Thursday, April 20, 2017

Dengan mengingat kematian kita akan jadi orang cerdas.


Dalam sebuah kajian tentang fiqih jenazah, Ustadz Khalid Basalamah meminta panitia membuat lubang di tanah dihalaman masjid, lobang itu seukuran mayat guna praktek penyelenggaraan jenazah, setelah menyampaikan materinya beliau menanyakan kepada jamaah siapa yang mau menjadi sukarelawan untuk dijadikan obyek praktek penanganan mayat, dan tidak berselang lama ada seorang pemuda mengajukan diri sebagai relawan. Setelah itu si pemuda dikafani dan dimasukkan kedalam lubang tanah, dia hanya lima menit didalam tanah, setelah itu keluar. Setelahnya si pemuda dibuka kafannya kemudian Ustadz Khalid Basalamah bertanya kepada si pemuda tentang pengalaman menjadi mayat dan dimasukkan kedalam liang lahat, ketika si pemuda meraih mic dan menjawab pertanyaan ustadz didepan jamaah kajian tiba-tiba dia memangis kesenggukan dan menyampaikan pengakuan sangat menakutkan menjadi orang mati, dia juga menyampaikan penyesalannya atas dosa selama ini, spontan dia mengakui dosa yang selama ini pernah dilakukannya seperti durhaka kepada orang tua dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Hal serupa juga terjadi kepada lima relawan lainnya yang dijadikan obyek latihan penyelenggaraan jenazah, kebanyakan merasa sangat takut akan kematian, dan berjanji akan istiqomah dalam amal ibadah, MasyaAllah, kematian memang jadi pengingat sebenarnya kepada manusia, agar tetap istiqomah dalam amal ibadah dan menjauhi kemaksiatan.
Dalam kajian yang lain Ustadz Abu Zubair Haawary menyebut, "jika anda ingin istiqomah dalam amal ibadah maka ingat selalu kematian, dengan selalu mengingatnya anda akan tau bahwa pahala dari amal ibadah yang kumpulkan masih sangat sedikit sementara dosa yang anda perbuat sangatlah banyak, dengan demikian mendorong anda untuk selalu beramal ibadah sebaik mungkin dan berusaha sekuat tenaga menjauhi segala bentuk kemaksiatan."
Orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkannya dengan iman yang shahih (benar), tauhid yang khalish (murni), amal yang shalih (sesuai dengan tuntunan), dengan landasan niat yang ikhlas, itulah orang-orang yang paling berakal.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ
Dari Ibnu Umar, dia berkata: Aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada Beliau, kemudian mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia bertanya: “Wahai, Rasulullah. Manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?” Beliau menjawab,”Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” Dia bertanya lagi: “Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?” Beliau menjawab,”Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdik.” [HR Ibnu Majah, no. 4.259. Hadits hasan. Lihat Ash Shahihah, no. 1.384].

No comments:

Post a Comment