Tuesday, February 27, 2018

JIKA KEINGINAN MANUSIA DITURUTI SEMUA.


Oleh Siswo Kusyudhanto

Dalam sebuah kajian Ustadz Abdullah Zein MA., menyebutkan :
Dikisahkan seorang manusia, kemana-mana dia selalu berjalan kaki, suatu saat dia berfikir andai dia punya sepeda mungkin tidak capek. Maka dia berdoa kepada Allah agar keinginan bersepeda dapat terwujud, dan alhamdulillah keinginannya diwujudkan oleh Allah, maka senanglah hatinya.
Setelah bersepeda bertahun-tahun suatu hari dia berfikir, andai dia punya sepeda motor mungkin alangkah enaknya, lebih cepat sampai tujuan dan tidak capek. Maka dia berdoa kepada Allah agar keinginannya memiliki sepeda motor dapat terwujud, akhirnya Allah wujudkan keinginan orang itu memiliki sepeda motor, maka senang dan bahagia sekali orang itu, ketika memiliki sebuah sepeda motor yang diidamkan digunakan berputar-putar lingkungan desanya.
Setelah bertahun-tahun naik sepeda motor kemana-mana, suatu hari dia berfikir alangkah enaknya punya mobil, tidak kepanasan, tidak kehujanan dan sejuk didalamnya. Maka dia berdoa kepada Allah agar keinginannya memiliki mobil dapat terwujud. Dan Allah kabulkan permintaan orang itu memiliki mobil, betapa senang dan bahagianya orang itu mempunyai mobil, saking bahagianya, dia gunakan kebut-kebutan dijalanan, dan akhirnya dia mengalami kecelakaan tragis sehingga membuat kaki kirinya harus diamputasi. Ketika sedang diamputasi dan dirawat inap di rumah sakit, dalam waktu menunggu pulang dia selalu berdoa, " ya Allah andai aku dapat berjalan dengan kedua kaki, alangkah senangnya".
Kadang permintaan dalam doa kita kepada Allah tidak terwujud, karena mungkin Allah masih sayang kepada kita, karena Allah lebih tau mana yang terbaik bagi kita, mungkin Allah tau jika permintaan itu dikabulkan akan membuat kita celaka dan makin jauh dari jalanNya.

Allah Ta'ala berfirman :

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

HAK SEORANG ISTRI DIANTARANYA MEMAKAN MAKANAN YANG SAMA DENGAN SUAMINYA.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Abdullah Zein MA menyebutkan, "ada sebagian suami punya kebiasaan mereka makan dan minum enak sementara istrinya di rumah makan seadanya. Ada misal seorang suami makan daging dan menu lezat lainnya di rumah makan, namun istrinya beserta anaknya dirumah cuma makan dengan sayur bening, saking beningnya gak ada apa-apa pada sayur itu. Yang demikian tentu menyelisihi sabda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, karena beliau sudah menyampaikan kepada kita bahwa jika ada seorang suami makan maka sedapat mungkin makanan yang sama itu juga dimakan oleh istrinya, demikian juga jika sisuami berpakaian yang bagus, maka si istri juga sedapat mungkin berpakaian bagus. Hal ini adalah kewajiban seorang suami kepada istrinya, sebaliknya hal ini adalah hak seorang istri kepada suaminya, waallahua'lam. "
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala ditanya apakah hak isteri atas suaminya? Beliau menjawab:
أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ، وَتَكْسُوهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ، وَلاَ تَضْرِبِ الوَجْهَ، وَلاَ تُقَبِّحْ، وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِي الْبَيْتِ.
“Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, janganlah memukul wajah dan janganlah menjelek-jelekkannya serta janganlah memisahkannya kecuali tetap dalam rumah.”
Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1500)], Sunan Abi Dawud (VI/ 180, no. 2128), Sunan Ibni Majah (I/593, no. 1850).
Referensi dr almanhaj.or.id.

PENGEN SHALATNYA KHUSYU'?, BERSIKAPLAH ZUHUD.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Zubair Hawaary menyebutkan, "salah satu perusak utama kekhusyu'an shalat seseorang adalah banyaknya perkara dunia yang masuk ke benaknya ketika melakukan shalat, maka untuk mencapai shalat yang khusyu' seseorang harus berlatih untuk bersikap zuhud, menganggap shalatnya jauh lebih penting dari segala perkara dunia. Jika seseorang sudah dapat bersikap zuhud, insyaallah shalatnya akan khusyu', dan merasakan manisnya saat melakukan amal ibadah lainnya, waallahua'lam. "
Allah Subhanahu wa Ta’ala :
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبُُ وَلَهْوُُ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرُُ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرُُ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي اْلأَخِرَةِ عَذَابُُ شَدِيدُُ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانُُ وَمَاالْحَيَاةُ الدُّنْيَآ إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan, sesuatu yang melalaikan, perhiasan, ajang berbangga-banggaan di antara kamu dan ajang berbanyak-banyakan dalam harta dan anak. Laksana hujan yang tanam-tanamannya membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering, dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ada ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. [Al Hadid : 20].
Referensi dr almanhaj.or.id

Monday, February 26, 2018

ORANG BODOH DALAM AGAMA IBARAT SEORANG BAYI DIDEPAN SEEKOR ULAR COBRA, GAK TAU BAHAYANYA.


Oleh Siswo Kusyudhanto

Kadang sedih mendengar seseorang yang diingatkan justru dibalas olok-olok, padahal niat kita baik yakni agar orang yang kita ingatkan menjauhi perbuatan itu karena tentu membahayakan dirinya. Namun mungkin karena keawamannya akan ilmu justru apa yang diingatkan dianggap ejekan atau hujatan.
Ketika mengingatkan agar seseorang tidak berbuat bid'ah atau syirik pasti dibalas "kamu suka kali membid'ahkan dan mengkafirkan", atau ketika mengingatkan seseorang agar menjauhi perbuatan riba maka akan dibalas, " emang kamu mau ngasih makan anak istriku?", dan banyak lagi, padahal perbuatan-perbuatan melanggar syariat itu kelak ada balasannya, yakni berupa azab neraka, subhanaAllah.

Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Haidar As Sundawy mengatakan, " seorang yang bodoh dalam ilmu agama sehingga melakukan hal yang melanggar syariat itu ibarat seeorang bayi didepan ular cobra, karena bayi itu tidak ada pengetahuan akan bahaya bisa ular cobra maka dia tidak pergi dari hadapan seekor ular cobra, bahkan mungkin akan didekatinya. Berbeda dengan orang dewasa yang memiliki pengetahuan bahaya gigitan dan bisa ular cobra, ketika dia mendapati seekor ular cobra mungkin dia akan berusaha menghindar dari si ular cobra atau paling tidak mengusir ular itu, waallahua'lam."

Allah berfirman,

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ

Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar: 9)

RIYA' ADALAH SYIRIK KECIL



Oleh Siswo Kusyudhanto

Pada suatu kali saya hadir di mudhzakarohnya sebuah firqoh yang suka travelling dalam berdakwah, saya perhatikan banyak orang yang awam disitu, saya sengaja duduk disitu karena saya ingin tau model dakwah mereka. Pertama mereka sampaikan risalah keutamaan shalat, dzikir dan sedekah, saya nilai bagus nih rombongan ini, cuma pas sesi terakhir bikin prihatin, karena orang yang ngasih materi memberi pertanyaan kepada orang-orang awam yang duduk satu persatu, "pak sudah tahajud belum tadi malam?, sudah dzikir setiap saat hari ini?, apa sudah sedekah hari ini?", SubhanaAllah, baru ketahuan jahilnya, karena dia menanyakan amalan2 yang sifatnya tersembunyi, dan gak boleh disiarkan kepada khalayak ramai, karena jika ada sedikit saja sikap riya' pada orang-orang yang ditanyai itu maka hangus semua amalan yang telah dia kerjakan. Inilah akibat kalau berdakwah namun gak punya ilmu, dia merasa memberi pertanyaan2 seakan benar, namun hal demikian jauh dari kaidah syariat.
Soal ikhlas jadi ingat kajian Ustadz Muhammad Nuzul Zikri, " para ulama besar Ahlus sunnah menilai perkara ikhlas adalah perkara berat dalam agama ini, seperti disebutkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, tidak ada perkara lebih berat dari perkara ikhlas dalam agama ini". Dalam kajian lain Ustadz Firanda Adirja juga menceritakan bagaimana para ulama salaf menyembunyikan amalan mereka," Imam At Tsaury, ketika pagi menjelang dia berdiri didepan masjid sambil menguap seakan menunjukkan dirinya bangun tidur didepan orang yang melintas didepan masjid, hal itu untuk menutupi amalan shalat tahajjudnya semalaman, ini membuktikan betapa ikhlas atas amalan itu sangat diinginkan, dan menghindari sifat riya' pada diri mereka".
Bahaya riya' dapat dilihat pada hadist dibawah ini, menyatakan orang-orang hebat dimata manusia adalah penghuni neraka pertama. Dalam asbabun wurujnya diceritakan salah satu sahabat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam pingsan ketika pertama kali mendengarnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ z قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأََ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ. رواه مسلم (1905) وغيره
Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini diriwayatkan oleh :
1. Muslim, Kitabul Imarah, bab Man Qaatala lir Riya’ was Sum’ah Istahaqqannar (VI/47) atau (III/1513-1514 no. 1905).
2. An Nasa-i, Kitabul Jihad bab Man Qaatala liyuqala : Fulan Jari’, Sunan Nasa-i (VI/23-24), Ahmad dalam Musnad-nya (II/322) dan Baihaqi (IX/168).
Hadits ini dishahihkan oleh al Hakim dan disetujui oleh adz Dzahabi (I/418-419), Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dalam tahqiq Musnad Imam Ahmad, no. 8260 dan Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani dalam Shahih at Targhib wat Tarhib (I/114 no. 22) serta dalam Shahih An Nasa-i (II/658 no. 2940).

referensi almanhaj.or.id.com

PAKET BUKU AMALAN BID’AH 100 RIBU UNTUK 5 BUKU.


Bid'ah merupakan perbuatan yang dilarang oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam secara mutlak dengan menyebut "kullu bidatin dholalllah, setiap bid'ah adalah sesat", ini sungguh benar karena amalan bid'ah menjadi saingan bagi syariat utamanya yang disampaikan oleh Allah dan RasulNya. Berikut paket buku yang membahas tentang amalan2 bid'ah ditimbang dari syariat, ditinjau dari Alquran dan As Sunnah yang sahhihah, diantaranya :
1. Buku"Memurnikan Aqidah, Luruskan Ibadah", buku yang memuat tanya jawab seputar amalan2 bid'ah dari Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
2. Buku"Hukum Tahlilan & Haul", karya Ustadz Yusuf bin Mukhtar asSidawi. Mengupas hukum tahlilan dan haul yang banyak dilakukan dalam masyarakat berdasarkan dalil sahhih dari Alquran dan As Sunnah.
3. Buku"Hukum Tahlilan, selamatan kematian menurut empat madhzab, dan hukum membaca Al-Qur’an untuk mayit bersama Imam Syafi’i ", karya Ustadz Abdul Hakim Amir Abdat. Buku yang mengupas tahlil kematian dari pendapat empat madhzab besar, juga hukum membaca al-Qur’an bagi mayat dari perspektif madhzab Syafiiyah.
4. Buku" Mengupas Sunnah membedah Bid'ah ", karya Syaikh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf al Qahthani. Mengupas tentang kekeliruan2 amalan dikalangan umat Muslim yang mengaku sebagai Ahlu Sunnah, padahal apa yang mereka kerjakan jauh menyelisihi Sunnahnya.
5. Buku" Yasinan", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, mengupas salah satu amalan bid'ah yakni kebiasaan Yasinan yang banyak dilakukan dalam masyarakat.
Harga paket 100 ribu untuk 5 buku, harga belum termasuk ongkos kirim, bagi teman-teman yang berminat silahkan hubungi WA 081378517454, syukron.
By Siswo Kusyudhanto

SEBAGIAN UMAT MUSLIM PUNYA KECENDERUNGAN MENGIKUTI TREND ORANG KAFIR.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah menjelaskan sebuah hadist tentang kecenderungan umat Muslim mengikuti gaya hidup orang kafir, "jauh hari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengambarkan kebiasaan umat Muslim yang mengikuti trend yang dicetuskan oleh orang-orang kafir, lihat saja ketika orang kafir bernyanyi-nyanyi untuk memuji Tuhannya, ini diikuti oleh sebagian umat Muslim dengan membuat lagu dan musik Islami, padahal tidak ada sunnahnya demikian, dengan jelas Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sendiri menjelaskan kejadian ini, "ada sebagian umatku mengahalalkan zina, khomer, alat musik dan sutera.", trend orang kafir ini juga berlangsung dalam berbagai perkara, ketika orang kafir mengais rizki dari cara riba ini juga diikuti oleh sebagian umat Muslim, ada orang kafir merayakan ulang tahun juga diikuti dengan ulang tahun, nanti ada orang kafir merayakan hari ini dan itu juga diikuti.
Bahkan jika orang kafir membuat trend hari telanjang juga mungkin diikuti oleh sebagian umat Muslim, meskipun itu dilakukan di negri ini dalam skala yang terbatas namun itu terjadi, adalah sebuah test permulaan, jika trend itu diminati maka akan menyebar kesemua lapisan masyarakat.
Oleh karenanya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, jika orang kafir punya trend masuk lubang dhob, sejenis kadal padang pasir, mungkin akan juga diikuti oleh sebagian umat Muslim, waallahua'lam. "
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).
Sumber Rumoysho.co

Sunday, February 25, 2018

JANGAN BERI PELUANG SETAN UNTUK MENYESATKAN KITA.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah mengatakan, "taukah antum kenapa seseorang dapat berbuat maksiat?, penyebab utamanya karena mungkin dia memberi keleluasaan kepada setan menyesatkan dia, membiarkan setan mendorongnya kepada perbuatan maksiat, disebabkan ada ruang kosong ketika dimana seseorang tidak sibuk oleh hal yang baik, disanalah peluang setan terbuka lebar untuk melakukan tipu dayanya.
Maka jangan pernah membiarkan ruang kosong, jangan biarkan waktu terlewat dengan sia-sia, untuk itu sibukkan diri kita setiap saat dengan sesuatu yang mendatangkan mashlahat, sesuatu yang bermanfaat bagi kita didunia ataupun akhirat, seperti perbanyak dzikir mengagungkan asma Allah Ta’ala, perbanyak shalat Sunnah, seringlah datangi kajian ilmu, baca kitab dan buku, lakukan sedekah, bantu teman dan tetangga, dan seterusnya.
Dengan kita selalu sibuk dengan amal ibadah insyaallah sangat kecil peluang setan menjerumuskan kita dalam perbuatan-perbuatan maksiat. Waallahua'lam. "
Tekad setan untuk setiap saat menyesatkan manusia tersebut dalam ayat berikut ini,
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ﴿١٦﴾ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. [Al-A’râf/7:16-17]

IMAM MALIKI : MEMPERTANYAKAN MAKNA ISTIWA'NYA ALLAH DIATAS ARSY ADALAH CIRI KEBID’AHAN.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Haidar As Sundawy menyebutkan, "dijaman generasi terbaik umat ini, mereka adalah yang terbaik dalam segala hal, termasuk soal akhlak kepada Allah dan Rasul-Nya, jika mereka disampaikan sebuah firman Allah Ta’ala mereka bersikap samina watho'na, dengar dan taati, dan tidak mempertanyakan atau bahkan mendebat ayat itu, maka ketika disampaikan ayat-ayat tentang Allah Ta’ala yang bersemayam diatas arsy Nya, mereka juga menerima dan mengimaninya tampa mempertanyakan maknanya. Oleh karena itu dalam ribuan hadist tak ada satupun ada pertanyaan dari para sahabat kepada Rasulullah, bagaimana makna istiwa'Nya Allah diatas arsy, semoga kita dapat mengikuti mereka dalam sikap dan akhlak terhadap apa yang disampaikan oleh Allah dan RasulNya, dengan bersikap samina watho'na. Waallahua'lam."
Firman Allah al-Aziiz:
الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ
“(Yaitu) Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy.” [Thaahaa: 5]
Dan Allah tidak serupa dengan apapun, dijelaskan difirmankan-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
‘Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.’ [Asy-Syuuraa: 11]
Ketika Imam Malik (wafat th. 179 H) rahimahullah ditanya oleh seorang yang datang ke majlis ilmunya tentang makna istiwa’ Allah, maka beliau menjawab:
َاْلإِسْتِوَاءُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ، وَالْكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ، وَاْلإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ، وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ، وَمَا أَرَاكَ إِلاَّ ضَالاًّ.
“Istiwa’-nya Allah ma’lum (sudah diketahui maknanya), dan kaifiyatnya tidak dapat dicapai nalar (tidak diketahui), dan beriman kepadanya wajib, bertanya tentang hal tersebut adalah perkara bid’ah, dan aku tidak melihatmu kecuali da-lam kesesatan.”
Kemudian Imam Malik rahimahullah menyuruh orang tersebut pergi dari majelisnya, karena beliau kuatir pertanyaan itu dapat merusak Aqidah Tauhid para jamaah lainnya. Lihat Syarhus Sunnah lil Imaam al-Baghawi (I/171), Mukhtasharul ‘Uluw lil Imaam adz-Dzahabi (hal. 141), cet. Al-Maktab al-Islami, tahqiq Syaikh al-Albani.
Referensi "Ahlu Sunnah menetapkan Allah Ta'ala bersemayam diatas Arsy", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas Qodir Jawas di almanhaj.or id

Saturday, February 24, 2018

JIKA ANTUM FAKIR SEKALIPUN MASIH DAPAT MELAKUKAN SEDEKAH.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Makna sedekah sangat luas, apapun sebenarnya dapat kita sedekahkan, dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah mengatakan, "sibukkan diri dengan amal ibadah, termasuk misal seperti sedekah, dan tidak harus dalam melakukan sedekah hanya dimonopoli orang yang kaya, orang yang fakirpun dapat juga melakukan sedekah.
Di Madinah ada seorang pemuda yang sangat fakir, dia memiliki kebiasaan setiap selesai shalat ashar dia menuju rumah sakit pusat di Kota Madinah, dia lakukan setiap hari demikian, lalu ada seorang temannya bertanya tentang kebiasaan sahabatnya itu, "kenapa setiap selesai shalat Ashar engkau bergegas pergi ke rumah sakit, apa yang engkau lakukan disana?", si pemuda menjawab, "aku bersedekah", sahabatnya tentu heran, lalu berkata, "bagaimana engkau bersedekah sedangkan dirimu sangat miskin?". Kemudian si pemuda tersenyum, lalu berkata, "aku memang sangat miskin, sehingga mustahil bagiku untuk mensedekahkan harta kepada orang lain, namun aku memiliki kata-kata manis dan menyenangkan yang dapat aku berikan kepada orang-orang yang sedang membutuhkannya, yakni para pasien yang dirawat dirumah sakit, dengan sedekah kata-kataku itu dapat meringankan derita yang dirasakan para pasien dirumah sakit itu. "
Ternyata si pemuda fakir pergi ke rumah sakit setiap hari itu untuk menghibur para pasien di sana dengan mengajak ngobrol dan menghibur mereka. MasyaAllah, semoga kisah ini menjadi teladan bagi kita untuk semangat dalam bersedekah, insyaallah".
Dalam sebuah hadist disebutkan soal sedekah tidaklah sebatas harta benda,
عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّٰـهِ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلَامَـى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ : تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِـيْ دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا ، أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَـمْشِيْهَا إِلَـى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ ، وَتُـمِيْطُ اْلأَذَىٰ عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ. (رَوَاهُ الْـبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap persendian manusia wajib bersedekah pada setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya: engkau berlaku adil kepada dua orang (yang bertikai/berselisih) adalah sedekah, engkau membantu seseorang menaikannya ke atasnya hewan tunggangannya atau engkau menaikkan barang bawaannya ke atas hewan tunggangannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang engkau jalankan menuju (ke masjid) untuk shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.’” [HR. al-Bukhâri dan Muslim]
TAKHRIJ HADITS:
Hadits ini shahîh, diriwayatkan oleh:
1. Al-Bukhâri no. 2707, 2891, 2989
2. Muslim no. 1009 (56)
3. Ahmad 2/312, 316, 374
4. Ibnu Hibbân no. 3372-at-Ta’lîqâtul Hisân
5. Al-Baihaqi 4/187-188
6. Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah no. 1645
Sumber referensi, "Setiap orang harus melakukan sedekah", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or id.

KITA YANG NORMAL DAN MEREKA PARA TIDAK NORMAL.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, "sungguh keliru jika kita yang normal ini datang kepada dukun dan para tidak normal, karena yang normal dan yang baik-baik saja adalah kita, karena kita tidak dapat melihat hal ghaib sementara mereka katanya bisa melihat hal ghaib, ini menunjukkan bahwa sebenarnya kita yang normal dan mereka tidak normal, karena normalnya manusia adalah tidak dapat melihat hal ghaib. Juga misal kalau kita minta bantuan kepada dukun dan semacamnya untuk memudahkan dalam urusan rejeki sementara mereka para dukun sendiri hidup dirumah reyot dan serba kekurangan, sepertinya sebuah hal yang keliru".
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَىٰ مَن تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُتَنَزَّلُ عَلَىٰ كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ
“Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaithan-syaithan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaithan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pen-dusta.” [Asy-Syu’araa’: 221-223]
Foto Baliho Dakwah di jalan Soebrantas Pekanbaru.

KENAPA SUNNAH NABI DAN PARA SAHABATNYA HARUS DIGIGIT DENGAN GIGI GERAHAM?



Oleh Siswo Kusyudhanto

Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah menjelaskan makna menggigit Sunnah Nabi dan para sahabatnya dengan gigi geraham.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda yang artinya : “Aku berwasiat kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan mendengar serta taat (kepada pemerintahan Islam) walaupun yang memimpin kalian adalah seorang hamba sahaya dari negeri Habasyah. Sesungguhnya barangsiapa hidup sesudahku niscaya dia akan melihat banyak perselisihan, maka wajib atas kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku. Berpeganglah kalian dengannya dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu serta jauhilah oleh kalian perkara agama yang diada-adakan karena semua yang baru dalam agama adalah bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat.” (HR Ahmad,Abu Dawud,Tirmidzi,Dzahabi dan Hakim, disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al jami’ no. 2549 )
Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa Sallam memiliki sejumlah mukjizat yang diberikan Allah , salah satunya yakni mengetahui bahwa dikemudian hari terjadi fitnah yang luar biasa kalangan umat Islam, diantaranya yakni merajalelanya fitnah dan perpecahan dikalangan umat ini akibat dari banyaknya amalan bid'ah ditengah umat Muslim. Maka beliau mengingatkan untuk berpegang teguh pada As sunnah, dan beliau membuat metafora"gigit dengan gigi geraham kalian". Kenapa dengan gigi geraham?, kenapa tidak dengan gigi taring?, karena gigi geraham adalah gigi paling belakang dalam struktur mulut manusia. Jika sesuatu tergigit oleh gigi geraham dan itu kemudian ditarik keluar maka akan sulit, jikapun tertarik keluar maka nyawa pemilik gigi adalah taruhannya. Sedangkan jika digigit dengan gigi taring atau gigi depan misalkan dan itu tertarik keluar, mungkin yang terjadi hanya luka atau giginya lepas saja.
Kesimpulannya wajib bagi tiap muslim berpegang teguh pada As sunnah sekalipun dengan nyawa taruhannya.
Waallahua'lam.

KARENA ANTUM BERDAKWAH TIDAK DENGAN CINTA.


 


Oleh Siswo Kusyudhanto

Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah ditanya seorang ibu yang merasa sulit menasehati anak remajanya, padahal si ibu ingin si anak hijrah mengikutinya kepada pemahaman beragama yang benar, sesuai Sunnahnya, "bagaimana caranya mengajak anak saya ya ustadz?". 
Ustadz menjawab, "caranya ya ajak terus, jangan pernah berhenti untuk mengajaknya dan menasehatinya.
Kalau ditanya kepada saya bagaimana caranya, tentu sulit bagi saya menjelaskan karena setiap orang punya karakter yang berbeda dan juga cara berbeda dalam mendakwahinya.
Tidak ada jaminan sedikitpun jika seorang ustadz dalam menasehati dapat menggetarkan hati seseorang, lihat bagaimana manusia paling mulia diatas muka bumi ini, yakni Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, beliau tidak dapat mengajak seorang yang sangat dekat dengan beliau, orang yang sangat menyayangi beliau, juga selalu membela beliau dari gangguan kaum Quraish, yakni pamannya, Abu Thalib, beliau tidak dapat memberikan hidayah, karena hidayah mutlak milik Allah Ta’ala, hanya Allah Ta’ala yang mengetahui siapa saja yang berhak mendapatkan hidayah dariNya.
Jika seorang Rasul saja tidak dapat memberikan hidayah kepada seseorang apalagi hanya seorang ustadz?.
Hal ini juga menunjukkan bahwa dakwah hanya sebatas menyampaikan, bukan merubah seseorang, karena hanya Allah Ta’ala yang mampu merubah seseorang.

Namun demikian tentu dalam dakwah diperlukan adab dan akhlak yang mulia, agar dakwah mendapatkan kemudahan.
Masalahnya ada dikalangan jamaah kita, ketika mereka sudah ngaji akhlaknya justru makin buruk, jika sebelumnya jarang marah namun setelah ngaji justru jadi mudah marah-marah.
Misal jika sebelumnya seorang ibu jarang marah kepada anaknya, kemudian setelah si ibu ngaji Sunnah dia makin sering marah-marah kepada anaknya, tentu hal ini membukan peluang bagi setan menebarkan fitnahnya, setan akan berbisik kepada si anak, "lihat ibumu sejak sering ngaji makin sesat dia".
Maka rubah cara menasehati anak, jika dulu belum ngaji dalam perkara maksiat seorang ibu melakukannya dengan cinta, peluk dan kasih sayang kepada anak, kenapa untuk urusan kepada keimanan dan ketatan tidak menggunakan juga cara yang penuh cinta, peluk dan kasih sayang?. "

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia [HR. at-Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar, dan beliau menilai hadits ini hasan shahih]

Thursday, February 22, 2018

UJIAN PASTI DATANG BAGI MEREKA YANG HIJRAH.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dapat cerita dari seorang teman di Kota Malang Jawa Timur, dikisahkan ada akhwat yang masih remaja, sejak mengikuti kajian para ustadz pemateri kajian Sunnah seperti Ustadz Syafiq Reza Basalamah, Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Ustadz Khalid Basalamah, Ustadz Abdullah Zein MA, Ustadz Subhan Bawazier dst. dia serasa menemukan pemahaman yang benar, simpel, mudah dipahami dan mudah diamalkan, si akhwat sejak itu jadi semangat mengikuti kajian Sunnah yang diadakan secara rutin disekitar Kota Malang.
 Namun keinginannya untuk mengikuti pemahaman Sunnah ini ditentang keras oleh keluarganya, terutama ayahnya yang sangat memuja paham tassawuf, dan fanatik kepada sebuah kelompok tareqah, gara-gara hal ini si akhwat kadang ikut kajian dengan cara sembunyi-sembunyi.
Pada suatu saat di Kota Malang ada tabligh akbar yang menghadirkan Ustadz Subhan Bawazier sebagai pembicara, maka pada hari itu si akhwat minta ijin kepada orang tuanya dengan alasan main ke rumah teman, dan kemudian dia bersama temannya dia menuju ketempat kajian, dan selanjutnya dia duduk diacara tabligh akbar itu guna menyimak materi yang disampaikan oleh Ustadz Subhan Bawazier.
Ketika acara usai si akhwatpun pulang kerumah, dan betapa kagetnya dia, ditemuinya ayahnya sudah berdiri tegak di pintu rumah menunggu kedatangannya dengan wajah nampak sangat marah, ketika si akhwat mengucapkan salam dan dekat dengan ayahnya tak dinyana tangan si ayah langsung menampar pipi si akhwat ini "plak!", sambil menampar berkali-kali anaknya si ayah berteriak, "jangan kau ikuti paham wahabi, itu paham sesat!, paham! ". Tentu si akhwat hanya menangis dan dalam hatinya mendoakan ayahnya agar Allah Ta’ala segera memberikan hidayah.
Mungkin ini sedikit kisah diantara banyak kisah perjuangan seorang teman ketika menempuh jalan untuk hijrah dari cara beragama lamanya, dari pemahaman agama ikut-ikutan kepada cara beragama yang mengikuti dalil sahhih dari Alquran dan As Sunnah, dan berusaha istiqomah menapaki jalan lurus yang ditetapkan oleh Allah dan RasulNya yang jauh dari maksiat, bid'ah dan kesyirikan.
Semoga Allah Ta'ala selalu melindungi dan memudahkan usaha mereka yang ingin hijrah kepada paham Sunnah yang sahhihah, aamiin.
Dalam sebuah kajian Ustadz Syafiq Reza Basalamah mengatakan, "ketika ada seseorang memutuskan untuk hijrah, pasti akan disusul dengan adanya ujian baginya, karena dengan ujian itulah Allah Ta’ala akan mengetahui mana diantara hambaNya yang benar-benar beriman dan bertakwa, tampa adanya ujian tentu hal ini tidak pernah akan diketahui, waallahua'lam. "
Allah Ta’ala berfirman :
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan [Âli ‘Imrân/3 : 186]

SEGERAKAN TAUBAT, HIDUP SANGAT SINGKAT.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam tabligh akbar di Kota Bukittinggi Sumbar minggu kemarin banyak jamaah terisak menangis mendengar materi kajian, Ustadz Maududi Abdullah mengatakan dalam kajian itu, "Banyak orang sibuk menyiapkan tujuan-tujuan dunia, mereka mengira hidup selama-lamanya didunia sehingga mereka disibukkan untuk menyiapkan rumahnya, kuliah anaknya, hari tuanya dan seterusnya. Padahal hidup didunia itu sangat singkat, seperti dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bahwa umur umatnya berkisar hanya 60-70 tahun, ini sangat singkat, bahkan banyak yang sebelum umur itu sudah meninggal dunia, sementara kehidupan akhirat adalah selama-lamanya. Kenapa tidak disibukkan dengan persiapan untuk kehidupan yang sangat lama dan tidak terbatas yakni akhirat?.
Maka kalau ada seseorang sudah berumur senja, seperti umur 40 tahun atau 50 tahun belum juga bertaubat dan masih sibuk dengan melakukan maksiat, kapan anda mempersiapkan akhirat anda?, padahal taubat tidak menunggu datangnya ajal, segera putar haluan, bertaubatlah dan persiapkan akhirat anda, sebelum ajal menjemput anda, karena pintu taubat yang luas disediakan oleh Allah Ta’ala hanya ketika kita masih hidup, dan pintu itu akan tertutup jika nyawa sudah lepas dari raga kita, waallahua'lam. "
Diantara nasehat itu adalah firman Allâh :
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan kehidupan dunia ini tiada lain hanyalah main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mau memahaminya? [Al-An’âm/6:32]
Juga firman-Nya
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا ۚ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedangkan apa yang di sisi Allâh itu lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak mau memahaminya? [Al-Qhashas/28:60]
Juga firman-Nya:
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ
Allâh meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). [Ar-Ra’du/13:26]
Juga firman-Nya:
أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. [At-Taubah/9:38]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿١٦﴾ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Tetapi kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. [Al-A’lâ/87:16-17]
Referensi "Kehidupan akhirat lebih baik", karya Syaikh Shalah al Budair di almanhaj.or id.

Wednesday, February 21, 2018

POLIGAMI ADALAH SOLUSI UNTUK PELAKOR.



Oleh Siswo Kusyudhanto

Akhir-akhir ini hampir semua media tanah air sedang sibuk memuat posting sebuah aksi wanita yang menyawer sejumlah uang dengan jumlah yang sangat banyak kepada temannya dikarenakan tampa diduga ternyata teman wanitanya yang berstatus janda beranak dua itu ada "main" dengan suaminya.
Padahal andai pihak2 yang terlibat didalam video viral itu punya sedikit ilmu agama, tentunya tidak akan terjadi hal serupa, mungkin si wanita yang marah2 karena suaminya diganggu itu akan meminta suaminya berpoligami, menyuruh menikahi wanita janda beranak dua itu, karena si wanita tau dengan poligami menyelamatkan suaminya dari zina, menyelematkan si wanita janda dari fitnah dan menolong serta melindungi dua orang anak yatim dalam tanggung jawabnya. Dan dengan memiliki ilmu tentu dia tidak mengumbar sembarangan kemarahannya hanya karena faktor dendam didepan publik sedemikian rupa, mungkin juga dia akan menjauhi merekam hal yang sifatnya privasi karena dia punya ilmu malu, juga jika si wanita janda tau ilmu tentu dia akan berhati-hati bergaul dengan non mahramnya, termasuk suami temannya, waallahua'lam.
Jadi ingat kajian Ustadz Abdullah Zein MA. beliau mengatakan, " banyak wanita sangat tidak suka jika ada kajian dengan pembahasan soal poligami, padahal poligami adalah salah satu syariat yang datang dari Allah Ta'ala dan RasulNya. Dan sejatinya andai umat Muslim paham pentingnya syariat poligami dalam menata kehidupan manusia mereka akan mensyukurinya, dan akan memandang bahwa poligami adalah solusi, bukan sebuah momok yang menakutkan yang sering terjadi terutama bagi para wanita yang telah bersuami. Maka pelajari lebih dalam apa poligami dan apa manfaat yang diperoleh dari adanya poligami ini"
Dalam firman-Nya, Allah telah menyatakan:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi ; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya” [An-Nisaa`/4:3].
Dalam ayat ini Allah berbicara kepada para wali (pengasuh) anak-anak yatim, bila anak yatim berada dalam pengasuhan dan tanggung jawab salah seorang kalian, dan ia khawatir tidak dapat memberinya mahar yang cukup, maka hendaknya beralih kepada wanita yang lainnya, karena wanita itu banyak. Allah tidak membuatnya sempit, karena menghalalkan untuknya sampai empat wanita. Apabila khawatir berbuat zhalim bila menikahi lebih dari satu wanita, maka wajib baginya untuk mencukupkan satu saja, atau mengambil budak-budak wanitanya.

Referensi " Indahnya Poligami", karya Ustadz Abu Azma Kholid Syamhudi di almanhaj.or.id

Tuesday, February 20, 2018

JIKA KEINGINAN SESEORANG TERIKAT DENGAN KEINGINAN ALLAH, ITULAH WALI ALLAH.



Oleh Siswo Kusyudhanto

Dalam sebuah kajian Ustadz Armen halim Naro Lc. Rahimahullah menjelaskan makna wali Allah, beliau mengtakan. " ketika seorang hamba mampu mengikat keinginannya dengan keinginan Allah Ta'ala, segala tindak tanduknya menyatu dengan keinginan Allah, maka ketika itu apa yang dilakukan sama persis dengan keinginan Allah, maka itulah Wali Allah, semua yang dilakukannya pasti diatas jalan Allah, ketika itu tercapai maka tidak ada lagi kekuatiran dan kegelisahan pada dirinya, dia tidak sedikitpun memiliki rasa takut dan sedih, karena semuanya termasuk hatinya sudah dipasrahkan kepada Allah, apa yang dia alami dan jalani yakin adalah semata-mata pemberian Allah, waallahua'lam."

Secara etimologi, kata wali adalah lawan dari ‘aduwwu (musuh) dan muwaalah adalah lawan dari muhaadah (permusuhan). Maka wali Allah adalah orang yang mendekat dan menolong (agama) Allah atau orang yang didekati dan ditolong Allah. Definisi ini semakna dengan pengertian wali dalam terminologi Al Qur’an, sebagaimana Allah berfirman, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang beriman dan selalu bertaqwa.” (Yunus: 62 – 64)

Dari ayat tersebut, wali adalah orang yang beriman kepada Allah dan apa yang datang dari-Nya yang termaktub dalam Al Qur’an dan terucap melalui lisan Rosul-Nya, memegang teguh syariatnya lahir dan batin, lalu terus menerus memegangi itu semua dengan dibarengi muroqobah (terawasi oleh Allah), kontinyu dengan sifat ketaqwaan dan waspada agar tidak jatuh ke dalam hal-hal yang dimurkai-Nya berupa kelalaian menunaikan wajib dan melakukan hal yang diharomkan (Lihat Muqoddimah Karomatul Auliya’, Al-Lalika’i, Dr. Ahmad bin Sa’d Al-Ghomidi, 5/8).

Ibnu Katsir rohimahulloh menafsirkan: Allah Ta’ala menginformasikan bahwa para wali Allah adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Siapa saja yang bertaqwa maka dia adalah wali Allah (Tafsir Ibnu Katsir, 2/384).

Referensi " Siapakah Wali Allah?", karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc. di muslim.or.id

Monday, February 19, 2018

KARENA TERLALU BANYAK PERTIMBANGAN AKHIRNYA GAK JADI SEDEKAH.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Benar kata Ustadz Ali Ahmad, kata beliau banyak Muslim di negri ini ketika akan sedekah mereka terlalu banyak pertimbangan, misal kalau ketika sedekah terus gak ikhlas gimana yaa? Apa diterima Allah Ta’ala? , kalau saya sedekah banyak dan terkuras dompet saya sementara saya juga butuh dana saat ini ntar gimana urusan saya ya?, dan banyak pertimbangan nanti begini dan begitu dan seterusnya, kemudian akhirnya gak jadi sedekah.
Akibatnya dana dari umat Muslim Indonesia yang sebesar 206 juta orang(survey BPS 2006) ini tidak dapat menjadi sarana untuk mendukung kegiatan dakwah agama Islam di Indonesia, seperti kita lihat faktanya, seperti dirilis MUI potensi zakat di Indonesia sebesar 200 trilyun, tapi yang terserap hingga tersalurkan kepada fakir miskin baru 3 trilyunan, juga seperti sulitnya membangun Musholla dan Masjid diberbagai daerah, sulitnya membangun pondok pesantren, sulitnya mendirikan MDA, sulitnya membuka kelas-kelas bacaan Al-Quran, dan banyak lagi, padahal jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar dimuka bumi dibandingkan dengan negara lainnya, yakni 13% Muslim dunia ada di Indonesia.
Bayangkan saja besarnya potensi kekuatan sedekah umat Muslim di Indonesia, misal dari 206 juta Muslim di Indonesia melakukan sedekah semua sebesar 1000 perak saja sehari, maka akan terkumpul sejumlah dana sebesar 206 milyar hanya dalam waktu satu hari, bagaimana jika mereka melakukan sedekah setiap hari?, maka akan terkumpul ratusan triliun setiap bulan, dan itu cukup untuk membangun ribuan Masjid dan Musholla, cukup untuk membiayai pondok pesantren secara gratis, cukup untuk memerangi pemurtadan yang terjadi diberbagai daerah, cukup untuk menyantuni anak yatim dan seterusnya.
Andai semangat bersedekah diantara umat Muslim kita tinggi, dan ada kesadaran bahwa sedekah adalah salah satu amalan mulia, adalah salah satu amalan penolong mereka kelak, insyaallah Islam di indonesia akan sangat kuat. Oleh karenanya perlunya kita selalu mengingatkan dan menyadarkan umat Muslim di Indonesia betapa pentingnya sedekah bagi agama ini, waallahua'lam.
Allah ta’ala berfirman,
وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Apapun harta yang kalian infakkan maka Allah pasti akan menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rizki.” (QS. Saba’: 39)

BERTAHAN BERAKAL SEHAT DITENGAH BADAI FITNAH


Oleh Siswo Kusyudhanto
Hampir setiap pagi selalu dikirim link materi yang serem2, seperti pki, ninja dan semacamnya. Dan anehnya justru posting seperti ini mendulang lebih banyak like dan ribuan share dibandingkan posting lainnya yang sebenarnya jauh lebih bermanfaat.
Jadi ingat ketika saya saat itu ikut training marketing beberapa tahun yang lalu yang diadakan sebuah perusahaan, si trainer pengisi materi mengatakan kepada peserta yang hadir, "karakter konsumen di Indonesia kebanyakan adalah impulse buying, yakni karakter konsumennya selalu mudah panik, mudah heran menilai sebuah produk yang unik menurut dia, dan selalu terburu-buru dalam mengambil keputusan untuk membeli sesuatu. Hal ini membuat banyak perusahaan dalam membuat iklan tidak terlalu rumit, atau mudah dicerna namun membuat konsumen cepat mengambil keputusan untuk membelinya. "
Mungkin karena karakter masyarakat adalah orang yang mudah heboh, mudah panik dan selalu terburu-buru, termasuk dalam menerima berita, dan ditangan mereka ada gadget yang memudahkan untuk menshare sebuah berita keseluruh pelosok dunia, maka berita yang menurutnya aneh dan heboh pasti banyak orang berlomba-lomba untuk mensharenya. Inilah yang diinginkan oleh pembuat berita, mereka menyukai jika berita itu dishare banyak orang, maka tujuan2nya dibalik itu entah ekonomi atau politis makin sukses., tentang kebenaran atas berita tersebut urusan ke dua ratus, alias gak penting.
Hal serupa sebenarnya bukan yang pertama kali terjadi di negri ini, belasan tahun lalu gara-gara berita ninja di sepanjang pantai Utara Jawa Timur maka keadaan yang semula aman, tiba-tiba jadi sangat mengkuatirkan, orang dijaman itu tidak ada yang berani keluar malam, takut jadi korban tuduhan ninja, atau malah jadi korban ninja.
Betapa bahayanya menyebarkan berita yang belum tentu kebenaran.
Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah mengatakan, "sikap seorang Mukmin adalah tenang dalam menghadapi keadaan, dan sikap terburu-buru adalah hasil hasutan setan kepada manusia. Maka ketika kita menerima sebuah berita, periksa dulu kebenarannya, cek dan cek lagi, jangan mudah menerimanya sebelum mengetahui akan kebenaran berita tersebut. "
Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata, “Sifat tergesa-gesa adalah dari setan. Sejatinya sifat tergesa-gesa juga merupakan sikap gegabah, kurang berpikir dan berhati-hati dalam bertindak. Yang mana sifat ini menghalangi pelakunya dari ketenangan dan kewibawaan. Dan menjadikan pelakunya memiliki sifat menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Dan mendekatkan pelakunya kepada berbagai macam keburukan, dan menjauhkannya dari berbagai macam kebaikan. Dia adalah temannya penyesalan. Dan katakanlah, bahwa siapa saja yang tergesa-gesa maka dia akan menyesal”.
Allah Ta’ala berfirman :
وَيَدْعُ الإنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإنْسَانُ عَجُولا
Artinya: “Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu bersifat tergesa-gesa.”(Al-Isra’ ayat 11).
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah, pent.), musuh-musuh kalian senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai kalian. Maka wajib atas kalian untuk selalu waspada, hingga kalian bisa mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar.
Sumber: "Berita dan Bahayanya", karya Syaikh Abdul Azhim Al Badawi, di almanhaj.or id