Wednesday, December 25, 2019

Ketika tidak menjaga pandangan, pasti kita akan "letih" dibuatnya.




Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah menasehati agar menjaga pandangan, karena ketika kita tidak menjaga pandangan pasti kita akan "letih" dibuatnya, karena dari pandangan kita akan masuk sebab yang pemicu syahwat dalam diri kita.
Bertahun-tahun setelah mendengar ini baru paham nasehat beliau, sungguh benar mata adalah jendela bagi jiwa kita, dari mata bisa saja masuk segala hal diluar diri kita, termasuk sebab-sebab yang membuat syahwat kita menjadi liar, misal melihat wanita cantik dengan mata kita tentu menyebabkan angan kita menjadi liar kepada sesuatu yang berkaitan dengan zina, atau ketika kita melihat mobil mewah di jalan membuat kita punya keinginan dan angan-angan untuk memilikinya, bahkan dengan dengan cara zalim sekalipun seperti dengan cara riba, korupsi, menipu dan seterusnya. Melihat smartphone canggih kemudian jadi ingin memilikinya dan menyebabkan kita mengumpulkan uang yang kemudian kita lupa akan sedekah dan lainnya.
Dan banyak lagi syahwat manusia yang diawali dari pandangan mata mereka terhadap sesuatu.
Waalahua'lam.
Jadi makin paham pentingnya menjaga pandangan, insyaallah.
Abu Umamah berkata,”Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اُكْفُلُوا لِي بِسِتٍ أَكْفُلْ لَكُمْ بِالْجَنَّةِ, إِذَا حَدَّثَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَكْذِبْ, وَ إِذَا اؤْتُمِنَ فَلاَ يَخُنْ, وَ إِذَا وَعَدَ فَلاَ يُخْلِفْ, غُضُّوْا أَبْصَارَكُمْ, وَكُفُّوْا أَيْدِيَكُمْ, وَاحْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ
“Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah seorang kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah berkhianat, dan jika dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah tangan-tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan kalian.”
HR.Ath-Thabrani no:8018 dan Ibnu ‘Adi (Al-Kamil 6/2048) dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani (Ash-Shahihah no:1525) karena ada syahidnya dari hadits Ubadah bin Shamit.
Sumber Referensi "Jagalah Pandangan", karya Ustadz Firanda Adirja LC.MA. di web Muslim or

BANYAK UMAT MUSLIM DIZALIMI, SITU NGOMONG SYIRIK, BID'AH, RIBA DST. ???


Oleh Siswo Kusyudhanto
Prihatin kalau ada orang nyeletuk seenaknya ketika ada orang membahas perkara agama, dia mengatakana " Umat Muslim di banyak negara dizalimi seperti Palestina, Uighur, Irak, Rohingya, Khasmir dan banyak negara lainnya, sementara situ masih ngomongin bahaya Sirik, Bid'ah, Riba dst., apa gunanya ?'.
Jadi ingat beberapa tahun yang lalu dikirimi literatur seorang teman tentang seorang jama'ah yang bertanya kepada seorang syaikh, kenapa para sahabat nabi meskipun jumlah mereka sangat sedikit dijaman itu namun sangat ditakuti orang kafir, bahkan konon jika nama mereka disebutkan diantara orang kafir dijaman itu maka orang-orang kafir gemetar badannya saking takutnya.
Syaikh menjawab, meskipun para sahabat nabi jumlahnya cuma ratusan orang namun karena Aqidah mereka bersih dari kekotoran aqidah seperti syirik, bid'ah dan maksiat, keIslaman mereka bukan sebatas pengakuan, sehingga mereka rela berkorban untuk agama mulai harta bahkan nyawa sekalipun, mereka menganggap dunia adalah rendah, dan mereka tidak pernah takut mati ketika berjihad diatas jalan Allah Azza Wa Jalla. Hal ini yang membuat orang kafir dijaman itu sangat takut menghadapi mereka meskipun jumlahnya hanya beberapa ratus orang saja.
Sebaliknya lihat umat Islam dijaman ini, jumlahnya sampai milyaran orang namun kebanyakan mereka dalam beragama Islam hanya sebatas pengakuan, aqidah mereka kotor oleh syirik, bid'ah dan maksiat, mereka sangat mencintai dunia dan takut mati.
Jadi jelas membangun umat ini dimulai dari membersihkan kekotoran aqidah seperti syirik, bid'ah dan maksiat dikalangan umat Muslim, dan menegakkan Tauhid, Sunnah dan ketaatan.
Waallahua'lam.
Seperti saat ini Umat Islam berjalan diatas muka bumi dengan sangat prihatin- hidup ditengah-tengah penderitaan dan kejadian-kejadian tragis yang menimpa kaum muslimin yang tidak ada bandingannya dalam sejarah, yaitu berkumpul dan bersatunya orang-orang kafir memusuhi kaum muslimin, sebagaimana yang dikhabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti dalam hadits beliau yang dikenal dan shahih.
تَدَاعَى عَلَيْكُمْ اْلأُمَمُ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا قَالُوْا : أَمَنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ؟ قَالَ : لاَ، أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيُننَزِّ عَنَّ اللَّهُ الرَّهْبَةَ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ لَكُمْ، وَلَيُقْذِ فَنَّ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ، قَالُوْا : وَمَا الْوَهْنُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Telah berkumpul umat-umat untuk menghadapi kalian, sebagaimana orang-orang yang makan berkumpul menghadapi piringnya’. Mereka berkata : Apakah pada saat itu kami sedikit wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : ‘Tidak, pada saat itu kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan, dan Allah akan menghilangkan rasa takut dari dada-dada musuh kalian kepada kalian, dan Allah akan menimpakan pada hati kalian penyakit Al-Wahn’. Mereka berkata : Apakah penyakit Al-Wahn itu wahai Rasulullah?. Beliau menjawab :’Cinta dunia dan takut akan mati”
(Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud (4297), Ahmad (5/287), dari hadits Tsaubah Radhiyallahu anhu, dan dishahihkan oelh Al-Albani dengan dua jalannya tersebut dalam As-Shahihah (958).)
Sumber refensi almanhaj.or

UNTUK YANG MAU POLIGAMI, LIHAT RESIKONYA JANGAN CUMA NIKMATNYA




Oleh Siswo Kusyudhanto
Dapat cerita dari seorang ustadz tentang ustadz lain yang ditawari menikah oleh seorang janda kaya raya, pengusaha asal Pulau Batam, punya perusahaan dengan omzet milyaran rupiah setiap bulan dan juga punya apartemen mewah di Singapura dan Jakarta, si janda siap menjadi istri kedua si ustadz jika jadi menikahinya.
Namun si ustadz menolak tawaran si wanita itu dengan sangat halus, intinya dia sangat berterima kasih serta tersanjung dengan tawaran itu namun setelah menimbang kemampuan dirinya dalam menjalani berpoligami pada akhirnya sampai kepada kesimpulan bahwa dirinya belum mampu menjalani kehidupan berpoligami, terutama soal adil dalam urusan lahir maupun bathin, baik kepada istri pertama dan juga istri kedua. Si Ustadz juga sampaikan resiko yang harus dihadapi kelak saat hisab jika tidak mampu bersikap adil dalam kehidupan poligami.
MasyaAllah, mendengar kisah ini kagum dengan sikap ustadz tersebut, tawaran menggiurkan seperti itu ditolak secara halus dengan mengedepankan pertimbangan syariat dan akhirat, seharusnya sikap ini juga dimiliki oleh kita yang akan memutuskan untuk memiliki istri lebih dari satu, pertanyaan yang pertama kita sampaikan pada diri sendiri, "apakah kita sudah mampu bersikap adil?", Jika merasa mampu lanjutkan, jika merasa belum mampu tidak usah dilanjutkan, masing-masing dari kita yang tau kemampuan atas syariat yang satu ini.
Waalahua'lam.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَىٰ فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَلَّا تَعُولُوا
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya” [An-Nisaa`/4:3]
Menurut Imam Ibnu Katsir rahimahullah, jika kamu takut tidak berbuat adil di antara isteri-isteri, sebagaimana firman Allah.
وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ

[Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil (yakni dalam perkara batin, Pen.) di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian. –an-Nisaa` ayat 129-], maka barangsiapa takut dari hal itu, hendaklah dia membatasi dengan satu (isteri) atau terhadap budak-budak wanita, karena tidak wajib pembagian di antara mereka (budak-budak itu), tetapi disukai, barangsiapa melakukan, maka itu baik; dan barangsiapa tidak melakukan, maka tidak ada dosa.(Tafsir Ibnu Katsir)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ.
“Barangsiapa memiliki dua isteri, kemudian ia lebih condong kepada salah satu dari keduanya, maka ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan pundaknya miring sebelah.”
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2133), at-Tirmidzi (no. 1141), Ahmad (II/295, 347, 471), an-Nasa’i (VII/63), Ibnu Majah (no. 1969), ad-Darimi (II/143), Ibnu Jarud (no. 722), Ibnu Hibban (no. 1307—al-Mawaarid) dan lainnya, dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 2017).
Sumber Referensi 1.,"Syarat Poligami", karya Ustadz Abu Muslim Al Atsy'ari di almanhaj.or, 2. "Suami hari berlaku adil kepada istrinya", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almamhaj.or

Friday, December 6, 2019

TEMPATKAN PASANGAN KITA SEBAGAI KEKASIH SELAMANYA


Oleh Siswo Kusyudhanto
Baca tulisan disebuah truk "papa kerja mama belanja" jadi ingat beberapa waktu yang lalu pas sedang dijalan ada sepasang suami istri bertengkar hebat,, di istri nampak membawa tas besar mungkin baju dia, dugaan saya si istri ingin kabur dari rumah, ada beberapa orang malah menonton pertengkaran pasangan itu, sebagian percakapan mereka terdengar oleh saya si suami mengatakan si istri terlalu banyak menutut padahal penghasilannya pas-pasan, sementara si istri merasa dia tidak pernah dihargai oleh si suami padahal dia sudah bekerja sebaik mungkin di rumah mereka, SubhanaAllah.
Namun pertengkaran itu segera usai ketika pasangan itu menyadari pertengkaran mereka banyak ditonton orang, sepasang suami istri itu segera bergegas dari tempat itu, dan penontonpun bubar.
Jadi teringat nasehat Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah, kata beliau jika ingin awet dalam berumah tangga dan selalu muncul sikap romantis maka tempatkan pasangan kita sebagai kekasih selama, tidak saja saat pertama menikah, namun selamanya menjadikannya kekasih, selayaknya kekasih adalah seorang yang selalu istimewa dimata kita, selalu berbuat sebaik mungkin untuk kekasih kita, selalu merindukan bersamanya, ketika bersamanya kita merasa bahagia dan seterusnya.
Dengan demikian sikap romantis dan saling menjaga perasaan dan memuliakan kepada pasangan kita akan terjaga selamanya, waalahua'lam.
Dalam hadits disebutkan keutamaan berbuat baik kepada istri,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : أَكْمَل الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ … رواه الترمذي وغيره
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya”
(HR. At-Tirmidzi, 3/466; Ahmad, 2/250 dan Ibnu Hibban, 9/483. Hadits dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani.)
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Dan pergaulilah istrimu dengan (akhlak yang) baik. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allâh menjadikan padanya kebaikan yang banyak [An-Nisâ’/4:19]
Sumber Referensi "keutamaan berakhlak baik kepada orang lain, terutama kepada istri", di web almanhaj.or

BAHAYANYA BERITA HOAX !


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu ada berita yang saya terima dari seseorang dan itu bikin saya kaget sekaligus marah, disebutkan dalam berita itu SDIT Bin Baz Curup Rejanglebong Bengkulu dibakar orang, saya hampir saja share berita ini ke grup Facebook dan WA yang saya ikuti, namun sebelum itu saya sempat berfikir tentang kebenaran berita ini, kemudian saya ingat ada teman aktivis dakwah di Curup Rejanglebong Bengkulu, dan saya hubungi dia menanyakan kebenaran berita ini, kata beliau soal SDIT Bin Baz terbakar memang benar, namun kalau penyebabnya adalah dibakar orang itu sangat tidak benar, karena menurut pihak berwajib disebut penyebab kebakaran adalah adanya konsleting listrik disalah satu bagian gedung sekolah itu, Alhamdulillah, jadi lega mendengar kebenaran berita tersebut, cuma prihatin atas kerugian salah satu sekolah berbasis Sunnah di Curup Rejanglebong Bengkulu ini, perkiraan kerugian ditaksir mencapai 100 juta rupiah.
Semoga teman-teman disana diberikan kesabaran dan segera bangkit juga segera memperbaiki kerusakan-kerusakan akibat kebakaran ini, sehingga proses belajar mengajar kembali normal kembali, Aamiin.
Dalam sebuah kajian seorang ustadz mengingatkan bahaya menerima sebuah berita yang tersebar apalagi didukung fasilitas seperti sosial media dan media internet membuat berita makin cepat sampai kepada khalayak ramai, dan kadang berita tersebut tidak semuanya benar alias hoax, maka sebagai bentuk kehati-hatian kita dalam menerima berita adalah dengan jalan cross check ke sumber berita yang terpercaya, ini adalah upaya agar kita tidak salah dalam bersikap akibat menerima berita yang kita terima, dan mungkin saja kita akan menyesal akan hal ini dikemudian hari karena kesalahan kita itu,
Waalahua'lam.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah, pent.), musuh-musuh kalian senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai kalian. Maka wajib atas kalian untuk selalu waspada, hingga kalian bisa mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar.
Sumber Referensi "BERITA DAN BAHAYANYA" Oleh Syaikh DR Abdul Azhim Al Badawi di web almanhaj.or
Foto SDIT Bin Baz Curup Rejanglebong Bengkulu yang terbakar beberapa waktu yang lalu.

PENTINGNYA ILMU


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu di masjid kampung sebelah ada perayaan Maulid Nabi, dan dalam acara tersebut mengundang seorang ustadz, dan karena disalurkan speaker luar maka suaranya terdengar sampai rumah saya, dalam salah satu bagian ceramah itu si ustadz menyebutkan, " Ada sebagian orang mengatakan bahwa perayaan Maulid Nabi adalah bid'ah, ini tidak benar, ini adalah bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam, kenapa para sahabat nabi tidak pernah melakukan perayaan Maulid Nabi dijamannya? Hal ini karena para sahabat nabi bertemu langsung dengan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam sementara kita tidak pernah menjumpai beliau.", Mungkin jama'ah yang awam mendengar itu mengiyakan karena mereka tidak mengetahui kebenaran hal tersebut.
Prihatin mendengar apa yang disampaikan si ustadz, padahal kalau mau belajar sejarah kita akan tau bagaimana amalan maulid nabi ini muncul, amalan ini tidak pernah diamalkan oleh para sahabat nabi, juga generasi yang hidup setelah itu yakni generasi Tabi'in dan Tabi'ut, dimana generasi kedua dan ketiga ini banyak diantara mereka tidak pernah berjumpa langsung dengan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam dan mereka tidak pernah mengamalkan amalan Maulid Nabi.
Bukan itu saja, para ulama kibar setelah generasi Tabi'in dan Tabi'ut juga tidak pernah amalkan amalan ini.
Sebut saja Imam Syafi'i, beliau lahir tahun 150 Hijriyah, sementara Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam wafat pada tahun 11 Hijriyah, artinya Imam Syafi'i selama hidupnya tidak pernah menjumpai Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam karena dia lahir 139 tahun setelah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam wafat. Dan Imam Syafi'i tidak pernah sekalipun diketahui pernah mengamalkan amalan Perayaan Maulid Nabi.
Waallahua'lam.
Makin mengetahui pentingnya menuntut ilmu, termasuk tentang sejarah Islam.
Dalam sebuah kitab Syaikh Ibnu Qayyim Rahimahullah menyebutkan, " Ketika engkau tidak memiliki ilmu pengetahuan bisa saja seseorang membawakan kepadamu kotoran dan kamu percaya bahwa itu bisa menjadi emas.".
Ibnul Qayyim rahimahullah juga berkata ketika menjelaskan tentang pentingnya ilmu syar’i dan kebutuhan manusia terhadapnya,
ان الانسان إِنَّمَا يُمَيّز على غَيره من الْحَيَوَانَات بفضيلة الْعلم وَالْبَيَان وَإِلَّا فَغَيره من الدَّوَابّ وَالسِّبَاع أَكثر أكلا مِنْهُ واقوى بطشا وَأكْثر جماعا واولادا واطول اعمارا وَإِنَّمَا ميز على الدَّوَابّ والحيوانات بِعِلْمِهِ وَبَيَانه فَإِذا عدم الْعلم بقى مَعَه الْقدر الْمُشْتَرك بَينه وَبَين سَائِر الدَّوَابّ وَهِي الحيوانية الْمَحْضَة فَلَا يبْقى فِيهِ فضل عَلَيْهِم بل قد يبْقى شرا مِنْهُم
“Manusia itu dibedakan dari jenis binatang dengan adanya keutamaan ilmu dan bayan (penjelasan). Jika manusia tidak memilki ilmu, maka binatang melata dan binatang buas itu lebih banyak makan, lebih kuat, lebih banyak jima’ (berhubungan seksual), lebih banyak memiliki anak, dan lebih panjang umurnya daripada manusia. Manusia itu dibedakan dari binatang karena ilmu dan bayan yang dimilkinya. Jika keduanya tidak ada, maka yang tersisa adalah adanya sisi persamaan antara manusia dan binatang, yaitu ‘sifat kehewanan’ saja. Dan tidak ada keutamaan manusia atas binatang, bahkan bisa jadi manusia lebih jelek darinya.” [Miftaah Daaris Sa’aadah, 1/78]
Sumber Referensi "Urgensi pentingnya Ilmu Syar'i", karya Ustadz DR. Saifudin Hakim di web Muslim.or

Siapa bilang yang berseragam polisi jahat ?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Banyak teman bercerita tentang keburukan perilaku polisi baik dijalan atau tempat lainnya, padahal faktanya tidak demikian yaa, sama dengan instansi lainnya ada juga oknum yang jahat dan banyak juga yang baik seperti hal dalam masyarakat juga demikian.
Seperti siang ini ada nampak ibu-ibu berhijab syar'i dan bercadar motornya mogok di simpang lampu merah Mal SKA karena kehabisan bensin, tak lama berselang ada petugas polisi menghampiri dan menanyakan kepada si ibu ada masalah apa dengan motornya, kemudian ibu bercadar itu menyampaikan masalahnya yakni motornya kehabisan bensin. Mengetahui hal tersebut Pak Polisi ini menawarkan diri untuk mendorong motor si ibu sampai ke pom bensin terdekat, dan itu lumayan jauh sekitar 1 kilo meter dari simpang lampu merah.
Akhirnya motor yang kehabisan bensin itu didorong oleh Pak Polisi yang baik hati ini sampai ke pom bensin dengan kakinya, sementara si ibu naik diatasnya, MasyaAllah.
Sesampainya di pom bensin si ibu mengucapkan banyak terima kasih kepada Pak Polisi.
Pelajaran penting bagi kita, jangan menghukumi seseorang karena seragamnya, juga karena fisiknya, tapi lihat hati, amalan dan perbuatannya, waalahua'lam.
Dalam sebuah hadits disebutkan
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh:
1. Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah Wal Adab, bab Tahrim Dzulmin Muslim Wa Khadzlihi Wa Ihtiqarihi Wa Damihi Wa ‘Irdhihi Wa Malihi, VIII/11, atau no. 2564 (33).
2. Ibnu Majah dalam kitab Az Zuhud, bab Al Qana’ah, no. 4143.
3. Ahmad dalam Musnad-nya II/ 539.
4. Baihaqi dalam kitab Al Asma’ Wa Shifat, II/ 233-234, bab Ma Ja’a Fin Nadhar.
5. Abu Nu’aim dalam kitab Hilyatul Auliya’, IV/103 no. 4906.
Sumber Referensi almanhaj.or

Saturday, November 9, 2019

TOLONG CARIKAN DALIL LARANGAN SHALAT SUBUH EMPAT RAKAAT, ADA ENGGAK ?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Banyak teman yang sering melakukan amalan-amalan yang tidak ada contohnya dari nabi ataupun sahabat ketika dinasehati selalu berdalih, "khan didalamnya ada doa dan dzikir juga shalawat, lalu letak salahnya dimana?, apakah ada larangannya?", subhanaAllah, mungkin dia belum tau bahwa dalam beragama itu mengikuti contoh dari nabi dan para sahabatnya, atau dilarang keras mengarang-ngarang sendiri sebuah amalan meskipun kita nilai itu baik, karena mustahil kita tau ada kebaikan dalam amalan tersebut sementara Nabi Muhammad Shalallahu alaihi Wasallam tidak tau dan juga tidak diajarkan kepada para sahabatnya?.
Mengutip apa yang disampaikan oleh seorang ustadz dari Malaysia, kata beliau "jika ada seorang melakukan shalat subuh empat rakaat apakah termasuk amalan sesat?, pasti semua orang sepakat itu pelakunya adalah orang yang telah tersesat, karena shalat subuh cuma dua rakaat, apapun dalihnya shalat subuh empat rakaat tetap sesat meskipun pelakunya berdalih didalam shalatnya itu menyembah Allah Azza Wa jalla dan dialamnya ada juga doa, dzikir dan shalawat.
Demikian juga dengan amalan-amalan bid'ah, atau amalan lainnya yang tidak ada contohnya sama sekali dari Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam dan juga tidak ada contoh dari para sahabat beliau.
Karena sudah jelas dalam agama kita(Islam) setiap amal ibadah harus mengikuti contoh(yang disunnahkan), dan jika amalan yang dibuat-buat meskipun ada doa, dzikir dan shalwat tetaplah amalan itu masuk dalam amalan sesat.
waallahua'lam."
Suatu saat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkisah,
خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هذه سبل و عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ {وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,’ kemudian beliau membaca,
{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya’” ([Al An’am: 153] Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya)
Para imam tafsir menjelaskan bahwa pada ayat ini, Allah Tabaraka wa Ta’ala menggunakan bentuk jamak ketika menyebutkan jalan-jalan yang dilarang manusia mengikutinya, yaitu {السُّبُلَ}, dalam rangka menerangkan cabang-cabang dan banyaknya jalan-jalan kesesatan. Sedangkan pada kata tentang jalan kebenaran, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan bentuk tunggal dalam ayat tersebut, yaitu {سَبِيلِهِ}. karena memang jalan kebenaran itu hanya satu, dan tidak berbilang. (Sittu Duror, hal.52).
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Dan ini disebabkan, karena jalan yang mengantarkan (seseorang) kepada Allah hanyalah satu. Yaitu sesuatu yang dengannya, Allah mengutus para Rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Tiada seorangpun yang dapat sampai kepada-Nya, kecuali melalui jalan ini” (Sittu Duror, hal.53).
Sumber Referensi "Jalan Kebenaran hanya satu", karya Ustadz Sa'id Abu Ukasyah di muslim.or

MEREKA ADALAH ORANG YANG BERUSAHA MENJADI BAIK


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu saya ajak seorang teman yang masih awam kepada kajian Sunnah untuk ikut saya shalat Juma'at di Masjid Raudhatul Jannah, karena dia mengaku belum pernah kesana dan ingin tau seperti apa keadaan Masjid Raudhatul Jannah saat Sholat Juma't.
Ketika sampai disana dia heran karena dari luar masjid ini seperti sunyi karena tidak ada suara murattal Al-Qur'an sebagaimana masjid-masjid lainnya ketika menjelang shalat Jum'at, namun ketika dia masuk ke dalam masjid dia sangat terkejut, ternyata didalamnya ada ratusan bahkan ribuan orang tengah membaca Al-Qur'an, meskipun suara mereka pelan ketika membaca namun karena banyaknya orang suaranya jadi lumayan riuh juga, seharusnya hal demikian juga diikuti jamaah masjid-masjid lainnya yakni ketika akan memasuki waktu shalat Juma't yang ngaji adalah orang yang ada di masjid itu, bukan rekaman syaikh fulan atau si fulan, semoga suatu saat kebiasaan seperti ini menular ke masjid-masjid lainnya, aamiin.
Ada komentar teman saya itu yang mengharuskan saya menyanggahnya, dia berkata, "MasyaAllah lihatlah jamaahnya pria jenggotan, celana cingkrang dan gamis, demikian juga dengan jamaah akhwatnya berhijab lebar dan banyak yang bercadar, pasti mereka orang-orang yang baik", saya langsung menyanggahnya, " Bukan orang baik tapi mereka orang-orang yang berusaha memperbaiki diri yaa, karena kalau kita buka riwayat mereka sebelumnya kita akan temukan sebelumnya mereka adalah orang-orang yang banyak berbuat dosa dimasa lalu dan saat ini mereka sedang berusaha keras memperbaiki diri'.
Kalau kita sibak chassing mereka yang gamis mungkin dimasa lalu menyimpan banyak kesalahan dan dosa.
Mungkin didalamnya ada seseorang yang berusaha keras menjauhkan diri dari riba, dan memaksakan diri meninggalkan gaya hidup tinggi untuk turun di gaya hidup yang sederhana agar lepas dari jerat-jerat riba.
Atau mungkin dibalik itu ada seseorang yang suka akan hal-hal yang berkaitan dengan syirik dan kebid'ahan dan saat ini setelah mereka taubat mereka berusaha tidak bersinggungan dengan hal-hal itu karena tau dosanya, dan akan mempersulit mereka kelak saat hisab.
Atau juga dibalik chassing itu ada seseorang yang berusaha menjauhkan diri dari perbuatan yang berkaitan dengan segala bentuk kemaksiatan seperti zina, narkoba, judi dan seterusnya.
Semoga kita juga termasuk orang-orang yang sedang berusaha memperbaiki diri, dan istiqomah diatas ketaatan kepada Allah dan RasulNya, aamiin.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
“(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabb-mu Maha Luas ampunanNya…” [An Najm/53 : 32].
Foto jamaah Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru

KITA SERING MENYIMPANG DARI AMANAH ALLAH, NAMUN ALLAH MAHA PENGAMPUN


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam kajian Sabtu Pagi yang lalu dalam pembahasan Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad Abdul Wahab di Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru, ada bagian disinggung oleh ustadz yang menarik untuk direnungkan, yakni tentang sifat Allah yang Maha Pengampun.
Kita diberi amanah umur oleh Allah Azza wa Jalla, namun sebagian umur kita lebih banyak kita gunakan untuk bermaksiat kepada Allah Azza wa Jalla.
Kita diberi amanah mata oleh Allah Azza wa Jalla, namun mata kita sering digunakan untuk melihat sesuatu yang diharamkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Kita diberi amanah telinga oleh Allah Azza wa Jalla, namun telinga kita lebih sering digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Kita diberi amanah tangan oleh Allah Azza wa Jalla, namun tangan kita sering digunakan untuk melakukan hal zalim yang dilarang oleh Allah Azza wa Jalla.
Kita diberi amanah kaki oleh Allah Azza wa Jalla, namun kaki kita sering digunakan untuk melangkah ke tempat-tempat maksiat dan dimana ada perbuatan yang dilarang oleh Allah Azza wa Jalla.
Kalau disebutkan satu persatu demikian banyaknya kezaliman yang kita lakukan, demikian banyaknya kejahatan yang pernah kita lakukan, dan begitu banyak perbuatan kita yang mengingkari amanah yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla kepada kita.
Namun betapapun banyaknya dosa dan kejahatan yang pernah kita lakukan, Allah Azza wa Jalla sediakan ampunan yang sangat luas kepada hambaNya, bahkan menyediakan surga untuk orang-orang yang bertaubat, yakni orang-orang yang meninggalkan segala bentuk kezaliman dan kemudian kembali kepadaNya.
Betapa Maha Pengampun Nya Allah Azza wa Jalla, betapa besar kasih sayang Allah Azza wa Jalla kepada hambaNya.
Waalahua'lam.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [az-Zumar/39:53]

Wednesday, November 6, 2019

JANGAN LETAKKAN HARGA DIRIMU KE SESUATU


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam kajian Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab beberapa hari yang lalu di Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru, ketika Ustadz membahas tentang keutamaan tauhid dan dengan tauhid seseorang kelak akan selamat di akhirat, beliau membahas tentang riwayat sabda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam ini yang disampaikan kepada Mu'adz bin Jabal, dalam riwayat hadits tersebut dikisahkan beliau Shallallahu alaihi wa Sallam menaiki seekor keledai membonceng Mu'adz bin Jabal, kata Ustadz,
"lihat bagaimana agungnya sikap Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam, beliau hanya menaiki seekor keledai, seperti kita ketahui dijaman itu keledai adalah tunggangan paling rendah levelnya, diatas keledai adalah Onta dan paling atas secara level adalah kuda, artinya kuda kendaraan paling mewah dijaman itu, padahal beliau adalah pemimpin negara, pemimpin umat, punya banyak pengikut, namun beliau bersikap sederhana dalam segala hal termasuk soal tunggangannya.
Seharusnya ini menjadi teladan bagi kita dalam mengarungi kehidupan.
Bandingkan dengan keadaan saat ini banyak diantara kita meletakkan marwahnya(dalam kamus besar bahasa Indonesia, Marwah artinya martabat, gengsi, pangkat) kepada tunggangan dan materi, banyak orang saat ini menyematkan marwahnya kepada mobilnya, merasa malu jika menaiki kendaraan yang sederhana, seakan bukan level dia, pada akhirnya dia naik kendaraan yang sesuai marwahnya, akibat meletakkan marwahnya kepada mobilnya ketika mobilnya tergores sedikit saja dia sedih dan marah bahkan stress.
Padahal kendaraan bisa berganti setiap waktu.
Sejatinya kemuliaan tidak terletak kepada sesuatu kenakan, tapi tergantung dari keimanan, amal dan ibadah kita kepada Allah Azza wa Jalla.
Waallahua'lam."
Dalam sebuah hadits disebutkan,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh:
1. Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah Wal Adab, bab Tahrim Dzulmin Muslim Wa Khadzlihi Wa Ihtiqarihi Wa Damihi Wa ‘Irdhihi Wa Malihi, VIII/11, atau no. 2564 (33).
2. Ibnu Majah dalam kitab Az Zuhud, bab Al Qana’ah, no. 4143.
3. Ahmad dalam Musnad-nya II/ 539.
4. Baihaqi dalam kitab Al Asma’ Wa Shifat, II/ 233-234, bab Ma Ja’a Fin Nadhar.
5. Abu Nu’aim dalam kitab Hilyatul Auliya’, IV/103 no. 4906.
Sumber Referensi "Ikhlas" karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or

Puisi untuk Istriku


Aku ingin mengajakmu
Rumah kita mungkin sangat kecil
Cukup untuk merebahkan punggung dan meluruskan kaki
Juga mungkin sangat murah
Kayunya sudah mulai lapuk
Dindingnya sudah mulai menjadi abu
Cat ditemboknya juga mulai kusam
Namun aku ingin mengajakmu menjadikan istana
Jika engkau bertanya bagaimana
Aku ingin melapangkan rumah dengan doa
Menjadi indah dengan suara ayat Al-Qur'an
Menjadikan mewah dengan penuh rasa cinta
Dan suatu hari kita mengatakan "rumahku surgaku".
Maukah wahai istriku?.
Pekanbaru, Rabu, 30 Oktober 2019
By Siswo Kusyudhanto
------------
Allah Ta’ala berfirman:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Furqan [25]: 74)

MAULID NABI RASA "HAULAN"


Oleh Siswo Kusyudhanto
Masih ingat dibenak saya dulu ketika masih remaja pernah ngaji kepada seorang kyai di Jawa Timur, dan beliau sering mengajak kami untuk menghadiri haulan seorang kyai atau juga sering dipanggil dengan "gus" di luar kota, kadang untuk sampai pergi kesebuah haulan kami persiapkan jauh-jauh hari karena jauhnya perjalanan yang harus ditempuh dan kadang membutuhkan bekal yang tidak sedikit.
Secara bahasa kata “haul” berasal dari bahasa Arab, Haala-Yahuulu-Haulan yang artinya setahun atau masa yang sudah mencapai satu tahun. Secara kultural, “haul” ialah peringatan hari kematian seorang tokoh masyarakat, seperti syaikh, wali, sunan, kiai, habib dan lain-lain yang diadakan setahun sekali bertepatan dengan tanggal wafatnya. Untuk mengenang jasa-jasa, karomah, akhlaq, dan keutamaan mereka.
Sebenarnya, acara haul tidak dikenal dalam syariat Islam. Haul tidak ada pada masa Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, shahabat, tabi’in, dan tabiut-tabi’in. Peringatan tersebut tidak pula dikenal oleh imam-imam madzhab: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad. Karena memang perayaan ini adalah perkara baru dalam agama Islam. Adapun yang pertama kali mengadakan haul dalam sejarah Islam adalah kelompok Rofidhoh (Syi’ah) , mereka menjadikan hari kematian Husain a pada bulan A’syuro sebagai hari besar yang diperingati.
Kalau ditanya apa hubungannya maulid dengan haulan?
Dulu karena masih jahil saya kira maulid nabi sudah diajarkan sejak jaman Rasulullah, jaman para sahabat dan juga para imam madhzab, belakangan baru tau bahwa maulid nabi adalah perkara baru jauh setelah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam wafat. Dan saya dulu yakin bahwa tanggal 12 Robi'ul awal adalah benar tanggal kelahiran beliau Shalallahu alaihi wa sallam. Belakangan baru tau itu semua tidak sesuai fakta dan sejarah.
Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Kapan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam lahir, Syaikh Sholeh Al Munajjid dalam web Islamqa menyebutkan, tanggal dan bulan lahirnya Nabi kita –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, hal ini masih diperselisihkan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa beliau lahir tanggal 8 Rabi’ul Awwal, seperti pendapat Ibnu Hazm. Ada pula yang mengatakan tanggal 10 Rabi’ul Awwal. Dan yang masyhur menurut jumhur (mayoritas) ulama adalah pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Selain itu ada yang mengatakan, beliau dilahirkan pada bulan Ramadhan, ada pula yang mengatakan pada bulan Shafar. Sedangkan ahli hisab dan falak meneliti bahwa hari Senin, hari lahir beliau bertepatan dengan 9 Rabi’ul Awwal. Dan inilah yang dinilai lebih tepat.
Jika kita meneliti lebih jauh, ternyata yang pas dengan tanggal 12 Rabi’ul Awwal adalah hari kematian Nabi ­-shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Meski mengenai kapan beliau meninggal pun masih diperselisihkan tanggalnya. Namun jumhur ulama, beliau meninggal dunia pada tanggal 12 dari bulan Rabi’ul Awwal, dan inilah yang dinilai lebih tepat.
Jika demikian, yang mau diperingati pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal apakah kematian beliau?! Wallahul musta’an.
Tulisan ini saya susun bukan untuk melecehkan amalan teman yang masih melakukan kedua amalan itu, namun sekedar untuk mengingatkan agar sebelum beramal untuk mecari dulu siapa yang pernah amalkan amalan ini?, atau lebih tepat "siapa yang pertama kali yang mengamalkannya?".
Karena agama ini ilmiah, jelas sumber dan asal usulnya, insyaallah dapat dicari asal usulnya, waallahua'lam.
Semoga bermanfaat bagi teman-teman semua.
Suatu saat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkisah,
خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هذه سبل و عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ {وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,’ kemudian beliau membaca,
{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya’” ([Al An’am: 153] Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya)
Sumber referensi :
1. "Hukum Haulan", quransunnah.wordpress
2. "Sejarah kelam Maulid Nabi" karya Ustadz Muhammad Tuasikal Msc. di rumaysho.c
3. "Kapan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam lahir?" karya Ustadz Muhammad Tuasikal Msc. di web muslim.or
4. "Jalan Kebenaran Hanya Satu", karya Sa'id Abu Ukasyah di web muslim.or

Sunday, October 27, 2019

Kenapa sakit membuat seseorang makin dekat kepada Allah Azza wa Jalla ?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa hari yang lalu sempat masuk angin berat, sampai tidak kuat berdiri, akhirnya tergolek diatas pembaringan, penyebabnya mungkin kecapekan disertai lupa makan, ditambah kehujanan ketika mengantar paket pesanan buku teman juga mengantar beberapa kotak Mushaf Al-Qur'an ke ekspedisi untuk kelas-kelas bacaan Al-Qur'an dibeberapa masjid disejumlah daerah, ini harus saya antar meskipun hujan karena ditunggu banyak orang, kalau terlambat tentu kelas bacaan Al-Qur'an akan terlambat juga untuk dilaksanakan.
Saat sakit seperti itu jadi banyak mengingat Allah Azza wa Jalla, Alhamdulillah, benar nasehat seorang ustadz ketika membahas sebuah hadits bahwa sakit membersihkan dosa seseorang, karena dalam keadaan sakit seseorang sehebat apapun akan turun kesombongan yang ada pada dirinya, ini disebabkan karena orang yang sedang sakit merasa dalam keadaan paling lemah, dan pada saat seperti itu dia sangat membutuhkan pertolongan dzat yang jauh lebih kuat darinya yakni Tuhannya, Allah Azza wa Jalla.
Ini adalah alasan kenapa orang yang sedang sakit sering berdoa dan minta didoakan kesembuhan kepada orang lain.
Waallahua'lam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya. (HR. Muslim)
Sakit juga akan Membawa Keselamatan dari api neraka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,” Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi. (HR. Muslim)
Sumber Referensi "Rahasia dibalik Sakit", karya Abu Hasan ST. Di web Muslim.or

Syubhat dalam Video Gus Nur


Oleh Siswo Kusyudhanto
Banyak teman-teman yang sudah mengenal Dakwah Salaf men-share video pengakuan Gus Nur tentang kesadaran beliau akan kebenaran perkataan Ustadz Khalid Basalamah bahwa musik haram, dan sejak meninggalkan mendengar musik Gus Nur merasa hidup lebih nyaman dari sebelumnya, Alhamdulillah ikut senang dengarnya, ini sama rasanya seperti ketika saya meninggalkan hobby mendengar musik jazz di masa lalu, ternyata jauh menenangkan meninggalkan musik.
Semoga suatu hari Gus Nur rujuk ke Manhaj Salaf, Aamiin.
Sekilas video ini bagus sehingga banyak dishare teman-teman, namun sebenarnya ada beberapa bagian yang mengandung muatan syubhat, seperti "Ambil baiknya dan tinggalkan buruknya", dan syubhat ini sudah populer didalam masyakarat, bahkan diserukan beberapa ustadz terkenal lainnya, kaidah ini sebenarnya tidak benar, seperti dituturkan oleh Ustadz Abu Zubair Hawaary, beliau mengatakan, "Ada syubhat dikalangan masyarakat bahwa mengambil ilmu agama itu dapat dari siapa saja, asal ambil baiknya dan tinggalkan buruknya, ini sungguh kaidah bathil, karena bagaimana antum dapat memisahkan yang baik dan buruk apa yang disampaikan oleh seorang ustadz atau da'i ? Sedang antum tidak mengetahui mana yang baik dan yang buruk?, Bahkan misal antum disuruh membuka ayat Al-Qur'an nomer sekian antum tidak tau dimana tempatnya?.
Yang benar mengambil ilmu adalah dari orang yang jelas Aqidahnya, jelas keilmuannya, jelas dia berguru kepada siapa, seperti disampaikan Muhammad bin Sirin salah seorang Tabi'in ketika melihat seseorang belajar kepada seorang pelaku kebid'ahan, beliau mengingatkan untuk melihat dari mana kita mengambil ilmu.
Waalahua'lam.
Imam besar Ahlus sunnah dari generasi Tabi’in, Muhammad bin Sirin berkata, “Sesungguhnya ilmu agama (yang kamu pelajari) adalah agamamu (yang akan membimbingmu meraih ketakwaan kapada Allâh), maka telitilah dari siapa kamu mengambil (ilmu) agamamu.”
(Dinukil oleh Imam Muslim dalam Muqaddimah Shahîh Muslim, 1/43-44 – Syarhu Shahîh Muslim)
Sumber Referensi"Lihat dari mana engkau mengambil ilmu", karya Ustadz Abdullah Taslim di almanhaj.or

LINGKUNGAN ADEM YA YANG SESUAI SUNNAH




Oleh Siswo Kusyudhanto
Kalau berkunjung di sekolah atau pondok pesantren dimana mayoritas orang disitu berpaham Sunnah sangat terasa adem di hati dan fikiran, pastinya sedikit maksiat ditempat seperti ini, seperti para wanitanya tertutup auratnya sehingga sedikit peluang untuk menimbulkan syahwat bagi para lelaki. Juga banyak orang berdzikir dengan siir dan muroja'ah Al-qur'an, MasyaAllah terasa adem benar.
Jadi teringat ketika seorang ustadz membahas tentang tujuan akhir dari kegiatan dakwah, yakni mengajak Umat manusia kepada ketaatan pada Allah dan RasulNya, ketika itu semua tercapai maka diharapkan rahmat Allah Azza Wa jalla akan tercurah dari dalam tanah dan langit, jika ini terjadi maka semua kebahagiaan akan terkumpul dimana negri itu dirahmati.
Semoga pada suatu hari Indonesia mayoritas warganya mengenal Dakwah Sunnah dan tegar serta istiqomah diatas Tauhid dan Sunnah, dan dijauhkan dari kehidupan yang penuh maksiat, bid'ah dan kesyirikan, agar negri ini dirahmati oleh Allah Azza Wa Jalla, aamiin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Andaikata penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” [Al-A’raf/7 : 96]
Foto TK As Sunnah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

MEMBERI HADIAH ADALAH SALAH SATU AMALAN SUNNAH YANG MULIA


Oleh Siswo Kusyudhanto
Tadi siang ada ustadz bercerita kepada saya, beliau menceritakan kegembiraannya mendapatkan hadiah dari Ustadz Khalid Basalamah, yakni berupa parfum yang sangat langka juga termasuk parfum premium, jarang dijual ditoko kebanyakan, saking gembiranya dengan pemberian hadiah dari Ustadz Khalid Basalamah ini sampai beliau simpan di lemari dirumahnya dengan sangat rapi, bahkan agar awet ini parfum hanya pada hari tertentu saja digunakan, seperti menjelang shalat Ied atau acara penting lainnya.
Jadi ikut senang dengar cerita beliau, jadi paham betapa senangnya membuat orang lain bahagia dengan memberikan hadiah, dan ini adalah salah satu amalan Sunnah yang mulia yang seharusnya kita juga amalkan, InsyaAllah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَهَادُوا تَحَابُّوا
“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, Niscaya kalian akan saling mencintai“.
(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan bahwa hadiah ini bisa menyebabkan persatuan dan saling cinta, bahkan terkadang memberikan hadiah lebih utama daripada sedekah pada keadaan tertentu. Beliau berkata,
ولأنها سبب للألفة والمودة. وكل ما كان سبباً للألفة والمودة بين المسلمين فإنه مطلوب؛ ولهذا يُروى عن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم أنه قال: (تهادوا تحابوا)، وقد تكون أحياناً أفضل من الصدقة وقد تكون الصدقة أفضل منها
“Karena hadiah merupakan sebab persatuan dan rasa cinta. Apapun yang dapat menjadi sebab persatuan dan rasa cinta antar kaum muslimin, maka ini dianjurkan. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ‘“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, Niscaya kalian akan saling mencintai’. Terkadang memberi hadiah itu lebih baik dan terkadang sedekah itu lebih baik (pada keadaan tertentu).”
Sumber Referensi "Sunnahnya saling memberikan hadiah", karya Dr. Raehanul Bahraen, di muslim.or
Foto Baliho Dakwah di jalan Air Hitam, Pekanbaru.

SEBANYAK APAPUN DOSAMU, BERUSAHALAH UNTUK TERUS MEMPERBAIKI DIRI



Oleh Siswo Kusyudhanto
Kalau dikirimi foto kegiatan kelompok Bacaan Al-Qur'an yang saya ikut membantu dengan menyalurkan sumbangan teman-teman berupa Mushaf Al-Qur'an dan buku iqro' untuk kelas bacaan Al-Qur'an di beberapa lokasi seperti Lembaga Pemasyarakatan Jailolo Halmahera Barat Maluku Utara atau Lembaga Pemasyarakatan Sarolangun Jambi jadi teringat nasehat seorang ustadz, kata beliau ketika kita melakukan kesalahan dan dosa segera bangkit dan berusaha memperbaiki diri, pada dasarnya selama hidup kita melakukan hal demikian, jatuh bangkit lagi untuk berusaha menjadi lebih baik lagi, jatuh lagi dan berusaha bangkit lagi, begitu seterusnya sampai kematian menjemput kita.
Jadikan kesalahan dan dosa sebagai motor penggerak bagi kita untuk selalu memperbaiki amal dan ibadah kita, dan menjadi pendorong agar tetap Istiqomah diatas ketaatan pada Allah Azza wa Jalla, insyaallah, dan jangan lupa berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar dimatikan diatas Islam, diatas ketaatan kepadaNya, jangan sampai kita mati diatas maksiat, itu sungguh kematian yang sangat buruk, waalahua'lam.
Juga sekalian saya ucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman donatur yang sudah membantu mereka dalam usaha untuk memperbaiki diri mereka yang pernah melakukan kesalahan dimasa lalu, sehingga karenanya mereka mendekam di lembaga pemasyarakatan dalam sekian waktu, semoga bacaan Al-Qur'an mereka juga menjadi pahala bagi para donatur Mushaf Al-Qur'an dan buku, Aamiin.
Allah ta’ala berfirman,
وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً
“Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa’: 27)
Allah ta’ala juga berfirman,
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ حَكِيمٌ
“Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana.” (QS. An Nuur: 10)
Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
“Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya.” (QS. An Najm: 32)
Allah ta’ala berfirman,
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu.” (QS. Al A’raaf: 156)
Foto warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Jailolo Halmahera Barat, Maluku Utara dan Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Sarolangun Jambi.

NASEHAT EMAS KETIKA MERASA DIZALIMI


Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada nasehat yang sangat mencerahkan dan menyegarkan dari seorang teman yang saya perlukan ketika kita merasa dizalimi, atau mungkin merasa dikhianati dan dikecewakan seseorang, dia berkata, " Bagi kita yang sudah ngaji lama, dan tau bahwa setiap perbuatan ada hisabnya, maka ketika kita dizalimi yakinkan bahwa pelakunya akan menghadapi hisab kelak, dan dia harus mempertanggung jawabkan kelak saat hisab, jadi kenapa kita harus kecewa dan sedih?, tidak ada alasan bagi kita untuk kecewa dan sedih, kita akan menghadapi hisab atas perbuatan kita demikian juga dengan dia, yang dapat kita lakukan adalah berusaha bersabar dan berdoa agar dikuatkan menghadapi hal-hal buruk yang menimpa kita, bukankah sabar adalah salah satu tiket ke surga?".
MasyaAllah nasehat senilai emas, jazakallahu khairan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memang menulis semua amalan hambaNya, yang baik maupun yang buruk, sebagaimana firmanNya:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ﴿٧﴾وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. [al Zalzalah / 99:7-8].
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا ۚ أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakanNya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. [al Mujaadilah / 58 : 6].
Sehingga seluruh pelaku perbuatan melihat amalannya dan tidak dapat mengingkarinya, karena bumi menceritakan semua amalan mereka. Begitu pula seluruh anggota tubuh pun berbicara tentang perbuatan yang telah ia lakukan. Dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا﴿١﴾وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا﴿٢﴾وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini),” pada hari itu bumi menceritakan beritanya, [al Zalzalah / 99 : 1-4].
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. [Yaasin / 36:65]
Sumber Referensi "Hisab pada hari pembalasan" karya Oleh
Ustadz Abu Asma Kholid Syamhudi Lc di almanhaj.or