannya, karena memang dilarang oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
--------------------------
Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;
Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?
Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.
Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.
Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?
RA Kartini melanjutkan curhat-nya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim ke Ny Abendanon.
Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.
Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kita ini teralu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.