Saturday, March 31, 2018

PENGATUR RIZKI HANYALAH ALLAH TA’ALA SEMATA.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu diceritakan seorang teman dari sebuah daerah di Indragiri Hulu, Riau, seiring berkembangnya dakwah Sunnah didaerah itu ada beberapa orang yang ingin mendirikan masjid dan sekolah madrasah berpaham Sunnah dengan sumber dana dari beberapa usaha diantaranya adalah liur burung walet. 
Semula mereka ragu akan keberhasilan usaha liur burung walet, maklum karena modalnya lumayan besar yakni sekitar 350 juta, namun karena mereka sangat ingin mendirikan masjid yang cukup besar lengkap dengan kelas madrasahnya maka akhirnya mereka mengumpulkan modal untuk usaha liur walet itu, setelah berjalan beberapa bulan rupanya hasilnya sangat luar biasa, rata-rata sebulan sampai 8 kg, dengan kualitas yang sangat bagus sehingga dihargai tinggi oleh pembeli, sekitar 10 juta, jadi hasilnya sekitar 80 juta perbulan, MasyaAllah, mereka yang semula ragu akhirnya sangat heran melihat hal tersebut, karena jika mereka usahakan sarang walet tersebut sendiri paling maksimal hanya sekitar 6 kg sebulan. Dan hal ini bikin beberapa orang masyarakat heran karena gedung-gedung sarang walet yang sama didaerah itu bahkan rata-rata cuma menghasilkan 4 kg sebulan. Sungguh benar Allah Ta’ala dengan segala firmanNya, urusan rizki Allah Ta’ala lebih mengetahui.
Akhirnya dengan hasil besar tersebut dalam waktu singkat telah dapat dibangun sebuah Masjid Besar dengan kapasitas 1000 orang, juga terbangun kelas2 madrash, MasyaAllah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yangterbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 553)
Sumber "Tak perlu kuatir soal rizki", oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc di Rumoysho.co

Friday, March 30, 2018

BAGAIMANA MEMBEDAKAN ULAMA ATAU BUKAN?



Dalam masyarakat dengan mudah seseorang digelari ulama hanya karena dia punya ilmu tentang agama atau sering ceramah di mushola dan masjid atau acara kajian ilmu agama, padahal belum tentu orang yang disebut-sebut masyarakat sebagai ulama adalah ulama yang beenar-benar ulama sesuai tinjauan dalil sahhih. Definisi ulama sudah disampaikan sendiri oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, yakni ulama sesungguhnya adalah pewaris ajaran para nabi.
Maka kalau ada seseorang disebut sebagai ulama namun amalannya adalah amalan tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad Shalallalahu alaihi wa sallam tentu dia bukanlah ulama.
Semisal ada seseorang mengamalkan tahlil kematian, maulid nabi, shalawat nariyah, haul, musik Islami dan seterusnya, dan sering oleh masyarakat dipanggil ulama, tentu dia bukan ulama sebenarnya yang dimaksudkan oleh Rasululllah, karena Nabi Muhammad Shalallalahu alaihi wa sallam atau bahkan nabi manapun tidak pernah mewariskan amalan maulid nabi, shalawat nariyah, tahlil kematian, haul, musik Islami dan seterusnya, waalahua'lam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ



“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. al-Imam at-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimah-nya, serta dinyatakan sahih oleh al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan, “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 182, dan Shahih at-Targhib, 1/33/68)

MASJID RAUDHATUL JANNAH PEKANBARU, MASJID BERBASIS KAJIAN SUNNAH.



Masjid ini dimulai dengan didirikannya Yayasan nadwah islamiyah didirikan pada tanggal 15 maret 2007 oleh ustadz Armen Halim Naro rohimahulloh, kemudian di dalam perjalanannya di teruskan oleh Ustadz Maududi Abdululloh, Lc dan Ustadz DR. Aspri Rahamat Azai,MA dan Pada tahun 2011 yayasan nadwah mendapatkan wakaf tanah yang terletak di jalan Pusat Kota Pekanbaru dan kemudian tahun 2011 di mulai di bangun RAUDHATUL JANNAH ISLAMIC CENTER.
VISI :
Menjadi Pusat Pembinaan dan Penyebaran Dakwah Ahlusunnah di Provinsi Riau
MISI :
Membina Generasi Muda Sebagai Motor Penggerak dakwah
Menyelengarakan kajian-kajian islam yang bersekala nasional dan Internasional
Menyelengarakan program penyebaran dakwah dan kajian islam melalaui media massa
Menyelengarakan pembinaan umat melalui diklat dan pelatihan
Menjalankan fungsi sosial
Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru mengajak Saudaraku kaum muslimin dan muslimat yang di rahmati Alloh Ta’ala, mari berlomba-lomba dalam kebaikan, semoga Alloh Ta’ala membangunkan rumah untuk siapa saja yang menyumbangkan hartanya untuk membangung masjid ikhlas karena Alloh ta’ala.
Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru Sebagai sarana ibadah kaum muslimin, sarana pengkajian, sarana pendidikan dan penyebaran ilmu syar’i yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman para sahabat. Sarana pembinaan Akhlak dan peningkatan sumber daya umat di segala bidang sara informasi dan komunikasi antar kaum muslimin.
Sumber jasapekanbaru. co

Thursday, March 29, 2018

MAYORITAS MUSLIM DI NEGRI KITA PELIT SEDEKAH?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dahulu sebelum terjun dalam kegiatan dakwah membantu kegiatan para ustadz, cerita betapa sulitnya mencari dana untuk mendukung kegiatan dakwah saya kira cuma bualan atau keluh kesah saja, namun begitu saya terjun langsung baru tau itu benar-benar nyata. 
Pernah beberapa tahun yang lalu saya datang ke seseorang Muslim yang kaya raya, dan sampai saat ini sering datang kepadanya, dia punya beberapa perusahaan dengan omzet mulai ratusan juta sampai milyaran, namun ketika kami mintai sedekah berupa Mushaf ataupun dana sampai hari ini tak satupun Mushaf dia sumbangkan dan tidak serupiahpun dia sumbangkan, sungguh miris.
Mungkin benar juga apa yang dilansir MUI pusat tahun kemarin, kesadaran sedekah umat Muslim di Indonesia sangat minim, bayangkan saja potensi Zakat Mal yang dihitung oleh MUI adalah 200 trilyun pertahun, namun faktanya yang terjadi yang terserap dan tersalurkan hanya 3 triliun rupiah saja, jadi masih ada 197 trilyun didompet dan rekening umat Muslim Indonesia, subhanaallah.
Jika benar demikian bagaimana Islam akan berjaya jika mayoritas Muslim sendiri tidak peduli kepada agamanya?
Mungkin benar sabda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam soal ini, umat Muslim di akhir jaman akan musnah, disebabkan keadaan mereka yang seperti buih dilautan, karena cinta dunia dan takut mati.
Semoga Allah Ta'ala menggerakkan hati Muslim di Indonesia untuk tergerak bersedekah mendukung agamanya, aamiin.
Hadits tentang penyakit wahn,
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ».
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud).
Sumber referensi Rumoysho.co

Wednesday, March 28, 2018

KEMBALI KE TITIK NOL



Oleh Siswo Kusyudhanto 

Benar kata Ustadz Armen Halim Naro Lc.Rahimahullah. jika ingin melembutkan hati kita datangi orang-orang yang ditimpa kesusahan, seperti datang ke rumah yatim piatu, panti jompo, dan kuburan, kita akan menyaksikan banyak orang disekeliling kita sedang dalam keadaan lemah dan sudah mati, dengan sendirinya kita seperti kembali ke titik NOL, tiba-tiba runtuh semua kesombongan kita, hilang sudah ke"AKU"an kita melihat penderitaan orang-orang itu, dan berganti dengan rasa syukur kepada Allah Ta'ala atas nikmat yang diberikan kepada kita, bersyukur keadaan kita lebih baik dari sebagian orang lain, dan jadi ikut peduli kepada orang yang menderita dengan berusaha membantunya, insyaAllah.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.

Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.”

TAKHRIJ HADITS:
Hadits ini Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri (no. 6490); Muslim (no. 2963 (9)), dan ini lafazhnya; At-Tirmidzi (no. 2513); Dan Ibnu Majah (no. 4142).

Sumber referensi almanhaj.or.i

Tuesday, March 27, 2018

KENAPA TIDAK BOLEH BERHENTI DALAM DAKWAH.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Melihat banyak ustadz sangat semangat dalam dakwah bikin saya semangat juga mendukung mereka, seperti misal Ustadz Fauzan, beliau berdakwah sampai jauh kepelosok menyampaikan risalah tidak saja di pondok pesantren, masjid dan mushola, bahkan beliau berdakwah sampai ke kantor polisi, penjara dan banyak tempat yang mungkin sedikit tersentuh dakwah Sunnah. 
Demikian juga dengan Ustadz Firdaus Baasyir, pimpinan Pondok bagi Fakir Miskin, Al Markiz, beliau berdakwah ke dusun-dusun, desa-desa bahkan sampai masuk kedalam hutan untuk mendakwahi suku pedalaman yang tentu jauh dari dakwah apapun.
Dan banyak lagi ustadz yang tidak kenal lelah dalam berdakwah yang patut diteladani, mereka berusaha menjelaskan aqidah dan syariat ini kepada masyarakat luas.
Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah mengatakan, "dakwah bagi agama ibarat seperti udara bagi manusia, selalu dibutuhkan, wajib bagi setiap Muslim untuk berdakwah, karena jika kita berhenti berdakwah maka akan ada ruang kosong yang ditinggalkan, dan ruang kosong itu akan diisi oleh para penyeru kemaksiatan dan penyimpangan."
Dakwah merupakan salah satu syariat dalam agama ini, dakwah menjaga agama ini agar selalu eksis diatas permukaan bumi, dan dakwah menjadi jalan bagi turunnya hidayah yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada hambanya, waallahua'lam.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” [Ali Imrân/3:104]

JIKA SUDAH DISESATKAN ALLAH TA’ALA, 1000 USTADZPUN TIDAK AKAN DAPAT MELURUSKANNYA.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Melihat beberapa teman berusaha istiqomah diatas ketaatan untuk beramal ibadah, dan berusaha bertaubat dari kemaksiatan serta penyimpangan di masa lalu bikin hati haru, dan menjadi pelajaran penting untuk saya pribadi. 
Ada seorang teman yang berusaha sekuat tenaga lepas dari perkara-perkara riba yang masih melekat padanya, ada teman yang berusaha lepas dari menikmati musik, ada juga teman yang menjauhi pacaran, dan seterusnya. Dari sekian banyak teman yang berusaha hijrah ada satu kisah seorang akhwat yang dulu suka melakukan maksiat dan saat ini berusaha bertaubat, salah satu yang membekas dari perbuatannya di masa lalu adalah tato dibagian tubuhnya, karena untuk menghilangkan tato dia takut merasa kesakitan sehingga saat ini masih juga dia bertato meskipun dia sudah berhijab syar'i dan juga bercadar, dan dia selalu berusaha istiqomah diatas ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, meskipun lingkungan disekitarnya mencibirnya, MasyaAllah.
Dalam sebuah kajian Ustadz Syafiq Reza Basalamah mengatakan, "Jika Allah Ta’ala sudah menyesatkan seseorang kemudian 1000 ustadz atau kyai dikirim kepadanya untuk menasehati dia maka tak akan dapat merubahnya sedikitpun ke arah yang lebih baik, atau sebaliknya jika Allah Ta’ala sudah memberi hidayah kepada seseorang jika kemudian dikirim 1000 preman kepadanya untuk membuat dirinya sesat tak akan sedikitpun dapat menyesatkannya. Oleh karena itu kewajiban kita untuk selalu berdoa kepada Allah Ta’ala agar selalu diberikan hidayahNya, dan dijauhkan dari jalan kesesatan, waallahua'lam . "
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ٨:٥٦
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [Al Qashash/28 : 56]

Monday, March 26, 2018

DAKWAHLAH DENGAN AKHLAK MULIA



Oleh Siswo Kusyudhanto
Tadi sore saat Ashar saya sempatkan shalat di sebuah masjid yang tahun kemarin kami sumbang beberapa buku saku mengenai shalat, juga kami sumbang poster bagaimana wudhu dan shalat sesuai Sunnahnya, dan saya lihat banyak perubahan pada jamaah masjid ini, dulu di masjid tersebut jika kita dekatkan kaki kita saat Shalat berjamaah pasti dihindari, padahal syarat sempurnanya shalat berjamaah adalah rapatnya posisi makmum. Alhamdulillah sekarang di masjid itu sudah terpola jamaahnya mengikuti Sunnahnya, rapat antara jamaah satu dan lainnya. Demikian juga dulu selesai shalat shalat berjamaah maka setelahnya ada dzikir berjamaah, alhamdulillah di masjid itu sudah tidak ada lagi hal demikian, namun imam dan makmum berdzikir masing2 mengikuti amalan Sunnahnya.
Benar kata para ustadz, dakwah harus dengan cara yang baik, kami tidak katakan melafadzkan usholi sebelum shalat adalah bid’ah, kami juga tidak mengatakan bahwa shaf shalat berjamaah renggang adalah keburukan, kami juga tidak katakan dzikir berjamaah adalah amalan bid'ah, namun kami beri buku tentang shalat, kami pasang posternya agar ilmu dari buku yang kami berikan juga ilmu dari poster panduan shalat berjamaah sampai kepada para pembacanya.
Alhamdulillah berkat usaha dakwah yang tepat, juga kemudahan yang diberikan oleh Allah Ta’ala ada buah dari apa yang kami lakukan , waallahua'lam.
Semoga dari peristiwa tersebut kami dan teman-teman yang membaca posting ini dapat mengambil pelajaran penting soal dakwah, aamiin.
Beberapa waktu yang lalu saya banyak dinasehati oleh Ustadz Firdaus Baasyir, beliau pimpinan Pondok Pesantren Al Markiz, pondok yang diperuntukkan bagi kaum kurang mampu, beliau mengatakan, "banyak dakwah dalam masyarakat dari kalangan pemaham Salaf menemui kegagalan, penyebab utamanya mereka tidak dilandasi akhlak yang mulia dalam menyampaikan yang hak, padahal yang disampaikan adalah benar, disertai hujjah dari Alquran dan hadist sahhih, namun karena tidak disertai bagusnya akhlak akhirnya yang mereka sampaikan ditolak sebelum mereka yang awam dengar dan ketahui. "
Allah Ta’ala berfirman,
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (lemah lembut) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)
NB:terima kasih banyak kepada para donatur yang menyumbang sebagian rizkinya untuk dakwah kami, juga terima kasih kepada para ustadz yang telah memberikan banyak masukan, dan yang utama terima kasih kepada Allah Ta’ala yang telah memberi berjuta nikmat

CONTOH TAWADHU'NYA BELIAU


Oleh Siswo Kusyudhanto
Disebuah sesi tanya jawab kajian yang menghadirkan dua ustadz sekaligus yakni Ustadz DR. Syafiq Reza Basalamah dan Ustadz Abu Yahya Badrussallam, oleh moderator banyak pertanyaan dari jamaah yang sudah ditulis diatas kertas disodorkan kepada Ustadz Syafiq dan sangat sedikit pertanyaan diajukan moderator kepada Ustadz Badru, lalu Ustadz Syafiq bertanya kepada moderator, "kenapa banyak sekali pertanyaan kepada saya?', moderator berkata, "karena Ustadz Syafiq yang Doktor, maka pertanyaan kepada Ustadz Syafiq yang lebih banyak", dan Ustadz Syafiq berkata," MasyaAllah, Ustadz Badru sudah berdakwah dahulu daripada saya, ketika saya belum lulus-lulus dari Universitas Islam Madinah, Ustadz Badru sudah lulus dahulu daripada saya, maka disini menunjukkan Ustadz Badru adalah air sementara saya adalah debu".
Perkataan ini menunjukkan betapa tawadhu'nya Ustadz Syafiq, karena dalam perkara wudhu jika ada air maka kita akan menggunakan air dalam berwudhu', dan ketika air tidak ada maka debu digunakan untuk wudhu' dengan cara tayammum, MasyaAllah, semoga mampu meneladani beliau dalam perkara tawadhu', insyaAllah.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588). Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16: 142)
Sumber referensi " Hiasi diri dengan sikap Tawadhu'", karya Ustadz Muhammad Abduh Tausikal Msc. di muslim.or.id

HATI-HATI DARI BERITA HOAX


Oleh Siswo Kusyudhanto
Melihat link di sebuah posting yang menyebutkan bahwa salah satu ustadz pemateri kajian Sunnah bergabung dengan orang-orang yang selama ini dikenal mengamalkan amalan2 bid'ah, juga di posting lain juga ada teman menshare adanya peringatan maulid nabi besar-besaran di Masjid Nabawi, dan banyak berita serupa yang jika kita telusuri kebenarannya merupakan berita bohong semata, berita yang sengaja dibuat untuk menciptakan kegaduhan dan fitnah terhadap seseorang dan kelompok tertentu.
Hal ini terjadi karena mudahnya seseorang mendapatkan informasi dan juga menyebarkannya, semua ada digenggaman tangan, melalui hp dan gadget lainnya didukung jaringan internet saat ini yang luas dan derasnya informasi yang masuk, sayangnya dijaman ini sangat sedikit orang mampu memilah dan mau mengecek kebenaran berita yang diterimanya.
Dalam sebuah kajian Ustadz Abdullah Zein MA mengatakan, "banyak diantara kita ketika menerima berita atau informasi punya kebiasaan untuk mensharenya, bahkan seperti berlomba-lomba siapa duluan yang menshare berita itu dan bangga karenanya, padahal belum tentu yang kita sebarkan itu merupakan berita yang benar, dapat saja berita itu adalah berita bohong atau hoax.
Syariat dalam agama menyikapi hal ini sudah ada, sudah wahyukan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an, yakni ketika kita menerima berita yang pertama kita lakukan adalah menganalisa, mengecek kebenarannya, cross chek dari beberapa sumber berita dari arah yang berlainan, dan pertimbangkan mashlahat dan mudharat jika di share ke khalayak luas, jangan sampai ada mudharat yang menimpa seseorang, sebuah kelompok tertentu akibat berita yang kita share, dan pada akhirnya kita menyesali perbuatan itu dikemudian hari, waallahua'lam. "
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah, pent.), musuh-musuh kalian senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai kalian. Maka wajib atas kalian untuk selalu waspada, hingga kalian bisa mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar.
Sumber referensi, "BERITA DAN BAHAYANYA"
Oleh
DR Abdul Azhim Al Badawi
di almanhaj.or.id
Foto Himbauan hindari hoax dari Polresta Pekanbaru

SESEORANG TAMPA IBADAH SEPERTI IKAN TAMPA AIR



Oleh Siswo Kusyudhanto

Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Zubair Haawary mengatakan, " Diantara makna ibadah adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Ta'ala, tampa penolakan. tampa pembangkangan, dan tampa penyimpangan. Dan demikian adanya manusia diciptakan oleh Allah Ta'ala hanya untuk beribadah kepada Allah Ta'ala, maka ibadah merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, seperti ikan membutuhkan air. Dan sebaliknya manusia tampa ada ibadah dalam perjalanan hidupnya seperti ikan yang terlempar di daratan, dia menggelepar-lepar, meloncat-loncat diatas dunia yang fana ini.
Manusia yang hidupnya diisi dengan ibadah hidupnya nyaman dan hatinya tenang karena dia hidup sesuai fitrahnya yakni beribadah kepada Allah Ta'ala, sebaliknya manusia yang jauh dari ibadah, hidupnya penuh dengan pembangkangan dan penolakan terhadap syariat Allah Ta'ala hidupnya pasti susah, hidupnya terasa sempit dan selalu gelisah."

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56).

Saturday, March 24, 2018

MELEMBUTKAN HATI


Jika seseorang menemukan hatinya telah sakit.
Hati yang suka kepada maksiat
Hati yang tidak dapat disentuh
Hati yang suka membangkang kepada Allah Ta'ala.
Hati tidak dapat diberi nasehat
Hati yang tidak pernah bersedih.
Ini ciri hati yang sakit, maka bawa hati seperti ini ke tempat-tempat yang dapat melunakkan hatinya, bawa hati tersebut ke rumah sakit, hadapkan hati itu kepada orang-orang yang sakit agar mengetahui bagaimana melihat bagaimana orang mengerang kesakitan, orang yang sedang kesusahan dan yang sedang lemah menghadapi sakitnya.
Hati yang sakit seperti itu harus sering mengingat kematian, maka harus sering datang ke kuburan agar hati mengingat kematian.
Bawa bawa hati itu kepada orang-orang yang kesusahan seperti anak yatim piatu dan tanyakan perihal mereka,dan mengusap kepala mereka.
Bawa hati seperti itu ke penampungan para orang tua dan berbicara dengan mereka.
Dan juga doakan kepada Allah agar diberikan kelembutan hati, agar mau menerima syariat Allah Ta'ala, berdoalah agar memiliki hati yang tidak membangkang kepada syariat-syriat Allah Ta'ala.
Hati yang keras cara melembutkan yakni membaca Alquran dan maknanya, sering membaca Sunnah Rasulullah, datang kekajian-kajian ilmu agama, baca dan pelajari kisah-kisah orang sholeh, dengan demikian diharapkan dapat melembutkan hati.
Hati yang keras harus berteman dengan orang-orang sholeh, dengar nasehat dari mereka.
Jika sudah menjalankan itu, sudah melihat semua itu namun masih keras juga hatinya, maka menangislah, karena tangisan akan melembutkan hati.
Semoga kita memiliki hati yang lembut, hati yang mau menerima kebenaran, hati yang mau menerima nasehat dan hati yang mau menerima syariat-syariat Allah Ta'ala, aamiin.
Dikutip dari Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah Lc.
By Siswo Kusyudhanto

SEHARUSNYA PERHIASAN TERBAIK DISIMPAN RAPAT-RAPAT.


Wahai kaum pria, kenapa ketika engkau memiliki emas batangan atau permata engkau simpan didalam brankas dengan lapisan besi yang sangat tebal, karena engkau takut dicuri dan dinikmati orang lain.
Wahai kaum pria ketika engkau punya uang jutaan atau milyaran rupiah engkau simpan rapat dalam buku tabunganmu, dan sangat menjaga agar orang lain tidak mengetahui jumlahnya, engkau sangat takut uang itu diminta dan dinikmati orang lain.
Wahai kaum pria ketika engkau memiliki istri yang cantik rupawan kenapa justru engkau biarkan aurat tubuh dan wajahnya dinikmati orang lain?
Wahai kaum pria jagalah istrimu dengan membungkusnya dalam hijab syar'i, kalau perlu bercadar, agar dia jauh dari terfitnah syahwat dan menjadi dosa baginya dan yang melihatnya.
Wahai kaum pria ketahuilah bahwa wanita sholehah adalah sebaik-sebaik perhiasan didunia, maka jagalah melebihi emas dan permata, juga melebihi jumlah uang didalam kartu atmmu serta rekeningmu.
Pekanbaru, Maret 2017
By Siswo Kusyudhanto
----------------
Dari Abdulloh bin Amr, bahwa Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda : “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah”. (HR. Muslim 1467)

Friday, March 23, 2018

INI MUNGKIN BARU YANG NAMANYA IKHLAS ?



Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada seorang teman di kajian Sunnah, seorang pria yang sudah berkeluarga , hidupnya sederhana, kerjanya tidak tentu, kadang menjual ayam potong atau pekerjaan berdagang dipasar, kehidupannya seperti orang kebanyakan namun dibalik itu dia punya kebiasaan yang menurut saya hebat, dan jarang dilakukan orang dijaman dimana orang menyembah kepopuleran dan harta.
Teman ini punya kebiasaan dalam selang beberapa hari sekali menyisihkan sebagian uang dari hasil dia bekerja untuk diberikan makanan dan lalu dia berikan kepada orang-orang yang hidup dijalanan, seperti pemulung dan juga orang kehilangan akal yang tidur diemperan jalan, dan dia selalu menaruh ditempat dimana orang jalanan itu tidur tampa diketahui yang diberi, biasanya dia menunggu saat suasana sepi. Pernah suatu ketika saya masuks ebuah gang yang sepi saat itu memergoki dia menaruh sebuah makanan diatas tumpukan karton sebuah emperan toko, dimana disitu tinggal seorang wanita yang agak kurang waras, sementara si wanita kurang waras itu tidak ada ditempat, masyaAllah, bahkan dia ketika memberi makanan itu tidak berharap terima kasih dari yang diberi.
Jadi ingat kajian para ustadz ketika membahas ikhlas, sebuah perkara paling berat dalam agama ini, ikhlas dapat digambarkan dalam sebuah kisah hadist dimana seorang pelacur, berbangsa yahudi lagi, seseorang yang sangat rendah dalam timbangan agama Islam namun dia masuk surga, gara-gara hal sepele, yakni memberi minum seekor anjing yang kehausan, menurut para ulama inilah keikhlasa paling tinggi, ketika seseorang melakukan sesuatu dan tidak berharap apapun dari tindakannya, bahkan tidak berharap ucapan terima kasih dari seekor anjing, waallahua'lam.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus [al-Bayyinah/98:5]
Dan firman Allâh Azza wa Jalla :
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Rabb kamu itu adalah Rabb Yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Rabbnya.” [al-Kahfi/18:110]
Sumber referensi"IKHLAS DAN KEUTAMAANNYA
Oleh
Ustadz Abu Ismail Muslim Al-Atsari
di almanhaj.or

Thursday, March 22, 2018

IKUT KAJIAN JANGAN HANYA UNTUK DIPOSTING DI FACEBOOK, TAPI JUGA DIAMALKAN.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang dalam kajian rutin, Ustadz Abu Zubair Hawaary menyampaikan nasehat yang mengena di hati, terutama bagi saya yang sering menulis materi kajian para ustadz, beliau mengatakan, " Memposting materi kajian disosial media memang bagus, menjadi sarana dakwah bagi kita menyebarkan kebaikan kepada masyarakat luas, merupakan bentuk amalan dakwah amar ma'ruf nahi munkar, namun jangan ikut kajian hanya bertujuan untuk diposting dimedia sosial seperti Facebook saja, tapi tujuan ikut kajian yang utama yakni untuk mendapatkan ilmu dan kemudian diamalkan, karena ilmu diikuti oleh amal, jika terjadi ilmu tampa amal maka itu adalah sebuah kesia-siaan saja. "
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
القُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
Al-Quran akan menjadi hujjah (yang akan membela) engkau atau akan menjadi bumerang yang akan menyerangmu. (HR Muslim no 223)
Syaikh Utsaimin memberikan nasehat dan disampaikan di hadapan para mahasiswa Universitas Islam Madinah, bahwasanya ilmu itu hanya akan memberi dua pilihan, dan tidak ada pilihan ketiga, yaitu: [1] menjadi pembela bagi pemiliknya atau [2] akan menyerangnya pada hari kiamat jika tidak diamalkan.
Sumber referensi, "Ilmu tampa amal", karya Ustadz Firanda Adirja di Firanda. co

HILANGNYA SIKAP TOLERANSI SESAMA MUSLIM.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Mendengar kabar bahwa Ijin Pembangunan Masjid Imam Ahmad di Bogor dicabut oleh Pemda setempat karena alasan kekuatiran berdirinya masjid ini penyebab utama konflik horisontal antar kelompok umat Muslim didaerah Bogor dan sekitarnya. Ini sungguh miris, padahal masjid itu adalah pusat kajian Sunnah di kota hujan.
Anehnya penentang pembangunan masjid itu adalah keompok-kelompok yang menyuarakan toleransi dan Cinta NKRI, bahkan Cinta Allah dan Cinta Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam, padahal apa yang disyiarkan melalui Masjid Imam Ahmad Bin Hambal adalah seruan menjauhi paham khawarij, juga seruan agar menaati Allah dan RasulNya, termasuk menjauhi perkara-perkara syirik dan bid'ah.
Mungkin kita telah sampai kepada ujung jaman dimana kejahilan merajalela dan akibatnya penolakan dalil sahhih juga datang dari para pengikutnya sendiri, seperti larangan bid'ah itu bukan karangan syaikh atau karangan ustadz tapi memang keluar dari lesan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam yang mulia, dengan tujuan agar umatnya menjauhi amalan-amalan bid'ah yang ujungnya dapat menempatkan pelakunya berada di neraka.
Mungkin kita telah sampai kepada jaman dimana dalil sahhih hanya menjadi hiasan dinding, dan bukan melahirkan ketaatan.
Mungkin kita telah sampai dijaman dimana kajian agama lebih sesat dari konser dang dut, kalau gak percaya bikin saja konser dang dut besar-besaran di Kota Bogor, lengkap dengan sajian biduanita yang menjual auratnya mulai paha sampai dada di depan ribuan orang, maka tak satupun orang akan memprotesnya.
Aneh rasanya melihat sebagian besar umat Muslim sangat toleransi kepada umat agama lain, namun mereka sulit toleransi kepada sesama Muslim, mereka toleransi kepada kaum nasrani yang menganggap nabi sebagi Tuhan, mereka toleransi kepada umat agama lain yang menyembah patung dan sapi, mereka toleransi kepada kemaksiatan disekitarnya, mereka toleransi kepada perbuatan riba dan seterusnya, yang jelas melawan perkataan Allah dan RasulNya, namun mereka tidak toleransi kepada umat Muslim yang ingin memurnikan Tauhid dan As Sunnah, waallahua'lam.
Semoga Allah Ta'ala selalu menjaga dakwah As Sunnah yang sahhihah diatas muka bumi, aamiin.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Syaqiq, beliau berkata, “ِAku pernah bersama ‘Abdullah dan Abu Musa, keduanya berkata, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ فِيهَا الْعِلْمُ.
‘Sesungguhnya menjelang datangnya hari Kiamat akan ada beberapa hari di mana kebodohan turun dan ilmu dihilangkan.’”
Shahiih al-Bukhari, kitab al-Fitan bab Zhuhuuril Fitan (XIII/13, al-Fath).

IKHWAN KAJIAN SUNNAH PALING DIMINATI PEREMPUAN?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu saya dihubungi oleh seorang perempuan berstatus janda kelahiran Indonesia yang bekerja disebuah lemaga sosial milik pemerintah Amerika Serikat, dan dia sudah menetap selama belasan tahun di Amerika Serikat, dia meminta saya untuk mencarikan pria sebagai calon suaminya dari kalangan jamaah Kajian Sunnah. Ketika saya tanya kenapa alasannya memilih pria dari kalangan jamaah Sunnah? padahal banyak orang takut kepada jamaah Kajian Sunnah dengan fitnah wahabinya?. Dia mengatakan hal itu hanyalah fitnah belaka, dia juga menginformasikan bahwa sudah ada kajian Islam berbasis Sunnah di Kota Houston dan cukup besar jamaahnya.
Kenapa dia memilih calon suami dari kalangan kajian Sunnah, kata dia alasannya sederhana, pria yang mengenal paham Sunnah kebanyakan menjaga diri dalam beramal ibadah, juga kebanyakan pria pemaham Sunnah tidak merokok, mereka juga tidak menikmati musik sehingga mustahil nongkrong di Cafe atau diskotik, pria yang mengenal Sunnah juga tidak menggunakan jimat, tidak datang ke kburan-kuburan untuk mencari berkah, pria yang mengenal dakwah Sunnah menghindari perkara riba sehingga hartanya halal untuk dimakan sekeluarga, pria yang mengenal paham Sunnah tentu juga menjauhi amalan-amalan yang tidak ada tuntunannya(bid'ah), dan seterusnya, banyak kebaikan dimata perempuan dari pria yang mengenal Dakwah Sunnah.
Dia juga mengatakan, "selama hidup saya banyak melakukan kesalahan dan maksiat, oleh karenanya dengan sisa umur yang ada saya ingin punya suami dengan aqidah yang lurus sehingga dapat membimbing saya ke surga", masyaAllah.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al Hujurat: 13)

Tuesday, March 20, 2018

PEKANBARU MENUJU KOTA SUNNAH



Oleh Siswo Kusyudhanto 

Di beberapa titik di Kota Pekanbaru ada baliho yang memuat link atau channel tv Dakwah Sunnah yang berbasis di Kota Pekanbaru yakni Ashiil tv, lengkap dengan frekuensi parabolanya, temtu hal ini memudahkan bagi masyarakat luas untuk mendapatkan akses kajian Sunnah melalui media televisi. 
Semoga hal seperti ini juga muncul ditempat lain tidak saja di Kota Pekanbaru namun juga kota-kota lainnya di Indonesia, aamiin.

Teringat akan perkataan Ustadz Abdullah Zein MA, ketika beliau membahas bersikap positif dalam menggunakan media sosial, beliau mengatakan, "jadikan media sosial milik kita menyampaikan kebaikan, seperti menshare link kajian, jadwal kajian, maupun materi kajian para ustadz, dengan demikian diharapkan dapat menjadi jalan hidayah bagi orang lain yang melihatnya. Jangan sekali-kali meremehkan apa yang kita share, siapa tau dengan sebuah posting kita meskipun mungkin sederhana namun mengena dihati orang lain dan dapat menjadi hidayah bagi orang lain yang membacanya. Dan seperti disebutkan dalam sebuah hadist bahwa seseorang yang mengajak kebaikan kemudian diamalkan oleh orang yang kita ajak, maka pahalanya akan mengalir kepada yang mengajaknya tampa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya, waallahua'lam. "

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).

Monday, March 19, 2018

HANYA HISAB HARTA YANG ADA DUA PERTANYAAN.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah menyebutkan, "Dalam hisab masing-masing amalan akan ditanya satu pertanyaan, namun hanya dalam urusan harta yang ada dua pertanyaan, yakni dari mana harta engkau dapatkan dan kemana engaku belanjakan harta itu?. Bagi orang beriman akan hisab harta mereka akan berhati-hati dalam mencari harta mereka dan juga berhati-hati dalam membelanjakannya, sebaliknya orang-orang yang kafir terhadap hisab harta ini mereka tidak peduli dari mana harta mereka dapatkan, segala cara ditempuh untuk mendapatkan harta, bahkan dengan cara zalim sekalipun seperti berbuat zalim kepada orang lain dan juga dengan cara riba yang jelas diperangi oleh Allah dan RasulNya. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh sikap tamak pada diri mereka, padahal cara zalim dalam mendapatkan harta seperti perbuatan riba kelak akan mendapat azab yang keras atas perbuatan mereka, waallahua'lam. "
Semoga kita bukan termasuk orang yang tamak akan harta, dan selalu berhati-hati dalam mencari harta serta berhati-hati dalam membelanjakannya, aamiin. "
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
«لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ»
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya”.
(HR at-Tirmidzi (no. 2417), ad-Daarimi (no. 537), dan Abu Ya’la (no. 7434), dishahihkan oleh at-Tirmidzi dan al-Albani dalam “as-Shahiihah” (no. 946) karena banyak jalurnya yang saling menguatkan.)
Hadits yang agung ini menunjukkan kewajiban mengatur pembelanjaan harta dengan menggunakannya untuk hal-hal yang baik dan diridhai oleh Allah, karena pada hari kiamat nanti manusia akan dimintai pertanggungjawaban tentang harta yang mereka belanjakan sewaktu di dunia.
Sumber referensi "Mencari harta dan membelanjakannya", karya Ustadz Abdullah Taslim MA di muslim.or.id.

BERDAKWAHLAH YANG SANTUN SEPERTI PARA NABI DAN RASUL.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam kajian Hari Minggu kemarin ada pesan dari Ustadz Abu Zubair Hawaary yang menyentuh hati tentang cara berdakwah yang santun seperti yang dilakukan para Nabi dan Rasul.
Ketika itu beliau menjelaskan peristiwa dimana Nabi Ibrahim Alaihissallam mendakwahi ayahnya agar menjauhi perbuatan syirik dengan menyembah berhala, ustadz mengatakan, "Lihat bagaimana santunnya Nabi Ibrahim Alaihissallam ketika menasehati ayahnya dengan panggilan" ya Abati", itu merupakan panggilan kepada ayah yang sangat santun dalam masyarakat Arab, juga ketika mengingatkan ayahnya agar mentauhidkan Allah Ta’ala serta menjauhi perbuatan syiriknya menyembah berhala dilakukan Nabi Ibrahim Alaihissallam dengan sangat lemah lembut, padahal yang disampaikan beliau adalah perkara sangat besar yakni soal tauhid dan syirik. Ini teladan dalam berdakwah yang perlu kita ikuti, yakni berdakwah dengan lemah lembut.
Namun banyak terjadi dikalangan kita ketika berdakwah mereka sering menemui kegagalan, kenapa?, karena dalam berdakwah mungkin dilakukan dengan sangat keras dan cenderung memvonisnya, seperti misal seorang anak muda setelah mengetahui rokok adalah perkara haram dan ketika menasehati ayahnya yang masih merokok si pemuda langsung mengatakan, "ini perbuatan haram, ini pekerjaan membakar uang, dan ini perbuatan setan", tentu si ayah kaget karena dirinya disamakan dengan setan, dengan cara demikian si ayah akan berpendapat bahwa anaknya salah tempat dalam mengikuti kajian dan juga salah tempat untuk sekolah.
Atau ketika mengetahui ayahnya suka pakai cincin yang dianggap bertuah si anak dengan keras mengatakan, "ini perbuatan syirik, kelak perbuatan syirik akan kekal diazab di neraka", tentu si ayah akan terkejut disangkakan kekal diazab di neraka dan menilai anaknya salah pergaulan dan semacamnya.
Sepatutnya kita juga mengikuti cara berdakwah para Nabi dan Rasul dalam berdakwah, yakni dengan lemah lembut, karena niat baik dilakukan tampa cara yang baik maka hasilnya juga tidak akan baik. Niat yang baik harus disertai dengan cara yang baik dalam melakukannya, agar hasilnya kemudian juga akan baik, dan jangan lupakan doakan, waallahua'lam. "
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
Ingatlah ketika ia berkata kepada ayahnya; “Wahai Ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong engkau sedikitpun?”. [Maryam/19:42].
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [An-Nahl/16:125]
Sumber referensi almanhaj.or.id

BUKU TAFSIR SURAH ALFATIHAH DARI 10 ULAMA BESAR.


Setiap Muslim pasti mengetahui Surah Al-Fatihah, karena mereka biasa melafadzkannya dalam kehidupan sehari-hari, namun sangat sedikit diantara mereka mengetahui makna yang terkandung didalamnya, inilah kitab yang mengupas makna dalam surah tersebut.
Buku "Tafsir Surah Al Faatihah Menurut 10 Ulama Besar Dunia".
Penyusun: Abu Zahwa
Penerbit: Pustaka Azzam
Ukuran: 16 cm x 24 cm
Berat: 1,4 Kg
Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam. Buku ini akan membahas tentang tafsir surat Al-Fatihah menurut 10 ulama besar dunia yang sudah diakui kaum muslimin, mereka adala Sahabat Ibnu Mas’ud, Ibnu Katsir, As-Sa’di, Al -Baghawi, al-Qurthubi, ath-Thabari, al-Alusi, asy-Syaukani, asy-Syanqithi dan al-Utsaimin. Di antaranya isinya:
**
Al Hamdu Lillaahi Rabbil ‘Aalamin (Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam)
Ketika Allah Subhaanahu wa Ta’aala membuka kitab-Nya dengan basmalah, yang merupakan jenis pujian, kemudian hal itu sangat cocok disusul dengan pujian yang menyeluruh hingga puncak kesempurnaan, maka Allah pun berfirman: “Alhamdulliaahi Rabbil ‘Aalamin” (segala puji bagi Allah, tuhan seluruh alam). Itulah permulaan surah Al-Fatihah dan akhir doa penutup, sebagaimana firman-Nya: “Wa Aakhiru da’waahum Anil hamdu Lillahi Rabbil ‘Aalamin” (Dan penutup doa mereka ialah, “Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamin.”) (Qs. Yunus: 10)
..... dan seterusnya.
Harga buku 205 ribu, harga belum termasuk ongkos kirim, bagi teman-teman yang berminat silahkan hubungi WA 081378517454 Syukron.
By Siswo Kusyudhanto

ANTUM KIRA MERAIH SURGA ITU MUDAH?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Seorang teman bertanya kepada seorang ustadz di sebuah kajian, teman ini menyampaikan keluh kesahnya,
"Ustadz sejak saya hijrah dan bertekad meraih surga dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi kok semua bagian hidup saya terasa sulit dan berat.
Saya mau menghindari musik, malah sekeliling saya suka menikmati musik, mulai tetangga saya suka bunyikam musik keras-keras, datang ke walimahan juga ditampilkan musik dangdut dengan biduan yang penampilannya seronok dan seterusnya.
Saya ingin berbuat jujur, namun orang sekitar saya justru suka berbohong, teman kantor saya suka merubah kuitansi, ada atasan saya suka korupsi dan seterusnya.
Saya mau menghindari hal yang berbau riba, malah sekeliling saya pelaku riba dan penikmat riba, saudara saya kerja di bank, ada teman saya juga membungakan uang dan seterusnya.
Saya mau menghindari amalan2 bid'ah, malah sekitar saya banyak melakukan amalan2 bid'ah, mulai keluarga saya sendiri sampai tetangga.
Saya ingin menghindari amalan syirik malah ayah saya suka memakai jimat, ada famili saya suka ngalap berkah ke makam orang yang dianggap suci dan seterusnya.
Bagaimana menghadapi ini ustadz?. "
Ustadz menjawab, " ya memang akan menemui keadaan sulit dan berat jika seseorang ingin meraih surga, dan ini sudah disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam jauh-jauh hari, tinggal kita mampu atau tidak dalam menjaga diri agar selalu taat kepada Allah Ta’ala dan RasulNya meskipun kita ditimpa kesulitan, waallahua'lam. "
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)
Huffat: Berasal dari kata al-hafaf (الحَفَاف) yang berarti sesuatu yang meliputi sesuatu yang lain yang berarti surga dan neraka itu diliputi sesuatu. Seseorang tidak akan memasuki surga dan neraka kecuali setelah melewati hijab terebut. Dalam riwayat Bukhari kata huffat diganti dengan kata hujibat (حُجِبَت ) yang berarti tabir, hijab ataupun pembatas dan keduanya memiliki makna sama. Hal ini ditegaskan Ibnul Arabi sebagaimana dinukil Ibnu Hajar dalam Fathul Baari.
Al-Jannah: Kampung kenikmatan.
Al-Makarih: Perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) berupa ketaatan dan ketundukan terhadap aturan-aturan Allah Ta’ala.
An-Nar: Kampung siksaan dan adzab.
Asy-Syahawat: Nafsu yang condong kepada kejelekan-kejelekan.
Sumber referensi "Surga Diliputi Perkara Yang Dibenci Jiwa, Neraka Diliputi Perkara Yang Disukai Nafsu", oleh Ummi Farikhah di muslim.or.id