Thursday, August 31, 2017

Maukah hijrah?

Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas maukah antum hijrah  ke Pekanbaru.?

Membaca posting teman bahwa IMB pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal di Bogor  yang  dibekukan pemda setempat bikin miris,  bagaimana tidak umat muslim yang seharusnya gembira ada banyak masjid dilingkungannya malah yang menentang dengan  keras,  hal ini disebabkan karena ketidak sukaan mereka kepada Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas.  Padahal menilik apa yang disampaikan  beliau selama ini sangat dibutuhkan oleh umat Muslim,  argumentasi  yang disampaikan selalu disertai dengan hujjah yang sulit terbantahkan,  seperti yang terjadi di kantor MUI  beberapa  tahun yang lalu,  dengan lugas beliau  mematahkan argumen para pembela bid'ah hasanah dengan cukup satu ayat Al Maidah 3. Mungkin sebab itu juga beliau menjadi musuh nomer satu bagi para pengamal bid'ah,  padahal andai saja mereka mau membuka mata dan telinga insyaallah  mereka akan menemukan  kebenaran dari apa yang disampaikan beliau.
Melihat apa yamg yang terjadi di Bogor disisi lain bikin saya bersyukur,  di Pekanbaru  tidak banyak halangan yang berarti seperti itu,  disini Pemda dan masyarakat  Pekanbaru  menerima dengan baik dakwah Sunnah,  terbukti banyak masjid dan sarana pendukung kajian Sunnah berdiri. Mulai Masjid Raudhatul Jannah,  Masjid Ma'had Abu Darda,  Masjid Imam Syafii  dst.,  banyak masjid berbasis kajian sunnah.  Jika ponpes mulai Ponpes Umar bin Khatab,  Ponpes Mahad Ibnu Katsir,  Ponpes putri Ummu Sulaim,  Ponpes Imam Nawawi  dst.
Andai jika mau jujur tidak ada alasan sedikitpun menolak dakwah Sunnah,  alasannya simpel,  dengan makin banyaknya  pemaham Sunnah ada disuatu daerah insyaallah  daerah itu akan aman,  karena semakin sedikit orang yang bermaksiat,  makin banyak jamaah shalat fardhu di masjid dan mushola,  makin aman lingkungan karena banyak yang duduk dikajian dan halaqah Alquran dan sejuta kebaikan lainnya.
Anda Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas mau hijrah ke kota  ini insyaallah  banyak jamaah yang akan senang hati menerima,  makin banyak ustadz yang dapat menyampaikan ilmu kepada jamaah di kota ini,  aamiin. Semoga Allah merahmati antum dan keluarga serta para jamaah disana,  aamiin.

By Siswo Kusyudhanto

Saturday, August 26, 2017

Ciri wahabi

Ciri-ciri paham wahabi

Oleh Siswo kusyudhanto

Beberapa waktu yang lalu ada teman bertanya kepada saya, "mas kenapa ada sekelompok orang sangat membenci wahabi,  kalau boleh tau apa ciri-ciri spesifik dari orang yang berpaham wahabi?".
Lalu saya jawab,  wahabi yang sering disebut sebut di Indonesia  ciri-cirinya yakni :
1. Anti dengan perbuatan syirik  seperti  ngalap berkah ketempat-tempat yang dianggap mendatangkan berkah,  tidak memakai jimat,  tidak datang kedukun,  dan tidak percaya tahayul.
2. Anti amalan-amalan agama yang masuk perkara bid'ah, seperti tahlil kematian,  maulid nabi dan seterusnya,  dan sebaliknya  mempelajari Sunnah Nabi dan para sahabatnya  kemudian berusaha mengamalkan dalam kehidupan  mereka.
3. Penampilan mereka mengikuti yang disunnahkan,  yakni bagi lelaki berjenggot dan berpakaian tidak isbal(cingkrang), dan bagi wanitanya  berhijab syar'i  dan sebagian diantaranya bercadar.
4. Mereka  juga menjauhi  musik,  maka mereka tidak akan mendekati namanya cafe,  rumah karaoke,  diskotik juga tidak mendekati panggung dangdut koplo.
5. Mereka  menjauhi politik karena,  dalam pendangan mereka politik hanya memecah belah umat Muslim,  sehingga  umat Muslim menjadi lemah dalam menghadapi kaum kafirin.
6. Mereka menjauhi rokok,  karena itu bentuk membinasakan diri sendiri.
7. Mereka menjauhi demo kepada pemerintah ataupun pihak lain,  karena mereka mengikuti  cara Sunnah dalam memberikan  nasehat.
8. Mereka selalu berusaha hadir di masjid dan mushola ketika masuk shalat fardhu bagi kaum lelakinya, karena bagi mereka wajib hukumnya shalat fardhu berjamaah jika tidak ada udzur apapun.
9. Mereka disibukkan dengan menuntut ilmu syar'i, maka mereka banyak duduk di kajian ilmu dan halaqah Alquran.
10. Mereka tidak taklid kepada ulama tertentu,  dalam setiap kajian mereka mengambil fatwa dari empat madzhab yang berbeda kemudian membahasnya.

Teman saya heran,  dia mengatakan,  "kalau banyak kebaikan dari orang yang disebut wahabi,  kenapa mereka takut dengan wahabi sehingga merasa perlu membubarkan kajiannya,  dan juga berusaha merobohkan masjid-masjidnya?".
Lalu saya jelaskan,  "selamat datang dijaman fitnah kawan,  waallahua'lam".
Lalu dia mengatakan,  "kalau demikian banyak kebaikan dari orang yang disebut wahabi,  biarlah saya jadi wahabi juga."

Wednesday, August 23, 2017

Hidayah itu mahal, karena Hidayah hanya Allah yang mengetahuinya.


Suatu ketika seorang ibu bertanya kepada Ustadz Maududi Abdullah, " ya ustadz bagaimana menarik anak saya agar mendapatkan hidayah?", lalu ustadz menjawab, " maaf ibu jika ibu menanyakan bagaimana menarik seseorang mendapat hidayah, maka saya tidak tau, karena saya bukan Allah, yang mengetahui caranya seseorang mendapat hidayah hanya Allah Azza Wa Jalla. Coba perhatikan ini, Nabi Muhammad Shallalalahu alaihi Wassalam saja tidak dapat menarik paman beliau mendapatkan hidayah, demikian juga Nabi Ibrahim juga tidak dapat menarik ayahnya mendapaatkan hidayah, atau Nabi Nuh yang tidak dapat menarik anaknya mendapatkan hidayah dan seterusnya, Jika para Nabi dan Rasul saja tidak dapat menarik seseorang mendapatkan hidayah, apalagi kita yang manusia biasa?. Hal ini menunjukkan bahwa soal hidayah itu hak mutlak dari Allah.
Nasehat saya dalam dakwah seharusnya kita bersabar dan tidak menetapkan target harus merubah pemahaman seseorang sesuai keinginan kita, karena bukan tugas kita merubah pemahaman seseorang, tugas kita hanya menyampaikan saja, selanjkutnya adalah urusan Allah, maka wajib kita doakan, meminta Allah memberikan hidayah pada orang yang kita cintai selain diri kita, waallahua'lam."
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ٨:٥٦
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [Al Qashash/28 : 56]
Sebab turunnya ayat ini berkaitan dengan meninggalnya Abu Thalib dalam keadaan tetap memeluk agama Abdul Muththalib (musyrik). Hal ini sebagaimana ditunjukkan hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibnu Al Musayyab, bahwa bapaknya (Al Musayyab) berkata: ‘Tatkala Abu Thalib akan meninggal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sllam bergegas mendatanginya. Dan saat itu, ‘Abdullah bin Abu Umayyah serta Abu Jahal berada di sisinya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Wahai, pamanku. Ucapkanlah la ilaha illallah; suatu kalimat yang dapat aku jadikan pembelaan untukmu di hadapan Allah,’. Akan tetapi, ‘Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahal menimpali dengan ucapan : ‘Apakah engkau (Abu Thalib) membenci agama Abdul Muththalib?’. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi sabdanya lagi. Namun mereka berdua pun mengulang kata-katanya itu. Maka akhir kata yang diucapkannya, bahwa dia masih tetap di atas agama Abdul Muththalib dan enggan mengucapkan La ilaha illallah. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh, akan aku mintakan ampunan untukmu, selama aku tidak dilarang”. Lalu Allah menurunkan firmanNya:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَن يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ ٩:١١٣
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam”. [At Taubah/9 : 113]
Adapun mengenai Abu Thalib, Allah berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki”. [Al Qashash/28 : 56].
Referensi dr
"HIDAYAH HANYA MILIK ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA, Oleh
Abu Nida` Chomsaha Sofwan
almanhaj.or.id
By Siswo Kusyudhanto

Tau tapi tidak ada manfaat


Banyak manusia dijaman sekarang mereka mengetahui namun tidak mau tau, berlagak tidak tau.
Ketika seseorang ditanya apakah tau shalat wajib bagi muslim/, maka dia akan jawab. saya tau pak, shalat subuh, dhuhur, ashyar, maghrib dan isya', namun yang menjawab itu tidak melakukan sama sekali shalat fardhu itu. Sama halnya dengan semisal orang tau berbohong itu tidak boleh, menipu tau adalah terlarang, berkhianat tidak boleh dan seterusnya. Namun orang yang mengetahui perbuatan-perbuatan ini salah namun masih juga suka merubah kuitansi, tiap hari mencuri timbangan, tiap hari korupsi dan berkhianat terhadap negara dan seterusnya. Ini jenis perbuatan yang berbahaya, jauh lebih berbahaya daripada orang yang tidak mengetahui sama sekali.
Maka dikatakan ilmu adalah apa yang diketahui dan diamalkan, karena surga tidak didapat dengan pengetahuan saja, namun surga hanya didapat dengan amalan.
Kalau ujian dunia ini hanya berupa pengetahuan, dan hanya sebatas teori maka kita semua lulus ujian.
Allah Ta’ala berfirman,
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا ۚ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangatlah buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” [Al-Jumu’ah: 5]
Dikutip dr Ustadz Maududi Abdullah
By Siswo Kusyudhanto

Tuesday, August 22, 2017

Ketika tidak ada lagi yang menyuarakan Nahi Munkar dan hanya menyampaikan Amar Ma'ruf.


Minggu kemarin akun fb seorang teman yang sering post baliho dakwah seperti anti riba dan semacamnya di jalan-jalan Pekanbaru diblokir dan ditutup oleh pihak fb, hal ini mungkin terjadi karena banyaknya laporan tidak kesukaan orang terhadap posting-postingnya yang anti riba, dan yang jelas pelapor adalah orang-orang yang pro kepada perbuatan riba atau malah adalah pelaku riba, subhanAllah. Padahal jelas dibanyak ayat dan hadist Allah dan RasulNya melaknat perbuatan riba dan memeranginya.

Atau ketika saya menegur seorang teman sering share soal agama tidak pernah membahas bid'ah atau bahaya syirik, dia berdalih nanti orang benci kepadanya, subhanaAllah. Padahal dakwah para nabi dan Rasul adalah mendakwahkan tauhid, masuk didalamnya tentang bahaya bid'ah dan syirik.

Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah mengatakan," dakwah yang berkembang di negri kita yang banyak disukai banyak orang saat ini sangat berbahaya, para da'i, para pendakwah hanya menyampaikan bagaimana hidup qona'ah, bagaimana ikhlas, bagaimana menjadi seorang suami yang baik, bagaimana menjadi istri yang baik, bagaimana menjadi pemimpin dan seterusnya, . Namun mereka tidak mau menyampaikan bahaya riba, bahaya zina, bahaya membuka aurat dan seterusnya. Ketika mereka ditegur kenapa hanya menyampaikan amar ma'ruf dan meninggalkan nahi munkar?, mereka berdalih nanti orang akan benci kepada dakwahnya, atau bahkan takut dilempari batu, ini bukti bahwa dakwah mereka sedikit keikhlasan berdakwah demi Allah Azza Wa jalla, Mereka hanya mengambil sekerat dakwah yang disyariatkan. Maka ketika nahi munkar tidak disampaikan disisi lain penyeru kebathilan jauh lebih kencang suaranya di masyarakat yang terjadi kebathilan merajalela didalam masyarakat, lihat betapa banyak praktek riba terjadi dimana mana, siapa yang menriakkan bahaya riba/, sangat sedikit saja yang mengingatkan hal ini. Lihat banyak wanita membuka aurat mereka dijalanan, dimana hijab syar'i mereka?, maka kita temui sangat sedikit wanita memakai hijab syar'i, itu terjadi karena tidak ada yang menyampaikan pentingnya menjaga aurat dengan hijab syar'i.
Maka hanya orang yang ikhlas kepada Allah saja yang tidak takut dalam menyampaikan dan menegakkan syariat Allah, orang yang ikhlas kepada Allah menyampaikan tentang amar ma'ruf sekaligus juga nahi munkar."

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan penyebutannya dari iman dalam firman-Nya,

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. [Ali Imron :110]

Demikian pula, Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafikin dengan hal ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُوْلاَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمُُ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.[At-Taubah:71]

Referensi AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR MENURUT HUKUM ISLAM Oleh Ustadz Kholid Syamhudi di almanhaj.or.id



By Siswo Kusyudhanto

Menjawab Syubhat Dakwah Ustadz ABDUL SOMAD. (AS ) Hadahallah


Wallahi ... semoga di akherat kelak si "abdul somad" itu mempertanggung jawabkan segala bentuk fitnah yg di tebarkannya di hadapan Allah azza wa jalla ...
Beberapa tahun terakhir, nama ustadz Abdus Somad yang merupakan alumni S2 Darul Hadits Hassania Institute Maroko. mulai terkenal melalui ceramah-ceramahnya yang tersebar di Youtube dan media sosial ini ,sering menjadi perbincangan para netizen dan pegiat media sosial tanah air. Bahkan sekolahnya pun juga banyak yang menjadi viral di media sosial. Namanya adalah Ustadz Abdul Somad, Lc. MA.
Banyak yang bertanya tentang bagaimana manhaj beliau?
1. Wahabi
Dalam sebuah video yang diunggah di youtube, Ustadz Abdul Somad menjelaskan apa itu dakwah Salafi wahabi. Ustadz AS mengatakan bahwa kelompok dengan dakwah yang sering membid'ahkan dan mengkafirkan adalah agen Yahudi (Amerika dan Israel). "Kelompok-kelompok yang selalu menyalahkan, bid'ah, haram, adalah kelompok agen-agen Amerika dan Israel". Ustadz AS juga menegaskan melarang mengikuti kelompok-kelompok yang menyalahkan orang lain.
Komentar:
Pernyataan ustadz As mengarah pada dakwah sunnah salaf di tanah air. Karena hanya dakwah sunnah lah yang berani mengatakan yang haq adalah haq dan bathil adalah bathil. Tidak menggabungkan yang haq dengan yang bathil seperti yang berkembang saat saat sekarang. Dimana dengan dalih menjaga "persatuan" mereka tidak berani menyampaikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sebagian amaliah masyarakat meski sudah mencapai taraf kesyirikan.
asosiasi seperti apakah yang diharapkan?
Apakah saat ini kelompok yang mendakwahkan pemurnian tauhid sebagaimana yang dilakukan oleh dakwah salafi?
Jika benar dakwah salafi antek Amerika dan Yahudi. Mengapa dakwah salaf ini juga ditebarkan oleh aparat pemerintah staf ahli BNPT Bpk Abdurrahman Ayyub?
2. Hukum Jenggot
Ustadz Abdul Somad dalam video rekamannya juga mengatakan bahwa hukum memlihara jenggot adalah SUNNAH berdasarkan mazhab syafi'i. Jika dengan adanya jenggot membuat penampilan tidak bagus maka jenggot dicukur. Inilah pendapat Ustadz AS ketika ditanya mengapa dia tidak berjenggot. "Saya kalau berjenggot lebat seperti tusuk sate, takut bapak bertemu sama saya."
komentar:
Imam Asy-Syafi'i rohimahulloh mengatakan:
ولا يأخذ من شعر رأسه ولا لحيته شيئا لان ذلك إنما يؤخذ زينة أو نسكا
"Ia (orang yang memandikan mayat) tidak dapat memangkas rambut kepala maupun jenggotnya si mayat, karena kedua rambut itu hanya bisa diambil untuk menghias diri dan ketika ibadah manasik saja". (Al-Umm 2/640)
Imam Syafi'i rohimahulloh juga mengatakan:
والحلاق ليس بجناية لان فيه نسكا في الرأس وليس فيه كثير ألم, وهو - وإن كان في اللحية لا يجوز - فليس كثير ألم ولا ذهاب شعر, لانه يستخلف, ولو استخلف الشعر ناقصا أو لم يستخلف كانت فيه حكومة
"Menggundul rambut bukanlah kejahatan, karena adanya ibadah dengan menggundul kepala, juga karena tidak adanya rasa sakit yang berlebihan padanya. Aksi menggundul itu, meski tidak diperbolehkan pada jenggot, namun tidak ada rasa sakit yang berlebihan padanya, juga tidak menyebabkan hilangnya rambut, karena ia tetap akan tumbuh lagi. Seandainya setelah digundul, ternyata rambut yang tumbuh kurang, atau tidak tumbuh lagi, maka ada hukumah (semacam denda / sangsi, silahkan lihat makan al-hukuumah di Al-Haawi al-Kabiir 12/301) ". (Al-Umm 7/203)
Para ulama syafi'iyah telah memahami bahwa kata Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah menunjukkan bahwa beliau melarang menggunduli jenggot. Diantara para ulama tersebut adalah:
(1) Ibnu Rif'ah:
قال ابن رفعة: إن الشافعي قد نص في الأم على تحريم حلق اللحية
Ibnu Rif'ah rohimahulloh mengatakan: Sungguh Imam Syafi'i telah menegaskan dalam kitabnya Al-Umm, tentang haramnya menggundul jenggot. (Hasyiatul Abbadi ala Tuhfatil muhtaj 9/376)
(2) Abdurrahman bin 'Umar Baa' Alawi; ia berkata:
نص الشافعي رضي الله عنه على تحريم حلق اللحية ونتفها
"Imam Asy-Syafii radhiallahu 'anhu telah menyatakan akan haramnya mencukur gundul jenggot dan mencabuti jenggot" (Bugyatul Mustarsyidin hal 20, cetakan Daarul Fikir)
Jenggot membawa mudharat?
Ustadz AS menjelaskan jika ia berjenggot maka seperti tusuk sate, Apakah sebegitu mudharatnya memelihara jenggot. Atau hanya karena tidak diurus, sehingga jenggot akan tampak berantakkan?
Jikapun panjang seperti tusuk sate mengapa ustadz mencukur habis?, Bukankah dengan meninggalkan sedikit tidak terlihat seperti tusuk sate?.
3. Isbal
Berdasarkan penjelasan Ustadz AS, Isbal tidaklah mengapa jika tidak somobong. "Yang celana gantung amalkan untuk Anda sendiri, jangan memasukkan neraka orang yang tak (bercelana) gantung. Mau kemana ummat ini dibawa asyik berkelhai gara-gara itu".
komentar:
Apakah isbal ini masalah sepele?
Imam Ahmad mencatat sebuah riwayat dalam Musnad -nya (4/390):
(حدثنا سفيان بن عيينة, عن إبراهيم بن ميسرة, عن عمرو ابن الشريد, عن أبيه أو: عن يعقوب بن عاصم, أنه سمع الشريد يقول: أبصر رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يجر إزاره, فأسرع إليه أو: هرول, فقال: " ارفع إزارك, واتق الله ", قال: إني أحنف, تصطك ركبتاي, فقال:" ارفع إزارك, فإن كل خلق الله عز وجل حسن ", فما رئي ذلك الرجل بعد إلا إزاره يصيب أنصاف ساقيه, أو: إلى أنصاف ساقيه
Sufyan bin 'Uyainah menuturkan kepadaku, dari Ibrahim bin Maisarah, dari' Amr bin Asy Syarid, dari ayahnya, atau dari Ya'qub bin 'Ashim, bahwa ia mendengar Asy Syarid berkata: Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam melihat seorang laki-laki yang pakaiannya terseret sampai ke tanah, kemudian Rasulullah bersegera (atau berlari) mengejarnya. Kemudian beliau bersabda:
"Angkat pakaianmu, dan bertaqwalah kepada Allah". Pria itu berkata: "kaki saya bengkok, lutut saya tidak stabil ketika berjalan". Nabi bersabda: "angkat pakaianmu, sesungguhnya semua ciptaan Allah Azza Wa Jalla itu baik".
Sejak itu tidaklah pria tersebut terlihat kecuali pasti kainnya di atas pertengahan betis, atau di pertengahan betis.
Hadits ini shahih, semua perawinya tsiqah. Ya'qub bin 'Ashim dikatakan oleh Ibnu Hajar: "ia maqbul". Namun Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Dan demikian juga Adz Dzahabi yang berkata: "ia tsiqah". Maka inilah yang tepat insya Allah. Al Albani mengatakan: "sanad ini sesuai syarat Bukhari-Muslim jika (Ibrahim meriwayatkan) dari 'Amr dan sesuai syarat Muslim jika dari Ya'qub. Dan yang lebih kuat adalah yang pertama (dari' Amr)" (Silsilah Ash Shahihah, 3 / 427).
4. Tahlilan Kematian
Menurut ustadz AS, Tahlilan kematian, memperingati tiga hari, tujuh hari kematian adalah tradisi Tabi'in, tradisi salafus sholeh.
Tahilan dalam rangka memperingati kematian TIDAKLAH pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak juga para sahabatnya, tidak juga para tabi'in, dan bahkan tidak juga pernah dilakukan oleh 4 imam madzhab (Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafii, dan Ahmad rahimahumullah).
Istri beliau yang sangat ia cintai Khodijah radhiallahu 'anhaa juga meninggal di masa hidup beliau, akan tetapi sama sekali tidak ia tahlilkan. Jangankan hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, ke-1000 bahkan sehari saja tidak beliau tahlilkan. Demikian juga kerabat-kerabat beliau yang beliau cintai meninggal di masa hidup beliau, seperti paman beliau Hamzah bin Abdil Muthholib, sepupu beliau Ja'far bin Abi Thoolib, dan juga sekian banyak sahabat-sahabat beliau yang meninggal di medan pertempuran, tidak seorangpun dari mereka yang ditahlilkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Al-Imam Asy-Syafi'i berkata dalam kitab "Al-Umm":
"Dan aku benci al-maatsim yaitu berkumpulnya orang-orang (di rumah keluarga mayat -pen) meskipun mereka tidak menangis. Karena hal ini hanya memperbarui kesedihan, dan membebani pembiayayan ....". ini adalah lafal nash (pernyataan) Al-Imam Asy-syafi'i dalam kitab al-Umm. Dan ia diikuti oleh para ahli fikih madzhab syafi'i.
Semoga kita semakin berhati-hati dalam menimba ilmu. Gelar bukanlah acuan, akan tetapi yang disampaikan apakah sesuai dengan Alquran dan hadist sebagaimana yang dipahami oleh para sahabat atau tidak.
Wallahu 'alam
---------------
Copas dari Ustadz Zainal Abidin

Beli tunai dihalangi, dan malah didorong pada riba


Kemarin sore bertemu teman lama, sekarang dia bekerja sebagai tenaga pemasaran sebuah merk mobil, ketika disela-sela kami berbincang dia mohon bantuan untuk mempromosikan mobil yang dijualnya. Permintaan ini saya sanggupi, namun diujung permintaannya bikin saya istighfar banyak-banyak dalam hati. Dia mengatakan, "mas kalau ada orang mau beli mobil dorong dia untuk membeli cara kredit, karena komisinya besar, satu unit mungkin sekitar 3 juta, kita dapat bagi berdua, namun kalau misal konsumen itu membeli dengan cara kontan komisinya cuma 400 ribu", astaghfirulloh!!!. Ini sama halnya menghalangi seseorang memiliki mobil dengan cara tunai dan mejerembabkan seseorang dalam perkara ribawi yang dilaknat Allah dan RasulNya. Membeli cara tunai justru komisinya sedikit, sementara membeli cara riba justru komisinya besar, gimana tidak jika semua tenaga pemasaran mobil dan motor mendorong masyarakat beramai-rami terlibat perbuatan riba?.
Jadi ingat kajian Ustadz Erwandi Tarmidzi, " antum tau kenapa riba sulit dihilangkan dari negri ini?, penyebabnya karena masyarakatnya yang notabene mayoritas Muslim justru hobby akan perbuatan riba, mulai kredit barang dapur, kredit barang elektronik, perkakas, mobil sampai rumah, jadi selama riba masih jadi gaya hidup masyarakat kita tentu sangat sulit riba dihilangkan. Maka mari terus dakwahkan bahaya riba di dunia apalagi kelak di akhirat, dakwahkan terus mulai dari keluarga kita, lingkungan sekitar kita hingga kepada para pejabat di negri ini, agar perlahan Muslim di Indonesia meninggalkan perkara ribawi."
Riba merupakan perbuatan dosa besar dengan ijma’ Ulama, berdasarkan al-Qur`ân, as-Sunnah. Dalil dari al-Qur`ân di antaranya adalah firman Allâh Azza wa Jalla :
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
Allâh menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. [al-Baqarah/2:275]
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang umatnya dari riba dan memberitakan bahwa riba termasuk tujuh perbuatan yang menghancurkan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau bersabda, “Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Apakah itu?” Beliau n menjawab, “Syirik kepada Allâh, sihir, membunuh jiwa yang Allâh haramkan kecuali dengan haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari perang yang berkecamuk, menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina”. [HR. al-Bukhâri, no. 3456; Muslim, no. 2669]
Sumber referensi: riba-dosa-besar-yang-menghancurkan, Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari di almanhaj.or id.
By Siswo Kusyudhanto

Benarkah Jamaah Tabligh calon pasukan Imam Mahdi?


Di media sosial yang beredar ada beberapa posting dari simpatisan, atau pengikut jamaah tabligh menyiarkan bahwa mereka adalah calon pasukan Imam Mahdi, alasannya sepele, kata mereka karena mereka biasa berjalan kaki jauh, jadi adalah kelompok paling siap dalam menghadapi Dajjal, subhanaAllah, syubhat apalagi ini?.
Jadi ingat penjelasan Ustadz Khalid Basalamah, " mereka sebenarnya baik mengajak orang ke masjid dan mushola, mengajak duduk dikajian ilmu, namun juga banyak kekeliruan, seperti mereka hanya terpaku kepada kitab ulama mereka sendiri, bahkan mereka tidak tau bahwa dalam kitab itu berisi hadist-hadist dhaif dan maudhu', palsu, mereka tidak mencoba mempelajari kitab ulama yang lainnya. Kekeliruan mereka lainnya yakni menjadikan orang yang baru insyaf kemarin untuk berdakwah, ini tentu tidak benar, karena dalam berdakwah perlu ilmu, bukan orang yang jahil dalam ilmu kemudian disuruh berdakwah."
Beberapa waktu yang lalu juga dapat penjelasan dari seorang ustadz ahli hadist dari Malasyia, beliau menyebutkan " kitab mereka yakni fadhilah amal, Fadhilah sedekah atau Makhatab A Hadist banyak berisi hadist dhaif dan maudhu', mungkin sekitar 40% sampai 60% hadist didalam kitab ini sangat meragukan untuk diikuti. Lalu apa jadinya jika beramal diatas dalil yang lemah, tentu jika dalilnya salah maka amalannya juga salah."
Dalam sebuah posting di group kazgori bahkan pentolan mereka dengan enteng mengatakan bahwa "jika hadist dhaif diamalkan dan diyakini pasti suatu saat jadi hadist sahhih", subhanaAllah.Sedemikian banyak syubhat yang ditanamkan ke hati mereka, meyakini bahwa itu benar, padahal jika ditinjau dari timbangan ilmu syar'i, tentu yang demikian adalah bentuk penyelewengan.
Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah ketika membahas An Nisa'115 mengatakan, "yang disebutkan dalam ayat ini mereka yang terombang ambing dengan kesesatan, adalah mereka yang menyelisihi jalan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam, mereka meyakinkan dirinya sendiri diatas kebenaran meskipun tidak ada sama sekali syariat tentang hal itu."
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menentang Rasul setelah petunjuk terang benderang baginya dan dia malah mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, maka Kami akan membiarkan dia terombang-ambing di dalam kesesatan yang dipilihnya, dan Kami akan memasukkan dirinya ke dalam neraka jahannam. Dan sungguh jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisaa’: 115)
By Siswo Kusyudhanto

Sudah berhijab syar'i, sudah bercadar juga masih diawasi mata lelaki, apalagi gak pakai?


Ada seseorang lelaki menatap seorang wanita yang berhijab syar'i dan bercadar, lelaki itu terus menatap sampai siwanita hilang dari pandangannya, padahal yang terlihat dari wanita itu cuma matanya saja, kenapa demikian?. Penjelasannya karena wanita ketika keluar dari rumahnya setan terus mengikuti dia, kemudian ketika ada lelaki ajnabi(bukan mahram bagi si wanita) maka setan akan menghias seindah mungkin si wanita agar terlihat menarik dihadapan lelaki lain, meskipun si wanita sudah menutup rapat auratnya dengan hijab syar'i yang lebar, juga masih ditambah cadar untuk menutup bagian wajahnya masih saja ada peluang setan menghiasnya. Mungkin bagian auratnya sudah tertutup, namun setan menarik perhatian lelaki untuk melihat wanita dari bentuk badannya atau juga suaranya.
Jika sudah tertutup rapat saja masih ada peluang setan untuk menghiasinya dan membuat para lelaki tertarik, apalagi jika tidak memakainya?, tentu jalan bagi setan menjadi banyak untuk membuat fitnah syahwat bagi si wanita.
Ini kenapa dalam syariat disebutkan lebih afdhol jika seorang wanita melakukan shalat didalam rumah mereka, meskipun tidak ada larangan bagi wanita muslimah melakukan shalat di mushola dan masjid, karena fitnah terbesar lelaki datangnya dari wanita.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اَلْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اِسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ، وَإِنَّهَا لاَتَكُوْنُ أَقْرَبَ إِلَى اللهِ مِنْهَا فِيْ قَعْرِ بَيْتِهَا
Wanita itu aurat, jika ia keluar dari rumahnya maka setan mengikutinya. Dan tidaklah ia lebih dekat kepada Allâh (ketika shalat) melainkan di dalam rumahnya
TAKHRIJ HADITS:
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh :
1. at-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausâth, no. 2911 dari Shahabat Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma
2. at-Tirmidzi, no. 1173
3. Ibnu Khuzaimah, no. 1685, 1686
4. Ibnu Hibbân, no. 5559, 5570-at-Ta’lîqâtul Hisân), dari Shahabat Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu anhu
5. at-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausâth, no. 8092
Imam at-Tirmidzi rahimahullah berkata, ”Hadits ini hasan shahîh gharib.” Dishahihkanoleh Imam al-Mundziri, beliau mengatakan, “Hadits ini diriwayatkan oleh at-Thabrani rahimahullah dalam al-Mu’jamul Ausâth dan rawi-rawinya yang shahih.” Lihat Shahîh at-Targhîb wat Tarhîb (I/260, no. 344). Dishahihkan juga oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 2688) dan Shahîh at-Targhîb wat Tarhîb (no. 344, 346).
Dikutip dr Ustadz Abu Haidar As Sundawy
Referensi almanhaj.or.id "wanita adalah aurat" dr US Yazid bin Abdul Qodir Jawas
By Siswo Kusyudhanto

Nikmatnya dunia hanya sekejap


Dalam sebuah kesempatan Ustadz Abu Zubair Hawaary diundang untuk mengisi sebuah tabligh Akbar di Kota Bekasi, ketika beliau sedang menaiki sebuah mobil menuju tempat kajian nampak oleh beliau sebuah bangunan yang sangat besar dan mewah, beliau sangat terkagum-kagum dengan keindahan bangunan itu, kemudian bertanya kepada ikhwan disebelah beliau duduk, "itu gedung apa yaa?, sangat mewah dan megah, di Pekanbaru tidak ada gedung seindah itu", si ikhwan menjawab, "itu rumah seseorang tadz",. Mendengar jawaban itu Ustadz Abu Zubair Hawaary kaget," ha!,"rumah?, "sebesar itu dan mewah, rumah siapa gerangan ya akhi?", lalu si ikhwan menyampaikan kepada ustadz bahwa dulu rumah itu dibangun oleh seorang pengusaha yang kaya raya, seorang miliader, si pengusaha berkeinginan membuat rumah yang mewah dan megah demi menyenangkan istrinya, namun tidak lama berselang rumah itu dihuni oleh pengusaha dan istrinya, si pengusaha meninggal dunia, dan selang satu tahun kemudian si istri pengusaha menikah lagi dengan seorang pemuda. Pada akhirnya yang menikmati rumah dan istri sipengusaha adalah orang lain, bukan si pengusaha itu sendiri yang telah bersusah payah membangun rumah itu, jerih payah dengan segala kekayaannya justru dinikmati oleh orang lain.
Lalu Ustadz Abu Zubair Hawaary mengatakan, "inilah bukti bahwa kenikmatan dunia hanya sekejap, dan tidak kekal, jerih payah seseorang meraih dunia penikmatnya justru orang lain."
Orang-orang yang berlomba mengejar kesenangan dunia ini ibarat orang-orang yang berada dalam sebuah permainan yang melalaikan, tidak lama lagi permainan itu akan berakhir dan menyisakan kelelahan yang tidak berarti.
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya ? [al-An’âm/6: 32]
Imam al-Alûsi rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah semua perbuatan yang dikhususkan hanya untuk kehidupan dunia ini seperti main-main dan senda gurau, yaitu tidak bermanfaat dan tidak tetap (kekal). Dengan penjelasan ini, sebagaimana dikatakan oleh banyak ulama’, amal-amal shalih yang dilakukan di dunia ini tidak termasuk (main-main dan sendau gurau), seperti ibadah dan perbuatan yang dilakukan untuk kebutuhan pokok dalam kehidupan.”
Referensi dr "Dunia hanya senda gurau" oleh Ustadz Abu Muslim at Atsyari di almanhaj.or
By Siswo Kusyudhanto

Thursday, August 17, 2017

Hanya orang Mukmin yang tidak pernah malas dalam menuntut ilmu serta mengamalkannya.




"Hanya orang Mukmin sejati yang memahami bahwa dunia dan seisinya ini akan kembali kepada Allah Azza Wa Jalla, dan mereka mengetahui ketika itu semua kembali yang tertinggal adalah pahala dan dosa, oleh karena hanya mereka Mukmin sejati yang punya semangat tinggi untuk menuntut ilmu kemudian mengamalkannya, mereka tidak pernah lelah mencari ilmu dalam agama, mereka tidak pernah bermalas-malasan duduk di kajian-kajian, tidak pernah malas bertanya kepada orang yang berilmu. Dan mereka paling bersemangat untuk mengamalkan ilmu yang diketahuinya.
Hanya Mukmin sejati mengetahui dan memahami kelak bekal mereka adalah pahala dari amal ibadahnya."
Dikutip dari Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah.
By Siswo Kusyudhanto

Jangan terjebak merk "syar'i"


Pagi tadi ditelpon seorang teman di Medan, dia bercerita tentang proses pengobatan yang dilakukan kepada seorang ustadz yang mengenalkan diri sebagai ahli ruqyah Syar'i, namun kalau melihat cerita teman yang menjalani pengobatan mengatakan bahwa dia diminta oleh ustadz itu untuk berdzikir melafadzkan basmalah sebanyak 1000 kali, dan harus membakar tempurung kelapa dirumahnya maka saya simpulkan itu bukan metode syar'i, karena selama mengikuti kajian materi ini belum pernah ada ustadz menyampaikan metode ruqyah Syar'i seperti itu.
Lalu saya berikan nomer seorang ustadz di daerah Sumatera Utara yang benar-benar ahli dalam ruqyah Syar'i, itupun setelah membicarakan dengan Ustadz Waris, seorang ahli ruqyah Syar'i di daerah Riau yang banyak melakukan pelatihan ruqyah Syar'i, semoga ini ditindak lanjuti oleh yang bersangkutan.
Melihat pengalaman teman di Medan ini saya himbau berhati-hati dalam memilih rujukan dan tempat konsultasi perkara agama, jangan terjebak merk-nya saja, atau atas dasar pengakuan orang, namun belajar ilmu yang benar agar mengetahui mana yang benar dan salah, sehingga dapat menghindari pilihan yang salah.
By Siswo Kusyudhanto

Bertawakal adalah wujud keimanan.


Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah mengatakan, " salah satu sikap yang wajib dimiliki seorang Mukmin adalah tawakal akan ketentuan Allah dalam perkara rizki dan harta, ibarat seorang burung yang terbang dipagi hari dari sarangnya dalam keadaan lapar, dan dia yakin dia akan pulang dalam keadaan kenyang, dia bertawakal atas rizki Allah yang diberikan hari itu, seekor burung tidak pernah memikirkan sedikit harta atau persediaan makanan yang dia miliki, tidak ada seekor burung berwasiat kepada teman-temannya kemudian membenturkan kepalanya karena sedikitnya harta yang dimilikinya. Sementara kita miris banyak manusia pesimis dalam menghadapi kehidupan, bahkan kita baca di koran dan media televisi hanya karena berhutang beberapa rupiah dia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Dalam pembahasan kajian soal ini terlihat sangat mudah, namun dalam prakteknya sangat sulit, berat bagi seorang manusia untuk bertawakal kepada Allah Azza Wa Jalla seperti halnya seekor burung."
حَفِظَهُ الله تَعَالَى
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا
Dari Umar bin al-Khatthab Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian bertawakkal kepada Allâh dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, sungguh kalian akan diberikan rizki oleh Allâh sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.”
. TAKHRIJ HADITS
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya (I/30, 52); at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (no. 2344) dan at-Tirmidzi berkata, ‘Hadits ini hasan shahih’; an-Nasa-i dalam al-Kubra (no. 11805); Ibnu Mâjah dalam Sunan-nya (no. 4164); Ibnul Mubârak dalam Kitab az-Zuhd (no. 559); al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 4108); Abu Ya’la (no. 242); ‘Abd bin Humaid (no. 10); Abu Dawud at-Thayâlisi (no. 51).
Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban (no. 728-at-Ta’lîqâtul Hisân) dan juga dalam Mawâriduz Zham-ân (no. 2548) dan al-Hakim (IV/318). Lihat Silsilah al-Ahâdîts as-Shahîhah (no. 310)
Sumber referensi "Tawakal kepada Allah Subhana Wataalla", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or.id
By Siswo Kusyudhanto

Monday, August 14, 2017

Dikasih lebih kok gak mau?

Dikasih 27 kali lipat kok tidak mau?

Jika suatu saat anda ditawari perusahaan anda untuk ditugaskan disebuah daerah lain dengan gaji 27 kali apakah anda mau mengikuti permintaan perusahaan itu?, Semisal anda saat ini sedang bekerja disebuah perusahaan dan sudah lama di Pekanbaru, kemudian suatu hari bos Anda mengatakan, " saya minta saudara Fulan pindah tugas di Flores dengan gaji 27 kali lipat, apakah mau ?, Kalau memilih bertahan di Pekanbaru gaji tetap seperti biasanya", semisal di Pekanbaru digaji sebesar 5 juta rupiah, dan jika jadi memenuhi permintaan bos untuk pindah kerja di Flores dinaikkan gajinya 27 kali lipat berarti sekitar 135 juta !!!. Siapapun orang yang mendapat tawaran seperti ini pasti menerimanya, karena besarnya gaji yang ditawarkan, jauh lebih besar dari yang biasa dia terima setiap bulan yang cuma 5 juta. Dan kalau ada yang menolak gaji 135 juta dan bertahan dengan gaji yang 5 juta perbulan orang itu perlu dipertanyakan kesehatan fikirannya.
Demikian dengan pahala, sama halnya dengan gaji, jika gaji adalah imbalan dari bekerja maka pahala adalah imbalan yang diberikan Allah atas amal ibadah seseorang. Namun sangat sedikit orang bersikap sama antara urusan dunia dengan akhirat, ketika ditawari gaji 27 kali lipat mereka akan segera menerimanya resiko apapun yang dia terima, namun ketika dijanjikan pahala sebesar 27 kali lipat mereka bermalas-malasan, lihat berapa banyak orang yang enggan dan malas untuk diajak shalat berjamaah di masjid dan mushola dengan alasan shalat dirumah, padahal shalat dirumah pahalanya cuma satu sementara shalat di mushola dan masjid pahalanya adalah 27 derajat tingkatannya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

“Shalat jama’ah lebih utama dari shalat sendirian sebanyak 27 derajat” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dikutip dr Ustadz Maududi Abdullah

By Siswo Kusyudhanto

Ngaji melulu?

Ngaji-ngaji melulu, terus kapan Travelling nya?

Sering saya diolok-olok jamaah Travelling, mereka selalu mengatakan "kalian sibuk duduk dikajian, sibuk ngaji, sibuk mencari ilmu, terus kapan kalian jalan-jalan mendatangi umat dan mengajak kepada amal ibadah?.", Lalu saya jawab, " maaf pertanyaannya sebenarnya sama kepada kalian, kalau kalian sibuk dalam perjalanan yang jauh dari rumah, pergi kebanyak daerah serta banyak negara, terus kapan ngajinya? Kapan mencari ilmunya?", Langsung si penanya terdiam.
Lalu saya jelaskan bahwa ilmu adalah paling utama di dalam agama ini, karena hanya dengan ilmu kita mampu beramal, Tampa ilmu kita buta akan amalan yang benar,dan resiko terjerembab pada amalan yang salah.
Lalu saya ambil contoh DR. ZAKIR NAIK, beliau tidak jalan-jalan dengan membawa berbagai alat masak, atau membawa perbekalan baju diranselnya, beliau juga tidak tidur di masjid-masjid dan mushola-mushola di kampung yang asing baginya. Namun lihat berapa juta orang mengucapkan syahadat karena sebab dakwah beliau, lihat berapa juta orang mengetahui Islam yang benar dari DR. Zakir Naik, kenapa beliau dapat melakukan dakwah seperti itu, jawabannya semua karena ilmu, hanya orang berilmu yang mampu paham agama ini dan menjelaskan kepada orang lain, waallahua'lam.

Asbab Hidayah itu karena ilmu, bukan modal nekat dan semangat saja, meskipun saya puji kalian sangat bersemangat dalam dakwah, namun alangkah indahnya jika diiringi dengan ilmu, dan mendapatkan ilmu hanya didapat dari duduk dikajian -kajian, membaca kitab dan membahasnya dengan orang berilmu, banyak bertanya kepada orang yang berilmu.

Ilmu dulu baru amal, bukan beramal dulu baru cari ilmunya, karena beramal Tampa ilmu ibarat beramal dalam kebutaan.
Waallahua'lam.

Allah berfirman,

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ

Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar: 9)

By. Sis

Sunday, August 13, 2017

Kita cenderung sibuk menyiapkan anak menjawab ujian, namun sedikit menyiapkan mereka menjawab dialam kubur.


Banyak diantara umat Muslim berusaha keras menyiapkan anak mereka agar siap menjalani ujian di sekolahnya, orang tua akan mau mengeluarkan uang yang banyak untuk membiayai anak agar ikut les dan membelikan buku serta keperluan anak dalam proses belajar mengajar, setiap orang tua ingin anaknya siap dalam menjawab semua pertanyaan dalam ujian yang ditempuhnya. Padahal pertanyaan dalam ujian sekolah itu mungkin jumlahnya puluhan atau ratusan pertanyaan dalam berbagai cabang pelajaran.
Namun sedikit orang tua sibuk menyiapkan anak mereka agar mampu menjawab pertanyaan di alam kubur, padahal jumlah pertanyaan dialam kubur cuma tiga.
Pertanyaan itu yakni Siapa Tuhanmu?, Siapa Nabimu dan apa agamamu?, dan orang yang dapat menjawabnya bukan karena hafal jawabannya namun hanya orang mengerti jawaban pertanyaan itu dan dia istiqomah diatas jalan Allah, RasulNya dan agamanya.

Diriwayatkan dalam Sunan Abi Dawud, dari hadis Al-Baraa’ bin ‘Aazib radiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
“Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk melihat jenazah seorang lelaki Anshar, kami pun tiba di tanah penguburan. Ketika lubang lahad telah dibuat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun duduk, lalu kami ikut duduk di sekitarnya. Kami diam, seakan-akan di atas kepala kami ada burung (sedang hinggap). Saat itu beliau memegang sebatang kayu yang ditancapkan ke dalam tanah, lalu beliau mengangkat kepalanya dan bersabda:
اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Mintalah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur.” Beliau mengucapkannya dua atau tiga kali. Demikanlah tambahan dalam hadis Jarir. Beliau melanjutkan:

وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ حِينَ يُقَالُ لَهُ: يَا هَذَا، مَنْ رَبُّكَ وَمَا دِينُكَ وَمَنْ نَبِيُّكَ؟ ” قَالَ هَنَّادٌ: قَالَ: ” وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللَّهُ، فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: دِينِيَ الْإِسْلَامُ، فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ؟ ” قَالَ: ” فَيَقُولُ: هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَيَقُولَانِ: وَمَا يُدْرِيكَ؟ فَيَقُولُ: قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ
“Benar-benar si mati tersebut akan dapat mendengar hentakan kasut mereka tatkala berlalu pulang; yakni ketika ditanyakan kepadanya, “Wahai engkau ini, siapa Rabbmu?” “Apa agamamu?” “Dan siapa Nabimu?” Hannad (salah seorang perawi hadis ini) menyebutkan; Nabi bersabda, “Lalu ada dua malaikat mendatanginya seraya mendudukkannya. Malaikat itu bertanya, “Siapa Rabbmu?” yang ditanya pun menjawab, “Rabbku adalah Allah.” Malaikat itu bertanya lagi, “Apa agamamu?” dia menjawab lagi, “Agamaku adalah Islam.” Malaikat itu bertanya lagi, “Siapa lelaki yang diutus kepada kalian ini?” dia menjawab, “Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.” Malaikat itu bertanya lagi, “Apa yang engkau ketahui?” dia menjawab, “Aku membaca Kitab Allah, aku beriman dengannya, dan aku membenarkannya.”
Dalam hadis Jarir ditambahkan, “Maka inilah makna firman Allah ‘Azza wa Jalla:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman…” hingga akhir ayat. Surah Ibrahim, 14: 27.
Kemudian kedua perawi sepakat pada lafaz, “Beliau bersabda:
فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: أَنْ قَدْ صَدَقَ عَبْدِي، فَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ ” قَالَ: «فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا» قَالَ: وَيُفْتَحُ لَهُ فِيهَا مَدَّ بَصَرِهِ
“Kemudian ada suara dari langit yang berseru, “Benarlah apa yang dikatakan oleh hamba-Ku, hamparkanlah permadani untuknya di Syurga, bukakan baginya pintu-pintu Syurga dan berikan kepadanya pakaian Syurga.” beliau melanjutkan:
“Kemudian didatangkan kepadanya wangi-wangian Syurga, lalu kuburnya diluaskan sejauh mata memandang.”.....(Sunan Abi Dawud, no. 4753. Bab: Pertanyaan dan Adzab Kubur)

Dikutip dr Ustadz Abu Zubair Haawary

Refrensi prolidplus

By Siswo Kusyudhanto

Saturday, August 12, 2017

Dari mana asalnya sombong?


"Tau kenapa manusia dapat bersikap sombong?, Penyebabnya yakni mereka mendapat nikmat dari Allah Azza Wa Jalla, kemudian mereka merasa lebih segalanya, padahal yang mereka nikmati hanya sejengkal saja, bagian yang sangat kecil dari nikmat Allah Azza Wa Jalla. Misal saja nikmat makan hanya ketika dimulut, setelah makanan itu melewati tenggorokan nikmat makan itu juga ikut hilang, atau juga ketika berhubungan suami istri (jima'), itu juga sekejap saja, atau juga kenikmatan lainnya, maka wajib bagi setiap Muslim menyakini apapun yang ada pada dirinya murni pemberian Allah, dengan demikian diharapkan menjauhkan dia dari sikap sombong, karena hanya pemberian, apa yang disombongkan?".
Dikutip dari Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah.
By Siswo Kusyudhanto

MASJID ADALAH RUMAH ALLAH


Dibeberapa group sedang sibuk memp


osting soal demo Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal di Bogor, dan ada ratusan atau ribuan share soal ini.
Kata Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, "Pada dasarnya semua masjid ini sama dimuka bumi, tidak ada kekhususan terhadap sebuah masjid kecuali yang disebutkan secara khusus dalam syariat seperti Masjidil Haram, Masjid Nabawi atau Masjidil Aqsha. Selain tiga masjid ini sama saja disisi syariat, baik pahala atau keutamaannya dalam beribadah."
Maka semua masjid kedudukannya sama harusnya dimata setiap Muslim yang menganut pemahaman Ahlu Sunnah, termasuk dalam memuliakannya, dan terlarang untuk menghinakannya dengan alasan apapun, apalagi karena beda madzhab bahkan beda pendapat soal syariat. Jadi ingat beberapa hari yang lalu Ustadz Aspri dalam kajian tafsir mengatakan, "Ketika seorang muslim memasuki sebuah masjid maka dia hanya membawa iman saja, dia wajib meletakkan bendera pemahaman kelompoknya, paham politiknya dan paham-paham lainnya, karena yang dipersembahkan kepada Allah hanya keimanannya."
Di Pekanbaru ada Masjid Raudhatul Jannah, merupakan masjid berbasis kajian Sunnah, mempunyai kapasitas maksimal sekitar 5 ribu orang, sebuah masjid yang besar untuk ukuran masjid yang dibangun secara swadaya, posisi masjid ada ditengah kota dan sangat berdekatan dengan beberapa masjid lainnya, bahkan ada masjid kecil di jalan Amal mulia(belakang Masjid Raudhatul Jannah), jaraknya hanya 100 meter dari dinding Masjid Raudhatul Jannah. Namun sejauh ini tidak ada permasalahan diantara jama'ah kedua masjid atau pengurusnya, bahkan sering Jama'ah pindah2 untuk shalat dikedua masjid ini. Dan kami bersama seorang teman beberapa waktu yang lalu mensupport masjid kecil dengan beberapa hal, seperti membagikan buku "Sifat Shalat Nabi" atau bikin poster wudhu' untuk mereka, dan hal ini ditanggapi dengan baik, dan mereka menerima pemberian kami, meskipun diantara buku yang kami berikan bertulis "Syaikh Al Albani", dan buku-buku itu tertata rapi di rak masjid kecil itu sampai sekarang.
Alangkah indahnya jika antara masjid satu dan lainnya saling mendukung, saling share ilmu dan saling bantu kitab atau buku.
Semoga tulisan ini menginspirasi banyak orang yang membacanya, aamiin.
By Siswo Kusyudhanto

Kita jadi tau mana yang baik dan benar


Melihat peristiwa demo pembangunan Masjid di Bogor beberapa hari yang lalu jadi ingat peristiwa yang hampir mirip yakni pembubaran kajian Ustadz Khalid Basalamah di Sidoarjo, berkat pembubaran kajian ini nama beliau tiba-tiba saja meroket, dukungan datang dari berbagai arah, bahkan yang semula tidak tau siapa Ustadz Khalid Basalamah jadi mengetahui karena mencari tau siapa dan kenapa peristiwa itu dapat terjadi.
Setelah kejadian pembubaran kajian di Sidoarjo itu beberapa hari kemudian Ustadz Khalid Basalamah mengisi kajian di Jakarta dan ada seorang jama'ah bertanya,"ustadz gak apa-apa? Dengan peristiwa kemarin?", Dengan tenang beliau mengatakan, " ya gak apa-apa, itu biasa dalam perjuangan dakwah, pulang dari sana kembali ke Jakarta kemudian bertemu sanak saudara dan kembali berkumpul dengan keluarga seperti tidak terjadi apa-apa. Ini latihan buat kita bersabar, mungkin yang mendemo saya belum sampai ilmu kepada mereka sehingga membuat mereka demikian, andai saat itu saya gerakkan ribuan orang ditempat itu untuk bergerak menyerang mungkin sudah langsung selesai karena yang mendemo didepan masjid itu cuma paling 40-50 orang. Tapi masalahnya mereka adalah saudara kita, mereka juga bersyahadat sama dengan kita, memalukan bagi kita jika terjadi bentrok diantara kedua massa, kalau yang demo itu orang Yahudi pasti saya minta jamaah yang ada ditempat itu untuk bubarin, karena saat itu jama'ah yang hadir sudah emosi dan mereka sudah meneriakkan takbir. Ya jadikan kejadian ini sarana untuk menguji kesabaran, maka menghadapi mereka kita harus bersikap lebih baik, dan orang akan tau mana yang mana yang buruk dan yang mampu bersikap baik dari cara kita menyikapinya, misal ada orang yang marah-marah dan yang dimarahi cuma diam, tenang dan mendengarkan, dari jauh saja kita dapat menilai mana orang yang bijak dan dewasa dalam menyikapi permasalahan."
Ternyata dibalik peristiwa seperti ini menyimpan hikmah yang luar biasa besarnya, dampaknya luas, hal yang buruk jika menyikapinya dengan baik akan mendatangkan kekuatan yang besar dan positif, karena kita bersikap positif, dan mungkin sebaliknya jika menyikapi dengan cara negatif akan mendatangkan keburukan/negatif.
Semoga mampu mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi disekitar kita, sebagai sarana bagi kita belajar untuk mengamalkan ilmu yang pernah kita pelajari, aamiin.
By Siswo Kusyudhanto