Sunday, April 2, 2017

Kenapa pelaku kebid'ahan dianggap orang yang sangat sombong.


Dalam sebuah diskusi di depag para pembela bid'ah hasanah dibuat terdiam oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, " agama ini sudah sempurna, tidak perlu ditambah dan dikurangi, kalau anda mengatakan perlu tambahan(bid'ah) dalam agama ini tentu bertentangan dengan perkataan Allah Azza Wajalla dalam Al Maidah 3, bahwa agama ini sudah sempurna ketika disampaikan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam. Dengan mengatakan bid'ah hasanah diperlukan dalam agama ini sama hal membuat catatan kaki dibawah ayat Al Maidah 3 itu, perbuatan demikian tentu bukan sifat seorang hamba yang wajib samina wato'na pada perkataan Allah dan RasulNya ".
Marilah kita renungkan hal ini pada firman Allah Ta’ala,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Ma’idah [5] : 3)
Seorang ahli tafsir terkemuka –Ibnu Katsir rahimahullah– berkata tentang ayat ini, “Inilah nikmat Allah ‘azza wa jalla yang tebesar bagi umat ini di mana Allah telah menyempurnakan agama mereka, sehingga mereka pun tidak lagi membutuhkan agama lain selain agama ini, juga tidak membutuhkan nabi lain selain nabi mereka Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah menjadikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi, dan mengutusnya kepada kalangan jin dan manusia. Maka perkara yang halal adalah yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam halalkan dan perkara yang haram adalah yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam haramkan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, pada tafsir surat Al Ma’idah ayat 3)
Dalam kajian lain Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, " jalan lurus hanya jalan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, yang dimaksud adalah semua tingkah laku dalam ibadah harusnya mengikuti apa yang diajarkan dan diamalkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi, oleh karenanya seorang Ahlu Sunnah sejatu berjalan dibelakang dalil sahhih, mempelajari apa kandungan Al Quran dan Asunnah yang sahhih kemudian mengamalkan nya dalam kehidupan. Seorang Ahlu Sunnah sejati ikhlas atas pemberian Allah dan RasulNya. Sementara pelaku amalan bid'ah mereka beramal dulu kemudian mencari dalil syar'i atas amalan2 bid'ah merrka, ini merupakan bentuk kesombongan luar biasa dari para pelaku amalan bid'ah, karena memaksakan Allah dan RasulNya mengikuti kemauan mereka, jika hal keadaan demikian tidak jelas siapa yang berposisi sebagai hamba dan siapa yang berposisi sebagai Rabb dan Rasul?". Kesombongan mereka yakni seakan lebih tau dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam mana jalan kesurga dengam amalan2 bid'ah nya, dan ini jelas sesuatu yang mustahil ada seseorang dimuka bumi ini lebih tau jalan kesurga dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam? ".
Allah berfirman:
“Artinya : Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Mahamendengar lagi Maha-mengetahui.” [Al-Baqarah: 137]
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah (wafat tahun 751 H) berkata: “Pada ayat ini Allah menjadikan iman para Shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai timbangan (tolak ukur) untuk membedakan antara petunjuk dan kesesatan, antara kebenaran dan kebatilan. Apabila Ahlul Kitab beriman sebagaimana berimannya para Shahabat, maka sungguh mereka mendapat hidayah (petunjuk) yang mutlak dan sempurna. Jika mereka (Ahlul Kitab) berpaling (tidak beriman), sebagaimana imannya para Shahabat, maka mereka jatuh ke dalam perpecahan, perselisihan, dan kesesatan yang sangat jauh…”
Kemudian beliau rahimahullah melanjutkan: “Memohon hidayah dan iman adalah sebesar-besar kewajiban, menjauhkan perselisihan dan kesesatan adalah wajib. Jadi, mengikuti (manhaj) Shahabat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kewajiban yang paling wajib.”
Jalan lurus hanya milik Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam
Terkandung dalam Firman Allah Azza Wajalla berikut ini:
“Artinya : Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” [Al-An’aam: 153]
Sumber referensi almanhaj.or.id

No comments:

Post a Comment