Monday, July 31, 2017

Kok susah?

Ya ustadz sejak ngaji Sunnah hidup saya kok banyak masalah.

Dalam sebuah kajian seseorang bertanya kepada Ustadz Ali Ahmad, " ya ustadz kenapa ya sejak ngaji Sunnah setelah itu hidup saya kok banyak masalah?, Padahal sebelum ngaji Sunnah hidup saya tenang2 saja." Dan ustadzpun menjawabnya, " ya karena antum sejak ngaji Sunnah jadi makin berilmu, dan dengan ilmu itu mengetahui mana Tauhid dan mana perbuatan syirik, mana Sunnah dan mana Bid'ah, mana Halal dan mana haram, mana riba dan mana harta berkah dan seterusnya, kemudian ketika antum mengetahui yang selama dianggap benar ternyata salah, kemudian antum berusaha mengikuti yang benar, pasti tidak mudah dalam merubahnya, perlu usaha keras agar Istiqomah dalam ketaatan dan Istiqomah dalam meninggalkan yang maksiat. "

Allah berfirman,
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar: 9)

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Sunday, July 30, 2017

Uji kualitas

Perlu uji kualitas iman agar tau sebaik mana  seseorang menyikapi ujian

Dua Minggu ini saya banyak menerima berita yang tidak menyenangkan, mulai batalnya Kajian Ustadz Syafig Reza Basalamah di Malang, pembubaran SMPIT Al Fikri di Sidoarjo dan tadi malam dikabari kalau kajian Ustadz Abu Zubair Haawary gagal di STPDN Jatinangor, subhanallah, sedih dan miris. Gerakan dakwah Sunnah yang mengajak umat Muslim kepada ketaatan kepada Allah dan RasulNya mendapat berbagai ujian, fitnahan dan diperlakukan zalim.
Sedih memang, namun dari berbagai ujian yang terjadi dapat mendatangkan hikmah bagi yang terzalimi, diantaranya ini sarana untuk bersabar dan bersikap cerdas ketika mendapatkan masalah. Dari kejadian-kejadian itu jadi makin yakin bahwa mereka, para ustadz pemateri kajian Sunnah adalah orang-orang yang layak diikuti pendapatnya, mereka sudah teruji dalam soal kesabaran, karena meskipun sudah dicacimaki, sudah difitnah dan kajiannya dibubarkan namun mereka tidak lebay, bukan mental kerupuk yang mudah masuk angin yang mundur ketika dizalimi, mental mereka sudah teruji, mereka sesungguhnya para pendakwah terbaik di negri ini.
Saya sering bertemu Ustadz Abu Zubair Haawary dan belum pernah beliau nampak bersedih karena sesuatu, kesabaran beliau mungkin sudah teruji dengan banyak hal.

Bandingkan saja dengan para pendakwah yang tidak pernah difitnah, tidak pernah dicaci maki dan bahkan tidak pernah dibubarin kajiannya dari mana kita tau mereka orang yang sabar? Bagaimana kita tau dia tidak akan pernah menyerah dalam berdakwah?, Tentu sulit bagi kita mengetahui kualitas seseorang Tampa menghadapi ujian sama sekali.

Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah mengatakan, " seorang pelaut dikatakan hebat, dikatakan ahli ketika sudah berhasil melewati badai dahsyat dengan ombak yang tinggi ditengah lautan, dan bukan pelaut hebat jika hanya melalui hari-harinya di lautan dengan keadaan angin sepoi-sepoi dan cuacanya cerah serta air laut tenang. Demikian juga Allah dapat menilai seseorang beriman atau tidak ketika sudah melalui berbagai ujian, Allah dapat melihat beriman dari sikap yang diambilnya ketika melalui sebuah ujian yang diberikan kepadanya."

Allah berfirman ;

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١) الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

"Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun" (QS Al-Mulk : 1-2)

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا

"Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya" (QS Huud : 7)

Referensi firanda.co

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

SIMPANLAH KAIN KAFAN DI LEMARIMU


Semalam ketika istriku menidurkan anakku yang paling kecil menyampaikan nasehat pentingnya belajar di pondok pesantren, " nak menuntut ilmu di pondok pesantren menjadikan kamu berilmu, dan ilmu itu berguna kelak dimasa depan, termasuk juga ilmu memandikan mayat, dan ibu ingin engkau yang memandikan mayat ibu, karena ibu malu jika dimandikan oleh orang lain, maka harus semangat menuntut ilmu". Mendengar perkataan istriku jadi sangat terharu, dan sekaligus bersyukur ternyata istri orang yang sangat cerdas, dia selalu mengingat akan datangnya kematian kepadanya, dan aku juga berharap selalu demikian karena kata Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam orang yang cerdas/cerdik/ pintar adalah orang yang selalu mengingat kematian, hanya dengan mengingat kematian seseorang menyiapkan diri sebaik mungkin dengan amal ibadah dalam menyambut kedatangan nya. Orang yang mengingat kematian akan berusaha keras menjauhi perbuatan dosa, karena dia takut menjelang kematiannya banyak dosa yang dia bawa, waallahua'lam.
Jadi ingat dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah mengatakan, " sebaiknya setiap muslim menyimpan kain kafan didalam lemarinya, dengan demikian setiap hari ketika dia akan mengambil baju dia akan ingat kelak dia tidak akan menggunakan baju yang dia pakai sehari-hari namun digantikan dengan kain kafan, dan dengan selalu mengingat kematian dia akan Istiqomah dalam beramal ibadah serta menjauhi segala bentuk maksiat yang dilarang oleh Allah dan RasulNya."
Orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkannya dengan iman yang shahih (benar), tauhid yang khalish (murni), amal yang shalih (sesuai dengan tuntunan), dengan landasan niat yang ikhlas, itulah orang-orang yang paling berakal.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ
Dari Ibnu Umar, dia berkata: Aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada Beliau, kemudian mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia bertanya: “Wahai, Rasulullah. Manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?” Beliau menjawab,”Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” Dia bertanya lagi: “Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?” Beliau menjawab,”Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdik.” [HR Ibnu Majah, no. 4.259. Hadits hasan. Lihat Ash Shahihah, no. 1.384]

Sumber referensi almanhqj.or.id
By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Berpecah belah?

Kenapa Allah menakdirkan umat Muslim berpecah belah?

Dalam sebuah kajian seorang jama'ah bertanya kepada Ustadz Abdullah Zein, " kenapa ya Allah menakdirkan umat Muslim berpecah belah menjadi banyak kelompok seperti sekarang ini?", Ustadz menjawab, " setiap muslim pasti diuji oleh Allah, dan bentuk ujian dari Allah salah satunya adalah perpecahan dikalangan umat Muslim, maka Muslim yang selamat hanya mereka yang berpegang teguh kepada Risalah yang disampaikan oleh Allah dan RasulNya. Dan cara kita agar selamat tidak lain adalah mempelajari Risalah baik dari Alquran dan As Sunnah yang sahhihah karena dari sana kita mendapatkan ilmu yang nantinya kita gunakan dalam beramal ibadah dan menghadapi  segala perkara dunia dalam kehidupan kita, waallahua'lam. Semoga kita termasuk orang-orang​ yang selamat itu, aamiin".

Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara. (QS Ali Imran:103)

Ibnu Jarir Ath Thabari berkata tentang tafsir ayat ini: Allah Ta’ala menghendaki dengan ayat ini, Dan berpeganglah kamu semuanya kepada agama Allah yang telah Dia perintahkan, dan (berpeganglah kamu semuanya) kepada janjiNya yang Dia (Allah) telah mengadakan perjanjian atas  kamu di dalam kitabNya, yang berupa persatuan dan kesepakatan di atas kalimat yang haq dan berserah diri terhadap perintah Allah. [Jami’ul Bayan 4/30.]

Al Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata,“Dia (Allah) memerintahkan mereka (umat Islam) untuk berjama’ah dan melarang perpecahan. Dan telah datang banyak hadits, yang (berisi) larangan perpecahan dan perintah persatuan. Mereka dijamin terjaga dari kesalahan manakala mereka bersepakat, sebagaimana tersebut banyak hadits tentang hal itu juga. Dikhawatirkan terjadi perpecahan dan perselisihan atas mereka. Namun hal itu telah terjadi pada umat ini, sehingga mereka berpecah menjadi 73 firqah. Diantaranya  terdapat satu firqah najiyah (yang selamat) menuju surga dan selamat dari siksa neraka. Mereka ialah orang-orang yang berada di atas apa-apa yang ada pada diri Nabi n dan para sahabat beliau.” [Tafsir Al Qur’anil ‘Azhim, surat Ali Imran:103.]

Al Qurthubi berkata tentang tafsir ayat ini,“Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan persatuan dan melarang dari perpecahan. Karena sesungguhnya perpecahan merupakan kebinasaan dan al jama’ah (persatuan) merupakan keselamatan.” [Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an 4/159.]

Al Qurthubi juga mengatakan,“Maka Allah Ta’ala mewajibkan kita berpegang kepada kitabNya dan Sunnah NabiNya, serta -ketika berselisih- kembali kepada keduanya. Dan memerintahkan kita bersatu di atas landasan Al Kitab dan As Sunnah, baik dalam keyakinan dan perbuatan. Hal itu merupakan sebab persatuan kalimat dan tersusunnya perpecahan (menjadi persatuan), yang dengannya mashlahat-mashlahat dunia dan agama menjadi sempurna, dan selamat dari perselisihan. Dan Allah memerintahkan persatuan dan melarang dari perpecahan yang telah terjadi pada kedua ahli kitab”. (Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an 4/164)

Beliau juga mengatakan,“Boleh juga maknanya, janganlah kamu berpecah-belah karena mengikuti hawa nafsu dan tujuan-tujuan yang bermacam-macam. Jadilah kamu saudara-saudara di dalam agama Allah, sehingga hal itu menghalangi dari (sikap) saling memutuskan dan membelakangi.” [Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an 4/159.]

Asy Syaukani berkata tentang tafsir ayat ini,“Allah memerintahkan mereka bersatu di atas landasan agama Islam, atau kepada Al Qur’an. Dan melarang mereka dari perpecahan yang muncul akibat perselisihan di dalam agama.” [Fahul Qadir 1/367.]

Sumber referensi "Bersatulah dan jangan berpecah belah", oleh Ustadz Muslim Atsary di muslim.or.id

By Siswo Kusyudhanto

Saturday, July 29, 2017

Siapa yang sok ahli surga?

Siapa pemilik Surga ?

Ketika pertama kali mendengar kabar bahwa Kajian Ustadz Syafig Reza Basalamah di Kota Malang batal beberapa hari yang lalu sungguh bikin prihatin dan kaget, ini adalah sudah kesekian kalinya di Kota Malang kajian Sunnah batal karena tidak memperoleh ijin dari Kepolisian setempat berkaitan dengan kemungkinan terjadinya tindak anarkis dari warung sebelah, sebelumnya juga seperti Ustadz Firanda Adirja gagal menggelar kajian di Batu Malang, dan mungkin ini adalah sudah ke sekian ratus kalinya kajian Sunnah di Indonesia dibatalkan karena sebab yang tidak masuk akal, karena sebuah ormas tidak setuju adanya acara tersebut, padahal secara akal tidak ada satupun alasan menjadikan acara kajian Sunnah yang sarat dengan ilmu bersumber dari Alquran dan As Sunnah sahhihah layak dibatalkan.  Dalam acara kajian Sunnah padahal isinya mengajak umat muslim kepada ketaatan pada Allah dan RasulNya, kajian Sunnah adalah gerakan dakwah untuk mengikis paham radikal didalam masyarakat, kajian Sunnah mengajak umat Muslim menjauhi segala bentuk kemaksiatan yang dilarang oleh Allah dan RasulNya dan sejuta kebaikan didalamnya dari sudut pandangan syariat, namun kenapa dibubarkan? Kenapa dianggap sebuah gerakan dakwah yang berbahaya?, Sungguh aneh dan jauh dari akal paling sehat sekalipun.

Tapi itulah fakta, keawaman, ketidaktahuan dan ditambah bumbu fitnah Wahabi dan segala argumen untuk meyakinkan masyarakat awam bahwa kajian Sunnah sesat, disisi ini sudah berhasil menghasut masyarakat awam.
Sejatinya semua fitnah itu tidak lain motif utamanya adalah faktor kepentingan sebuah kelompok besar, mereka tidak mau "Periuk" mereka terganggu, terutama dari sudut pandangan politik dan ekonomi. Jika makin banyak umat Muslim Indonesia tau bagaimana​ beragama yang benar sesuai Sunnah maka tentu amalan2 bid'ah dan kesyirikan akan ditinggalkan, dan amplop tidak ada lagi, tidak ada lagi umat Muslim yang mendukung partai-partai politik, dan yang jelas tidak ada lagi umat Muslim dinegri ini yang akan dimanipulasi demi kepentingan elite. Oleh karenanya para elite berusaha keras menciptakan fitnah dan disebarkan secara luas, dengan demikian keadaan ini sama halnya membiarkan umat Muslim di negri ini bodoh selamanya, dibiarkan buta akan Sunnah dan didorong agar sibuk dalam kebid'ahan dan kesyirikan agar perut banyak orang dikalangan elite kenyang, sungguh ini bentuk penjajahan Aqidah.

Tindakan arogan seperti ini sesungguhnya secara tidak langsung merupakan klaim bahwa surga hanya milik mereka, padahal disebutkan dalam banyak ayat dan hadist bahwa penghuni surga adalah siapa saja yang mengikuti pemahaman Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam dan para sahabat beliau, dan dalam perkataan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam disebutkan bahwa orang-orang​ yang berbuat bid'ah serta kesyirikan adalah penghuni neraka, waallahua'lam.

Jadi siapa sebenarnya yang sok ahli surga?, padahal penentuan Surga belum masanya, karena penentuan surga dan neraka ketika hisab kelak.

Pujian Allah terhadap para sahabat dalam Al Qur’an diantaranya:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100)

By Siswo Kusyudhanto

Friday, July 28, 2017

Cinta model apa ini?

Jika mengatakan" Kullu bidatin dholallah" dikatakan suka mengkafirkan, bagaimana dengan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam yang menyampaikan perkataan ini pertama kali?

Beberapa waktu yang lalu ada teman disebuah daerah menceritakan kejadian seorang ustad yang berdiri diatas mimbar sebuah masjid menyampaikan perkataan "Kullu bidatin dholallah", dan setelah turun mimbar dikeroyok oleh beberapa orang hingga babak belur, mereka tidak suka si ustadz menyampaikan perkataan itu didepan jamaah masjid, dan menuduh si ustadz suka mengkafirkan. Ini sungguh memprihatinkan, sungguh miris, bagaimana tidak umat muslim yang mengaku Ahlu Sunnah, pengikut setia Rasulullah justru alergi dan anti terhadap perkataan Rasulnya sendiri. Namun disaat yang lain mereka merayakan maulid nabi dengan sangat meriah dengan mengatakan ini bukti cinta kepada Rasulullah, cinta model apa ini?.

Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, " ketika Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam menyampaikan hadist larangan bid'ah sejatinya beliau dilandasi kasih sayang terhadap umatnya, beliau paling tau mana jalan ke surga dan mana jalan ke neraka, dan ketika menyampaikan larangan bid'ah tidak lain agar umatnya tidak masuk kedalam neraka, bukan bertujuan untuk mengkafirkan umatnya sendiri. Dan ketika menyampaikan ini juga dengan adab, dengan lemah lembut bukan dengan mencaci maki".

Dan sebenarnya ada banyak hadist larangan bid'ah baik yang datangnya dari Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam ataupun istri beliau juga para sahabatnya.

Semoga mampu menerima perkataan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam dengan ikhlas, samina wa tho'na, bukan malah membantahnya dan mendebatnya, aamiin.

Allah ta’ala juga berfirman yang artinya, “Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang yang berbahagia.” (QS. An Nuur [24]: 51)

Syaikh Abdurrahman bin Naashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa sesungguhnya sifat orang yang benar-benar beriman (yaitu yang imannya dibuktikan dengan amalan) apabila diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya supaya Rasul memberikan keputusan di antara mereka niscaya mereka akan mengatakan, “Kami dengar dan kami taati”, sama saja apakah keputusan tersebut dirasa cocok ataupun tidak oleh hawa nafsu mereka. Artinya mereka mendengarkan keputusan hukum Allah dan Rasul-Nya serta memenuhi panggilan orang yang mengajak mereka untuk itu. Mereka taat dengan sepenuhnya tanpa menyisakan sedikitpun rasa keberatan.

Sumber referensi "8 kaidah penting seorang Muslim" oleh Ari Wahyudi di muslim.or.id

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Thursday, July 27, 2017

Wanita dijaman ini mandul

Kebanyakan wanita dijaman ini mandul

Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah mengatakan, " dijaman ini kebanyakan wanita adalah mandul, mereka tidak dapat melahirkan sosok pejuang, seorang ksatria, seorang yang disegani, jangankan melahirkan seorang sekelas Umar Radhiyallahu Anhuu atau Abu Bakar As Sidiq Radhliyaa Anhuu, atau sekelas para ulama madzhab, melahirkan seseorang sekelas pejuang nasional, seorang yang berjuang menegakkan negara ini saja tidak ada lagi. Wanita sekarang bahkan mandul melahirkan orang sekelas Muhammad Natsir atau Buya Hamka.
Karena seseorang yang besar dimana dunia dilahirkan dan dididik oleh ibu yang hebat.
Pernah saya dikampung asal Muhammad Natsir memberikan kajian, saya bertanya kepada para wanita disana, mana lagi wanita dikampung ini yang melahirkan Muhammad Natsir dan Buya Hamka?, Jawabannya tidak ada, karena wanita dijaman ini disibukkan oleh kehidupan dunia.
Wanita sekarang banyak menghabiskan waktu diluar rumah daripada didalam rumah, sehingga anak-anak mereka tidak dididik secara baik, bukan artinya wanita bekerja diluar rumah adalah salah, namun pembagian waktu mendidik anak wajib diprioritaskan, karena anak adalah penerus generasi selanjutnya."

firman Allah Ta’ala kepada istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

{وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى، وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya” (QS al-Ahzaab:33).

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Tiga helai kumis singa

Kisah wanita dan tiga helai kumis singa

Dikisahkan ada seorang wanita yang memiliki suami seorang lelaki yang berperilaku buruk, dia berlaku buruk baik kepada keluarganya ataupun orang disekitarnya. Karena si wanita sudah lelah bersabar menghadapi perlakuan buruk suaminya maka dia datang kepada seorang pemuka agama didaerahnya, seseorang bijak yang disegani dan tempat meminta nasehat.
Si wanita berkata, " ya ustadz saya ingin bertanya bagaimana cara menundukkan suami saya agar dapat saya ajak kepada kebaikan, apa yang perlu saya kerjakan? Apa sekiranya yang dibutuhkan?". Pemuka agama berkata, " untuk mengatasi masalah ibu, sebaiknya ibu cari tiga helai kumis singa, moga-moga cara ini berhasil." Lalu si wanita itu pulang kerumahnya, dia berfikir bagaimana cara mendapatkan tiga helai kumis singa?, Setelah berfikir lama akhirnya dia bertekad esoknya pergi ke hutan untuk mencari seekor singa, dia bertekad keluar dari masalah keluarga yang selama ini dihadapi, yakni sikap buruk suaminya.
Maka esoknya wanita itu pergi ke hutan sambil membawa makanan, dicarinya tempat singa biasa berkeliaran, ditaruhnya makanan disitu, dan singa memakannya, kemudian esoknya dia melakukan hal serupa, tak terasa sudah berminggu-minggu dia melakukannya. Bulan depannya selain memberi makanan singa, dia juga sudah dapat mendekati si singa, bulan selanjutnya dia sudah dapat mengelus-elus si singa. Dan setelah beberapa bulan kemudian si wanita dapat menunggangi sisinga itu, dan pada saat menunggangi singa si wanita mengambil tiga helai kumis singa. Betapa bahagianya hati si wanita, usaha kerasnya selama berbulan-bulan berbuah hasil. Esoknya dia bawa ketiga helai kumis singa itu kepada orang bijak yang meminta mencari ketiga helai kumis singa itu, " ya ustadz saya berhasil mengambil tiga helai kumis singa, ini saya serahkan, dan semoga dapat dijadikan bahan ramuan untuk solusi permasalahan saya.", Si orang bijak itu tersenyum, " ya ibu, singa adalah singa, dan suami ibu adalah suami ibu, jika ibu dapat menaklukkan seekor singa yang liar kemudian menjadi jinak harusnya mudah bagi ibu untuk menaklukkan suami ibu kemudian diajak kepada kebaikan, dengan demikian dia tidak lagi berbuat keburukan. Semua berangkat dari kemauan kita untuk menaklukkan atau tidak, itu saja."
Si wanita terdiam, dan membenarkan perkataan orang bijak itu, dia merasa mendapat pelajaran berharga, kemudian dia pulang kerumahnya dan mencoba menaklukkan suaminya dengan sabar agar dapat diajak kepada kebaikan.

Dikutip dari Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah.

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Wednesday, July 26, 2017

Ilmu agama nomer 1

Kenapa ilmu agama jauh lebih penting dari ilmu dunia.

Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah pernah menjelaskan kenapa dalam ilmu dunia para ulama menyatakan hukumnya mubah dan menuntut ilmu agama hukumnya wajib, kata beliau, " kalau kita bodoh dalam ilmu dunia misal matematika,  kemudian terjadi kita salah hitung dalam berdagang paling yang terjadi adalah kerugian satu atau dua barang hilang, namun jika bodoh dalam ilmu agama kemudian kita salah perhitungan yang terjadi fatal akibatnya, karena bodoh dalam ilmu agama dapat terjadi kita masuk neraka, atau malah mungkin kekal didalamnya, waallahua'lam."

firman Allah Ta’ala,

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedangkan mereka lalai tentang (kehidupan) akhirat”. (QS. Ar-Ruum [30]: 7)

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Canda ustadz

Canda ustadz

Seseorang bertanya kepada Ustadz Ali Ahmad, " ustadz sudah punya istri khan ?", Ustadz menjawab, " belum", yang bertanya heran mendengar jawaban itu lalu bertanya kembali, "lho itu wanita yang biasa bersama ustadz bukankah istri ustad?", Lalu Ustadz Ali Ahmad menjelaskan, " angka satu dalam bahasa Inggris adalah-is one-, kalau dua adalah -is two- dan kalau tiga adalah - is three(istri)", jadi kalau sudah punya wanita pendamping sejumlah tiga orang baru disebut punya is three, kalau saya masih punya pendamping hidup baru satu", si penanya senyum-senyum mendengar penjelasan ustadz.

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries.

Monday, July 24, 2017

Kenapa pilih cara gagal?

Kenapa pilih cara berjuang yang jelas gagal ? Kenapa tidak memilih Cara yang jelas berhasil yakni cara sesuai Sunnahnya.

Beberapa Minggu ini dimedia massa nasional bahkan didunia sosmed disibukkan tentang peristiwa pembubaran oleh pemerintah kepada sebuah organisasi yang sering meneriakkan khilafah, dan terjadi pro dan kontra tentang perihal tersebut. Namun diluar itu menjadi catatan penting ini bukti nyata bahwa organisasi ini telah terbukti gagal untuk kesekian kalinya, organisasi ini sebelumnya sudah dimasukkan dalam organisasi terlarang di lebih dari 14 negara, bahkan termasuk negara dimana organisasi ini lahir pertama kalinya yakni Yordania. Namun sampai detik ini yang mengherankan adalah kenapa mereka tidak pernah belajar dari kegagalan-kegagalan itu?.

Dalam sebuah kajian Ustadz Abdullah Zein mengatakan, " kita sering jumpai ada sekelompok pria dan wanita berjalan di jalanan sambil membawa bendera Panji Rasullullah, mereka meneriakkan tegaknya khilafah dan Daulah Islamiyyah, meskipun menegakkan khilafah adalah mulia, namun ketahuilah ini perbuatan sia-sia belaka. Kenapa demikian?, Karena mustahil khilafah dapat ditegakkan ditengah masyarakat yang masih suka berbuat maksiat, bid'ah dan kesyirikan, karena jika dipaksakan khilafah ditegakkan ditengah masyarakat yang masih suka berbuat demikian pastilah masyarakat itu sendiri yang memusuhi adanya khilafah. Jadi kesimpulannya khilafah sudah roboh sebelum ditegakkan. Maka dakwah yang benar dan dijamin berhasil adalah mengikuti Sunnahnya yakni menegakkan Aqidah Tauhid didalam masyarakat, dan khilafah akan tegak dengan sendirinya.
Sebaik-baik cara menegakkan agama ini adalah dengan cara yang sesuai Sunnahnya yakni mendakwahkan Aqidah Tauhid, waallahua'lam."

Ini sangat benar, lihat saja yang rajin dan bersemangat membubarkan organisasi itu adalah pihak2 yang suka berbuat bid'ah dan kesyirikan, mereka tidaklah bodoh seperti yang disangkakan, orang yang berbuat bid'ah dan kesyirikan sudah tau resiko yang mereka hadapi jika hidup dalam sistem pemerintahan khilafah dimana hukum Islam diterapkan, misal untuk seseorang pelaku kesyirikan dalam hukum Islam wajib dihukum mati, makanya mereka paling semangat membubarkan organisasi yang memperjuangkan khilafah karena mengetahui ancaman bagi mereka dikemudian hari, waallahua'lam.

Allah Ta’ala berfirman :

"Allah berjanji bagi orang-orang yang beriman di antara kalian dan
beramal shalih dan bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan sebagai
penguasa (pemimpin) di muka bumi sebagaimana orang-orang terdahulu telah
berkuasa., dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhaiNya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menggantikan kondisi
mereka setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa, Mereka
tetap beribadah kepadaKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
denganKu, Dan barangsiapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik (QS. 24. An-Nur: 55).

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menerangkan “Ini adalah
Janji Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam bahwa Dia
akan menjadikan umatnya sebagai khalifah dan pemimpin di muka bumi ini.
Seluruh umat akan tunduk dibawah kekuasaan mereka dari perasaan takut yang
dulu selalu menghantui menjadi perasaan aman sentosa penuh ketenangan…
(Tafsir Ibnu Katsir III).

Asy Syaikh Abdurrahman Nasir As Sa’di rahimahullah berkata tentang surat
An Nur ayat 55 diatas Janji yang diberikan Allah Ta’ala dalam ayat ini
akan terus berlaku sampai hari kiamat. Selama mereka menegakkan keimanan
dan amal shalih maka pasti akan diperoleh apa yang dapat dikuasai oleh
orang-orang kafir dan munafik, maka itu disebabkan mereka menyia-nyiakan
iman dan amal shalih yang diperintahkan kepada mereka (Tafsir As Sa’di).

Referensi abuhanan.blogspot

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Sunday, July 23, 2017

Kenapa Allah biarkan umatnya sesat?

Kenapa Allah membiarkan seorang hambaNya melakukan maksiat, bid'ah dan kesyirikan?

Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Haidar As Sundawy menjelaskan tentang kenapa seseorang dibiarkan oleh Allah melakukan maksiat, bid'ah dan kesyirikan, " apakah kehendak Allah jika terjadi ada seseorang melakukan perbuatan maksiat, bid'ah dan syirik?, ini dikehendaki oleh Allah karena terbukti benar-benar terjadi, namun hal demikian tidak dicintai oleh Allah meskipun kehendakNya. Sesungguhnya perbuatan maksiat, bid'ah dan syirik adalah ujian serta penghalang bagi seseorang untuk mendapatkan hidayah, agar ketika mendapatkan hidayah hal ini menjadi sangat berarti bagi seseorang, kenikmatan hidayah itu sangat indah jika didapatkan seseorang setelah melalui proses yang panjang dan usaha yang keras untuk mendapatkannya.
Ilustrasinya mungkin sama dengan seseorang pemain sepak bola ketika dia membawa bola kemudian dia berlari menuju gawang lawan untuk mencetak gol tentu pihak pemain musuh mencoba menghalangi si pemain pembawa bola, dia ditakling, dihambat,  namun setelah mengocek bola dan berlari menembus pertahanan lawan dia berhasil melewati hadangan lawannya, dilewatinya ada 11 pemain lawan, kemudian dia dapat menceploskan bola ke gawang lawan maka ketika itu si pemain sangat gembira karena telah berhasil dalam mencetak gol, dia sangat senang karena telah berhasil dalam usaha yang bersusah payah, maka dia meluapkan kegembiraannya itu dengan selebrasi berbagai macam, ada yang joget dipinggir lapangan, ada yang loncat-loncat, ada yang jumpalitan sampai tiga kali dan sebagainya. Bayangkan saja jika ada seorang pemain membawa bola kemudian pihak lawan tidak berusaha menghadangnya namun malah mempersilahkan lewat dan dipersilahkan memasukkan bola ke gawangnya pasti si pemain merasa dihina, dan kecewa karena apa yang dilakukan oleh pihak lawan mainnya adalah pelecehan, hal ini karena tidak ada usaha keras dalam mencetak gol dan penonton pertandingan bola itu juga akan kecewa.
Hal serupa sama dengan seseorang yang sebelumnya melakukan maksiat, bid'ah dan kesyirikan kemudian dia mendapatkan hidayah dari Allah, pasti ada rasa gembira dan rasa bahagia baginya, dia pasti sangat bersyukur kepada Allah karena dalam meraihnya dia sudah melalui berbagai cobaan dan halangan, sebaliknya jika seseorang mendapatkan hidayah begitu saja tanpa adanya usaha keras melalui halangan dan cobaan tentu sedikit kegembiraan dan kebahagiaan dalam dirinya, waallahua'lam."

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan [al-Anbiyâ’/21 : 35]

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu [Muhammad/47:31]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, niscaya Allah akan mengganti kalian dengan mendatangkan suatu kaum yang kemudian kaum tersebut berbuat dosa, kemudian mereka meminta ampun kepada Allah, dan Allah akan mengampuni mereka” (HR. Muslim).

Referensi Dr almanhaj.or.id dan konsultasi syariah.co

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Kenapa tahlil kematian dianggap bid'ah?

Dalam tahlil kematian ada dzikir dan doa, kenapa dianggap bid'ah?.

Dalam sebuah kajian seseorang jamaah bertanya kepada Ustadz Maududi Abdullah tentang amalan tahlil kematian, "ustadz dalam tahlil kematian khan ada dzikir dan doa, kenapa kok dianggap bid'ah?". Ustadz menjawab, " dzikir dan doa sudah diamalkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam, beliau sudah menunjukkan bagaimana mengamalkan amalan ini, dan dalam dzikir dan doa sesuai Sunnah beliau tidak dilakukan secara Berjama'ah dan juga tidak dilakukan dengan suara yang keras, selain itu juga dalam membaca surat Al-Quran tidak diputus dan disambung oleh jama'ah karena seperti ini dapat merusak makna dari ayat. Soal tahlil kematian mari kita kembalikan amalan ini kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam dan para sahabat untuk melihat apakah amalan ini benar atau menyelisihi Sunnah. Dijaman Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam dan para sahabat beliau masih hidup ada banyak orang yang meninggal dunia, bahkan ada ribuan orang meninggal dunia pada saat itu dan disebabkan banyak hal seperti meninggal di medan perang ataupun juga karena sakit, dan beberapa diantaranya adalah anggota keluarga Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam, namun tidak sekalipun Nabi atau para sahabat disebut dalam hadist membuat amalan semacam tahlil kematian ini. Menunjukkan amalan ini kuranglah benar, karena mustahil Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam tidak mengetahui sebuah amalan dalam agama ini yang dinilai baik sementara kita lebih tau mana amalan yang baik, mustahil beliau tidak tau akan hal ini sementara kita lebih mengetahuinya. Dan dalam agama ini kita dilarang mendahului Allah dan RasulNya, maka sebaiknya kita menjauhi amalan-amalan yang menyelisihi Sunnah nya, dan sebaik-baik​ amalan adalah apa yang telah diSunnahkan, waallahua'lam."

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurat:1)

Allah Ta’ala memanggil hambanya dengan sifat iman. Penyifatan iman kepada seorang hamba merupakan sifat agung yang apabila seorang muslim merealisasikan keimanan dalam dirinya akan membawa dirinya untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Dalam ayat tersebut Allah melarang mereka dari mendahului Allah dan rasul-Nya dalam setiap keadaan.

Imam Ibnu Jarir At Thabari rahimahullah berkata,

“ Firman Allah (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا) maksudnya wahai orang-orang yang telah meyakini keesaan Allah dan kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Firman Allah (لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ) maksudnya janganlah kalian mendahului ketentuan Allah dalam urusan peperangan dan agama kalian sebelum Allah dan rasul-Nya menetapkan perkara tersebut, sehingga kalian menetapkan yang tidak sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya…”

Makna ayat ini secara umum yaitu, “ Janganlah memutuskan suatu perkara kecuali Allah dan rasul-Nya, dan janganlah mendahului keputusan Allah dan rasul-Nya.

Imam Ibnu Jarir menjelaskan, “Adapun tentang ayat ( وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ) maksudnya takutlah wahai orang-orang beriman kepada Allah dalam perkataan kalian, jangan mengatakan sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh Allah dan rasul-Nya serta dalam perkara-perkara lainnya. Dan waspadalah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar terhadap apa yang kalian ucapkan, dan Maha Mengetahui terhadap apa yang kalian inginkan ketika kalian berbicarara. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari seluruh urusan kalian dan orang-orang selain kalian”

Sumber referensi " Larangan mendahului Allah dan RasulNya", oleh DR.Andika Minaoki di muslim.or.id.co

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Dakwah setan ditengah perkawinan

Dakwah setan dikatakan  sukses ketika mampu menceraikan antara suami dan istri.

Membaca sebuah posting  tentang seorang suami yang menggugat cerai jadi ingat kajian soal ini.
Dalam sebuah kajian Ustadz Khalid Basalamah  mengatakan,  " salah satu dakwah setan dalam menyesatkan  umat manusia yakni dari perceraian suami dan istri, dan biasanya perceraian  diawali dari perselisihan masalah-masalah yang sepele  seperti seorang suami meminta istrinya untuk membuatkan minuman teh manis,  namun karena kesibukan istri ditambah setan yang melupakan istri  akan permintaan suaminya akhirnya si istri benar-benar  lupa membuatkan teh manis,  sampailah si suami meminta minumannya baru si istri tersadar dia lupa,  akibatnya sisuami marah dan menganggap si istri tidak menurut kepadanya.  Ketika hampir setiap hari si suami mengalami kejadian serupa maka ketika ada perkara kecil yang diperselisihkan adalah  pemicu pertengkaran diantara suami dan istri, dam akhirnya diantara mereka memutuskan  bercerai.  Ketika itu terjadi setan sangat gembira,  karena dakwahnya telah berhasil,  kenapa demikian karena jika ada perceraian  maka yang gaduh dan ribut bukan saja diantara suami istri yang tengah bermasalah,  namun juga masyarakat luas  terkena imbasnya,  tentu keluarga lelaki dan keluarga  wanita  juga ribut,  tetangga suami istri itu ribut,  teman-teman  mereka juga pasti ribut,  apalagi jika yang bercerai adalah seorang selebritis pasti masyarakat  akan ribut membicarakan  perceraian  itu.
Maka agar selamat dari tipu daya setan tidak ada jalan lain bagi kita agar selamat yakni berpegang kepada Risalah yang telah disampaikan  oleh Allah dan RasulNya. "

Firman Allah :

وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ فَإِن كَرِهۡتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡ‍ٔٗا وَيَجۡعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيۡرٗا كَثِيرٗا [ النساء / 19 ]

"Dan pergauilah mereka dengan cara yang sepatutnya. Kemudian jika kalian tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak" (QS An-Nisaa : 19 )

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Pacaran? Apa enaknya?

Apa enaknya pacaran?

Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Zubair Hawaary  mengatakan,  "romantisme  saat pacaran itu membuat sulit bersikap romantis saat menikah,  karena semua yang dilakukan selama pacaran sudah dialami,  maka ketika menikah kehabisan romantisme,  karena sudah pernah bergandengan,  pernah bercanda,  pernah marahan,  pernah  ngasih hadiah dst.  Lalu setelah menikah mau melakukan apa?.. Maka yang terbaik dan nikmat yakni ketika melakukan itu semua  disaat sudah menikah,  insyaAllah jauh lebih berarti jika bersikap romantis  disaat  sudah menikah. Dan yang jelas berlaku romantis  kepada pasangan kita setelah menikah tidak mendatangkan dosa,  malah mendatangkan pahala,  waallahua'lam. "

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Sunnah Diaries

Saturday, July 22, 2017

Kaum gay wajib dihukum bunuh

Kenapa dalam syariat Islam kaum gay wajib dihukum dengan dibunuh ?

Dalam sebuah kajian Ustadz Ahmad Zainuddin Al Banjary menyebutkan, " kaum liberal mengatakan bahwa cinta adalah karunia dari Allah dan dapat dari siapa ke siapa, termasuk dari seorang pria kepada pria, tidak hanya dari seorang pria kepada seorang wanita. Ini jelas perkataan yang bathil karena Allah dan RasulNya jelas melaknat pelaku perilaku sex menyimpang termasuk gay dan lesbian, kita dapat lihat bagaimana azab Allah kepada kaum Nabi Luth. Perilaku seperti ini secara logika manusia juga berbahaya, bayangkan jika dibiarkan lelaki suka lelaki, atau seorang wanita suka wanita maka pada suatu saat manusia akan musnah, karena punah, regenerasi tidak terjadi, padahal salah satu fungsi pernikahan antara lelaki dan wanita adalah untuk menyambung tali generasi dari jaman ke jaman sehingga manusia tetap eksis dimuka bumi ini. Semoga dijauhkan dari perilaku menyimpang seperti ini, aamiin."

KAUM GAY DAN LESBI WAJIB DIHUKUM DENGAN DIBUNUH

Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

( مَنْ وَجَدْتُمُوهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِهِ )

“ Barangsiapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Nabi Luth, maka bunuhlah pelaku dan pasangannya”
[HR Tirmidzi dan yang lainnya]

jika nampak bendera ini di wall atau pp seseorang, segera blokir dan jauhi, karena ini adalah bendera kaum gay dan lesbi, afwan.

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Awas berita bohong kaum Rafidhah Syi'ah !!!

Berita bohong dan fitnah bikinan Syi'ah laris manis di negri ini.

Orang Syi'ah selalu menebarkan fitnah dikalangan umat Muslim agar menimbulkan kegaduhan dan menjatuhkan citra kekuatan-kekuatan Ahlu Sunnah, dan parahnya fitnah bikinan Syi'ah ini ditelan mentah-mentah, dipercaya bahkan dishare secara luas oleh kaum Ahlu Sunnah sendiri.
Dalam sebuah kajian Ustadz Firanda Adirja mengatakan, " fitnah Syi'ah di Indonesia sangat laris manis dikonsumsi kaum Ahlu Sunnah, penyebabnya karena sedikitnya orang yang mengerti bahasa Arab ditambah dengan banyaknya tersebar berita dusta, akhirnya berita-berita yang datang dari jazirah Arab ditelan mentah-mentah tampa mengecek kebenarannya, dan akibatnya menyulut kebencian kepada yang difitnah oleh kaum rafidhah. Semisal berita fitnah tentang dipindahnya makam Rasulullah di komplek Masjid Nabawi beberapa tahun yang lalu, padahal yang terjadi pada saat itu adalah berita pemerintah Arab Saudi yang sedang berusaha melebarkan komplek Masjid Nabawi agar jamaah haji yang tertampung menjadi lebih besar dan nyaman, namun oleh orang Syi'ah dibuat berita miring bahwa Pemerintah Arab Saudi sedang berusaha memindahkan makam Rasulullah, dan berita itu disebarkan ke seluruh penjuru dunia termasuk ke Indonesia, dan hal ini membuat kegaduhan diantara umat Muslim di negri ini. Akibat dari dari berita ini menjadikan umat Muslim di dunia lupa akan jasa baik pemerintah Arab Saudi yang merenovasi area Masjid Nabawi dengan menghabiskan dana jutaan dollar, dan pada akhirnya orang lebih terkonsentrasi kepada isu pemindahan makam Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam, ini sungguh merupakan kemunduran bagi Ahlu Sunnah. Kita sudah telusuri asal muasal berita tersebut dan ternyata memang benar, berita ini berasal dari kantor-kantor berita milik Iran yang notabene adalah paham rafidhah/ Syi'ah.
Semoga kita berhati-hati dari berita bohong bermuatan fitnah bikinan kaum Syi'ah Rafidhah."

Allah berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].

Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah, pent.), musuh-musuh kalian senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai kalian. Maka wajib atas kalian untuk selalu waspada, hingga kalian bisa mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar.

Allah berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti”

Maksudnya, janganlah kalian menerima (begitu saja) berita dari orang fasik, sampai kalian mengadakan pemeriksaan, penelitian dan mendapatkan bukti kebenaran berita itu.

(Dalam ayat ini) Allah memberitahukan, bahwa orang-orang fasik itu pada dasarnya (jika berbicara) dia dusta, akan tetapi kadang ia juga benar. Karenanya, berita yang disampaikan tidak boleh diterima dan juga tidak ditolak begitu saja, kecuali setelah diteliti. Jika benar sesuai dengan bukti, maka diterima dan jika tidak, maka ditolak.

Kemudian Allah menyebutkan illat (sebab) perintah untuk meneliti dan larangan untuk mengikuti berita-berita tersebut.

Allah berfirman.

أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ

“Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya”.

Kemudian nampak bagi kamu kesalahanmu dan kebersihan mereka.

فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [Al Hujurat : 6]

Terutama jika berita tersebut bisa menyebabkan punggungmu terkena cambuk. Misalnya, jika masalah yang kalian bicarakan bisa mengkibatkan hukum had, seperti qadzaf (menuduh) dan yang sejenisnya.

Sumber referensi " Bahaya berita bohong" oleh Syaikh DR. Abdul Azhim Al Badawi di almanhaj.or.id

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Ilmu dulu baru dakwah

Berbicara agama wajib punya ilmu, kalau tidak siap-siap mendapat dosa lebih besar dari SYIRIK !

Beberapa hari yang lalu masyarakat dihebohkan oleh berita seorang ustadz muda disebuah stasiun televisi swasta yang berbicara berbau kecelakaan, dengan mengatakan di surga ada " pesta sex", tentu masyarakat yang mendengar kaget dan prihatin, karena pemahaman mereka kebanyakan tentang surga tidak demikian, disurga setiap penghuninya punya istri dan suami, dan mereka tidak bertukar pasangan dengan orang lain seperti halnya pesta sex. Tentu hal ini membuat kegaduhan di masyarakat dan pada akhirnya ustadz muda itu buru-buru meminta maaf secara resmi ke Majelis Ulama Indonesia (MUI), di bagian lain Komisi Penyiaran Indonesia(KPI) juga menegur stasiun televisi yang menyiarkan acara tersebut.

Melihat kejadian ini mengingatkan pada kajian Ustadz Maududi Abdullah tentang kewajiban berilmu dulu kemudian berdakwah, kata beliau, " banyak kita jumpai banyak pendakwah yang berdakwah melebihi kemampuannya, mereka berbicara tentang suatu perkara agama namun tidak memiliki ilmunya atas yang dibicarakan. Semisal ada seorang yang baru taubat beberapa tahun yang lalu kemudian berganti profesi menjadi da'i, atau seseorang yang baru masuk Islam dan baru berhijab beberapa tahun yang lalu kemudian dia berbicara didepan khalayak tentang agama, didepan ratusan atau bahkan ribuan orang, sejatinya dia belum pantas karena keilmuannya masih belum cukup, dia lebih pantas duduk didepan seseorang yang berilmu untuk belajar agama, entah itu kyai, ustadz dan Syaikh. Harusnya demikian, karena seseorang yang tidak berilmu kemudian berdakwah sejatinya yang dirusaknya jauh lebih banyak dari apa yang dia perbaiki. Dan dosa berbicara agama tampa ilmu diancam oleh Allah dengan dosa lebih besar dari syirik, padahal syirik adalah dosa paling besar dan tidak terampuni, waallahua'lam."

Alloh Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (Al-A’raf:33)

Syeikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baaz rohimahulloh berkata: “Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang diharamkan oleh Allah, bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi daripada kedudukan syirik. Karena di dalam ayat tersebut Alloh mengurutkan perkara-perkara yang diharamkan mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi.

Dan berbicara tentang Alloh tanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa ilmu) tentang hukum-hukumNya, syari’atNya, dan agamaNya. Termasuk berbicara tentang nama-namaNya dan sifat-sifatNya, yang hal ini lebih besar daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syari’atNya, dan agamaNya.” [Catatan kaki kitab At-Tanbihat Al-Lathifah ‘Ala Ma Ihtawat ‘alaihi Al-‘aqidah Al-Wasithiyah, hal: 34, tahqiq Syeikh Ali bin Hasan, penerbit:Dar Ibnil Qayyim]

Sumber referensi artikel "Bahaya berbicara agama Tampa ilmu", Ustadz Muslim Atsyari di muslim.or.id.

By Siswo Kusyudhanto

💻 Sunnah Diaries :
〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️
🌐 Facebook Fans Page :
https://www.facebook.com/sunnahdiaries
📢 Join Telegram Channel :
@sunnahdiaries

Friday, July 21, 2017

Menyalahkan takdir?

Manusia sering menyalahkan takdir Allah, padahal yang salah adalah dirinya.

Ada seorang teman bercerita tentang keadaan Islam yang terpuruk dijaman ini dan mengidamkan kejayaan Islam di jaman masa lalu, dan sepertinya ada nada putus asa kemudian menyalahkan takdir Allah akan hal ini, jadi ingat tabligh Akbar beberapa hari yang lalu oleh Syaikh DR. Sa'ad Al Anazi beberapa hari yang lalu, beliau mengatakan, " manusia sering menyalahkan takdir Allah atas apa yang terjadi kepada dirinya, padahal apa yang dia alami akibat dari pilihannya sendiri, tentu ini kurang benar, karena risalah telah disampaikan oleh Allah dan RasulNya berupa Alqur'an dan As Sunnah, itu adalah petunjuk bagi manusia dalam menimbang pilihan mana jalan yang mashlahat dan mana jalan yang mudharat, dan Allah jamin selama berpegang kepada keduanya manusia dalam keadaan selamat baik di dunia maupun akhirat. Maka tidak adil menyalahkan takdir Allah atas apa yang di alami oleh seorang manusia."
Dalam kajian lain Ustadz Maududi Abdullah menyebutkan, " wajib seorang mukmin beriman kepada takdir, namun takdir yang dimaksud adalah apa yang sudah terjadi, dan yang apapun sedang terjadi adalah atas pilihan manusia itu sendiri."

APAKAH MANUSIA DIBERI KEBEBASAN MEMILIH

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin ditanya : “Apakah manusia dibebaskan memilih atau dijalankan?”.

Jawaban.
Penanya seharusnya bertanya pada diri sendiri ; Apakah dia merasa dipaksa oleh seseorang untuk menanyakan pertanyaan ini, apakah dia memilih jenis mobil yang dia inginkan ? dan berbagai pertanyaan semisalnya. Maka akan tampak jelas baginya jawaban tentang apakah dia dijalankan atau dibebaskan memilih.

Kemudian hendaknya dia bertanya kepada diri sendiri ; Apakah dia tertimpa musibah atas dasar pilihannya sendiri ? Apakah dia tertimpa penyakit atas dasar pilihannya ? Apakah dia mati atas dasar pilihannya sendiri ? dan berbagai pertanyaan semisalnya. Maka akan jelas baginya jawaban tentang apakah dia dijalankan atau dibebaskan memilih.

Jawabnya.
Sesungguhnya segala perbuatan yang dilakukan oleh orang yang memiliki akal sehat jelas dia lakukan atas dasar pilihannya. Simaklah firman Allah.

“Artinya : Maka barangsiapa menghendaki, maka dia mengambil jalan menuju Rabb-Nya” [An-Naba : 39]

Dan firman Allah.

“Artinya : Sebagian dari kamu ada orang yang menghendaki dunia dan sebagian dari kamu ada orang yang menghendaki akhirat” [Ali-Imran : 152]

Dan firman Allah.

“Artinya : Barangsiapa menghendaki akhirat dan menempuh jalan kepadanya dan dia beriman, maka semua perbuatannya disyukuri (diterima)”. [Al-Isra’ : 19]

Dan firman-Nya.

“Artinya : Maka dia diwajibkan membayar fidyah, berupa puasa atau sedekah atau hajji” [Al-Baqarah : 196]

Di mana dalam ayat fidyah di atas, pembayar fidyah diberi kebebasan memilih apa yang akan dibayarkan.

Akan tetapi, apabila seseorang menghendaki sesuatu dan telah melaksanakannya, maka kita tahu bahwa Allah telah menghendaki hal itu, sebagaimana firman-Nya.

“Artinya : Sungguh barangsiapa dari kamu menghendaki beristiqomah, maka kamu tidak akan berkehendak kecuali Allah Rabb sekalian alam menghendakinya” [At-Takwir : 29]

Maka sebagai kesempurnaan rububiyah-Nya, tidak ada sesuatupun terjadi di langit dan di bumi melainkan karena kehendak Allah Ta’ala.

Adapun segala sesuatu yang menimpa seseorang atau datang darinya dengan tanpa pilihannya, seperti sakit, mati dan berbagai bencana, maka semua itu murni karena Qadar Allah dan manusia tidak punya kebebasan memilih dan berkehendak.

Semoga Allah memberi Taufiq.

[Disalin kitab Al-Qadha’ wal Qadar edisi Indonesia Tanya Jawab Tentang Qadha dan Qadar, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin’, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Abu Idris]

Sumber referensi almanhaj.or.id

Thursday, July 20, 2017

Ulang tahun?

Seharusnya seorang muslim tidak merayakan ulang tahun.

Setiap melihat seseorang teman yang notabene adalah seorang muslim sedang merayakan ulang tahun dan dia gembira atas hal ini jadi prihatin, maklum karena hal seperti ini sebenarnya kontradiksi dengan kaidah umur dalam Islam, meskipun kadang mereka beralasan perayaan ulang tahun adalah wujud dari rasa syukur kepada Allah karena diberi banyak hal dalam hidup ini, namun sejatinya dalam kaidah Islam umur itu berkurang, makin dekat kita dengan liang lahat, dan sepanjang umur yang kita miliki jika banyak beramal ibadah kita akan beruntung, kalau ternyata banyak dosa selama umur itu bagaimana?, Umur bukan bertambah meskipun memang bertambah dari sisi angka.
Jika umur makin berkurang kenapa malah dirayakan dan gembira atas hal itu?, bahkan banyak ulama menyebutkan perayaan ulang tahun adalah amalan bertasyabuh kepada umat kafirin, dan hukum bertasyabuh adalah terlarang, waallahua'lam.

--------------

PERINGATAN HARI KELAHIRAN (ULANG TAHUN)

Oleh
Syaikh Abdul Aiz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan:
Syaikh Abdul Aiz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa hukum perayaan setelah setahun atau dua tahun atau lebih umpamanya, atau kurang, sejak kelahiran seseorang, yaitu yang disebut dengan istilah ulang tahun atau tolak bala. Dan apa hukum menghadiri pesta perayaan-perayaan tersebut. Jika seseorang diundang menghadirinya, apakah wajib memenuhinya atau tidak? Kami mohon jawabannya, semoga Allah membalas Syaikh dengan balasan pahala.

Jawaban:
Dalil-dalil syari’at dari Al-Kitab dan As-Sunnah telah menunjukkan bahwa peringatan hari kelahiran termasuk bid’ah yang diada-adakan dalam agama dan tidak ada asalnya dalam syari’at yang suci, maka tidak boleh memenuhi undangannya karena hal itu merupakan pengukuhan terhadap bid’ah dan mendorong pelaksanaannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah.” [Asy-Syura: 21]

Dalam ayat lain disebutkan,

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ﴿١٨﴾إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ۚ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۖ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari (siksaan) Allah. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertaqwa.” [Al-Jatsiyah: 18-19]

Dalam ayat lainnya lagi disebutkan,

اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” [Al-A’raf : 3]

Diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌ

“Barang siapa yang melakukan suatu amal yang tidak kami perintahkan maka ia tertolak.” [1]

Dalam hadits lainnya beliau bersabda,

خَيْرُ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللَّه وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرُّ اْلأُمُوْرِ مُحدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad Saw, seburuk-buruk perkara adalah hal-hal baru yang diada-adakan dan setiap hal baru adalah sesat.” [2]

Dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang semakna.

Di samping perayaan-perayaan ini termasuk bid’ah yang tidak ada asalnya dalam syari’at, juga mengandung tasyabbuh (menyerupai) kaum Yahudi dan Nashrani yang biasa menyelenggarakan peringatan hari kelahiran, sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan agar tidak meniru dan mengikuti cara mereka, sebagaimana sabda beliau,

لَتَتَّبِعَنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُم شِبْرًا شِبْرًاوَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْدَخَلُوْا جُحْرَضُبٍّ تَبَعْتُمُوْهُم، قُلنَا يَا رَسُوْلَ اللَّهِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

“Kalian pasti akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal dengan sejengkal dan sehasta dengan sehasta, sampai-sampai, seandainya mereka masuk ke dalam sarang biaivak pun kalian mengikuti mereka.” Kami katakan, “Ya Rasulullah, itu kaum Yahudi dan Nashrani?” Beliau berkata, “Siapa lagi.” [3]

Makna ‘siapa lagi’ artinya mereka itulah yang dimaksud dalam perkataan ini. Kemudian dari itu, dalam hadits lain beliau bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم

“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, berarti ia termasuk golongan mereka” [4]

Dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang semakna.

Semoga Allah menunjukkan kita semua kepada yang diridhai-Nya.

[Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutannawwi’ah, juz 4, hal. 283]

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al Masa’il Al-Ashriyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid Al-Juraisiy, Penerjemah Musthofa Aini, Penerbit Darul Haq]
_______
Footnote
[1]. Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Al-Aqdhiyah (18-1718). Al-Bukhari menganggapnya mu’allaq dalam Al-Buyu’ dan Al-I’tisham.
[2]. Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Al-Jumu’ah (867).
[3]. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim: Al-Bukhari dalam Ahaditsul Anbiya’ (3456). Muslim dalam Al-‘Ilm (2669).
[4]. Ahmad (5094, 5634). Abu Dawud (4031).

Sumber:almanhaj.or.id.co

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

Wednesday, July 19, 2017

Dzikir suara keras dan riya'

Berdzikir dengan suara keras Tampa disadari dia telah membuka pintu ke arah riya'.

Dalam sebuah kajian tentang ikhlas dan riya' Ustadz Abdullah Zein menyebutkan, " kadang kita jumpai seseorang sedang berdzikir dengan suara keras dalam sebuah acara, bahkan diliput oleh televisi dimana dia dinampakkan menangis,  ini membahayakan dirinya, tampa dia sadari dia telah membuka pintu lebar ke arah riya'(ingin dipuji orang lain), karena ini adalah seseorang dalam keadaan sulit dalam mencapai keikhlasan, dimana sekitar dirinya memperhatikan dia sedang beramal ibadah, apalagi sedang diliput televisi dan disiarkan ke khalayak. Bukan kita menghisab seseorang yang berdzikir dengan suara keras, karena hisab urusan Allah, namun kita membicarakan soal penghalang dia mencapai sikap ikhlas dalam beramal ibadah, sebaiknya hal demikian dihindari, dan sungguh benar amalan Sunnah dimana kita diharuskan berdzikir dengan suara pelan dan tentu tidak berjamaah sudah merupakan cara menghindarkan diri dari sikap riya', dengan dzikir pelan dengan sendirinya dia menutup pintu ke arah riya', bagaimana ada jalan menuju riya' jika beramal dzikir sesuai Sunnah?, karena orang disekitarnya tidak tau seseorang sedang berdzikir atau tidak? Karena suaranya dalam berdzikir sangat pelan, hanya dirinya dan Allah saja yang mengetahui dia sedang berdzikir. Waallahua'lam."

Allah berfirman,

وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِفْيَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَاْلأَصَالِ وَلاَتَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ

Dan dzikirlah (ingatlah, sebutlah nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. [Al A’raf : 205].

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,”Oleh karena itulah Allah berfirman:
وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ (dan dengan tidak mengeraskan suara), demikianlah, dzikir itu disukai tidak dengan seruan yang keras berlebihan.” [Tafsir Ibnu Katsir].

Al Qurthubi rahimahullah berkata,”Ini menunjukkan, bahwa meninggikan suara dalam berdzikir (adalah) terlarang.” [Tafsir Al Qurthubi, 7/355].

Muhammad Ahmad Lauh berkata,”Di antara sifat-sifat dzikir dan shalawat yang disyari’atkan, yaitu tidak dengan keras, tidak mengganggu orang lain, atau mengesankan bahwa (Dzat) yang dituju oleh orang yang berdzikir dengan dzikirnya (berada di tempat) jauh, sehingga untuk sampainya membutuhkan dengan mengeraskan suara.” [Taqdisul Asy-khas Fi Fikrish Shufi, 1/276, karya Muhammad Ahmad Lauh].

Abu Musa Al Asy’ari berkata.

لَمَّا غَزَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْبَرَ أَوْ قَالَ لَمَّا تَوَجَّهَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْرَفَ النَّاسُ عَلَى وَادٍ فَرَفَعُوا أَصْوَاتَهُمْ بِالتَّكْبِيرِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ وَأَنَا خَلْفَ دَابَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعَنِي وَأَنَا أَقُولُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَقَالَ لِي يَا عَبْدَاللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْتُ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ مِنْ كَنْزٍ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَدَاكَ أَبِي وَأُمِّي قَالَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi atau menuju Khaibar, orang-orang menaiki lembah, lalu mereka meninggikan suara dengan takbir: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illa Allah. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Pelanlah, sesungguhnya kamu tidaklah menyeru kepada yang tuli dan yang tidak ada. Sesungguhnya kamu menyeru (Allah) Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat, dan Dia bersama kamu (dengan ilmuNya, pendengaranNya, penglihatanNya, dan pengawasanNya, Pen.).” Dan saya (Abu Musa) di belakang hewan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mendengar aku mengatakan: Laa haula wa laa quwwata illa billah. Kemudian beliau bersabda kepadaku,”Wahai, Abdullah bin Qais (Abu Musa).” Aku berkata,”Aku sambut panggilanmu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,”Maukah aku tunjukkan kepadamu terhadap satu kalimat, yang merupakan simpanan di antara simpanan-simpanan surga?” Aku menjawab,”Tentu, wahai Rasulullah. Bapakku dan ibuku sebagai tebusanmu.” Beliau bersabda,”Laa haula wa laa quwwata illa billah.” [HR Bukhari, no. 4205; Muslim, no. 2704].

Sumber referensi" Majalah As Sunnah edisi 12 th.1999, di web almanhaj.or.id

By Siswo Kusyudhanto fans page Sunnah Diaries

Shalat Sunnah sebelum Maghrib

Banyak Masjid tidak meluangkan jama'ah nya untuk shalat Sunnah sebelum shalat Maghrib, ini kebiasaan yang melenyapkan salah satu amalan Sunnah.

Dalam kajian hadist tentang shalat dua raka'at sebelum masuk shalat Maghrib, Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, " meskipun shalat dua raka'at sebelum masuk Shalat Maghrib bukan termasuk Shalat Rawatib namun masuk Shalat qobliyah, hal ini tetap menjadikan shalat dua raka'at sebelum Shalat Maghrib adalah amalan yang sangat mulia, Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam selalu menegakkannya, beberapa sahabat juga melakukannya, bahkan memerintahkan hal ini sampai tiga kali. Sebagian besar masjid dan mushola di negri kita ini sangat sedikit yang memberikan waktu shalat dua raka'at sebelum shalat Maghrib, setelah adzan selesai langsung iqomah, alasan mereka banyak, mulai dari Maghrib waktunya singkat, padahal sebenarnya dua raka'at tidak memerlukan waktu yang banyak, atau juga ada alasan bahwa yang wajib perlu diutamakan maka yang Sunnah diabaikan, ini juga jelas salah karena jika keduanya dapat ditegakkan kenapa tidak dilakukan?.
Karena amalan shalat dua raka'at sebelum Shalat Maghrib ini sangat jarang diamalkan sehingga menjadi kebiasaan untuk meninggalkan dari turun temurun begitu ada upaya menghidupkan Sunnah ini malah dianggap aneh, pasti mereka akan bertanya, amalan apa ini?. Maka bagi kita yang ingin menghidupkan Sunnah Nabi di masjid dan mushola nya mulailah menghidupkan shalat dua raka'at sebelum masuk Shalat Maghrib, beri waktu jama'ah untuk melakukannya.
Ketika ada beberapa ulama yang berpendapat berbeda soal ini mungkin saja terjadi hadist ini tidak sampai kepadanya, seharusnya jika kita berpendapat secara ilmiah tentu harusnya kita mengikuti hadistnya."

Hadits ‘Abdullah bin Mughoffal Al Muzani, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« صَلُّوا قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ ». ثُمَّ قَالَ « صَلُّوا قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ لِمَنْ شَاءَ ». خَشْيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً.
“Kerjakanlah shalat sunnah sebelum Maghrib dua raka’at.” Kemudian beliau bersabda lagi, “Kerjakanlah shalat sunnah sebelum Maghrib dua raka’at bagi siapa yang mau.” Karena hal ini dikhawatirkan dijadikan sebagai sunnah. (HR. Abu Daud no. 1281. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dalam Shahih Bukhari disebutkan,
صَلُّوا قَبْلَ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ – قَالَ فِى الثَّالِثَةِ – لِمَنْ شَاءَ كَرَاهِيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً
“Shalat sunnahlah sebelum Maghrib, beliau mengulangnya sampai tiga kali dan mengucapkan pada ucapan ketiga, “Bagi siapa yang mau, karena dikhawatirkan hal ini dijadikan sunnah.” (HR. Bukhari no. 1183).

Sumber referensi "Shalat Sunnah sebelum shalat Maghrib" oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal di rumoysho.co

By Siswo Kusyudhanto
Fans page Sunnah Diaries

Monday, July 17, 2017

Bagi Syi'ah darah Ahlu Sunnah adalah HALAL, ingat itu!!!!

Bagi orang Syi'ah darah Ahlu Sunnah adalah HALAL, ingat itu !!!

Dalam sebuah kajian Ustadz Firanda Adirja mengatakan, " dulu, sekitar 10 tahun yang lalu ketika saya mulai belajar di Universitas Islam Madinah jika kita bertanya kepada orang-orang Arab Saudi tentang Syi'ah mereka akan mengatakan, mereka juga sama dengan kita yakni sama-sama penganut agama Islam, hal ini terjadi karena kaum Syi'ah bertingkah laku baik dalam masyarakat di Arab Saudi, namun sejatinya mereka sedang bertaqqiyah(berpura-pura) agar dinilai baik oleh pemaham Ahlu Sunnah. Jika sekarang kita bertanya hal yang sama kepada orang di sana(Arab Saudi) mereka akan menjawab dengan nada marah, dan mungkin  saja mencaci maki Syi'ah. Kenapa hal ini terjadi, karena apa yang terjadi di Suriah sudah sangat nyata bukti kebencian kaum rafidhah kepada Ahlu Sunnah, para wanita di Suriah diperkosa, orangnya disiksa, dibunuh, dan sudah ratusan ribu orang pemahaman Ahlu Sunnah dibantai oleh kaum rafidhah, segala penjuru Jazirah Arab tau berita kekejaman Syi'ah di Suriah. Dengan demikian di sana sulit bagi kaum rafidhah untuk bertaqqiyah, karena apa yang terjadi menjadi bukti nyata keburukan mereka yang tidak mungkin dapat dibantah.
Makanya prihatin dengan keadaan di Indonesia ini, mungkin karena berita yang sampai dinegri kita penuh kedustaan, akhirnya terjadi pernyataan bohong dimana banyak pihak menyatakan bahwa Syi'ah tidak berbahaya, menganggap Syi'ah bagian dari Islam, ini sangat berbahaya karena sudah terbukti dimana Syi'ah berkembang disebuah daerah yang terjadi adalah konflik, perang dan bencana.
Misal saja kita biarkan Syi'ah berkembang dinegri kita, kemudian pada suatu jumlah orang pengikut Syi'ah sangat banyak dinegri kita, dan kemudian dengan terang-terangan mereka mengatakan Aisyah Radhiyallahu Anhaa adalah pelacur dan dihinakan mereka, atau juga orang Syi'ah mengatakan Umar Radhiyallahu Anhuu adalah seorang bencong yang hobby disodomi mustahil kaum Ahlu Sunnah diam saja, tentu kaum Ahlu Sunnah akan marah orang karena yang dianggap teladan justru dihina sedemikian rupa, pasti kaum Ahlu Sunnah melakukan aksi kemarahan, dan dari sanalah mulai terjadi konflik dan perang. Maka berhati-hatilah terhadap fitnah kaum rafidhah (Syi'ah), waallahua'lam."

Mereka juga menganggap bahwa Ahlus Sunnah itu najis sehingga harus dilenyapkan karena status mereka sebagai najis.
Ni’matullah al-Jazairi berkata tentang hukum Nawashib (yang dimaksud oleh mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah), “Mereka adalah orang kafir yang najis berdasarkan kesepakatan ulama Syiah imamiyah, lebih jahat dari Yahudi dan Nasrani. Sesungguhnya di antara tanda seorang nashibi adalah mendahulukan selain Ali radhiallahu ‘anhu dalam hal kepemimpinan.” (al-Anwar an-Nu’maniyah, hlm. 206—207)
Karena menganggap Ahlus Sunnah kafir, mereka pun menghalalkan darah Ahlus Sunnah. Mereka meriwayatkan dari Dawud bin Farqad, ia berkata kepada Abu Abdillah rahimahullah, “Apa pendapatmu tentang membunuh seorang Nashibi?”
Ia menjawab, “Halal darahnya, namun aku mengkhawatirkan dirimu. Jika engkau mampu merobohkan dinding hingga menimpanya atau menenggelamkannya ke dalam air agar tidak seorang pun menjadi saksi atas perbuatanmu, lakukanlah!”
Lalu Dawud bertanya, “Apa pendapatmu tentang hartanya?”
Ia menjawab, “Habiskan semampumu.” (Diriwayatkan oleh al-Hur al-Amili dalam Wasail asy-Syiah, 18/463; dalam Biharul Anwar, 27/231)

Referensi dr Atsyariah.co

By Siswo Kusyudhanto
Fans page Sunnah Diaries

Pasti dilempar sandal

Coba aja tegur orang yang sedang tahlil kematian, pasti dilempar sandal.

Ustadz Zainal Abidin Syamsudin dalam pembahasan buku "Aqidah yang lurus", mengatakan, "menyadarkan pelaku amalan bid'ah itu jauh lebih sulit daripada pelaku maksiat, bahkan ulama besar sekelas Imam At Tsaury mengatakan, setan/iblis lebih mencintai pelaku amalan bid'ah daripada pelaku maksiat, karena mereka merasa dalam kebenaran. Ini sungguh benar, misal saja ada sekelompok lelaki sedang bermain judi, coba dekati dan tegur dengan lemah lembut, mas sudahlah jangan bermain judi seperti ini kasihan anak istri, pasti si penjudi akan membalas dengan suara pelan, iya mas sebenarnya saya juga gak mau main judi terus namun kalau gak ada main kepala saya pusing karena suntuk. Sebaliknya coba datangi orang yang sedang mengamalkan tahlil kematian, bicara dengan lemah lembut, mas sudahlah jangan mengamalkan amalan ini, ini amalan tidak ada contohnya dari Nabi dan para sahabat, pastilah akan dibalas dengan kata-kata kasar, mungkin akan ada perkataan, mukamu juga bid'ah karena tidak ada dijaman Nabi, atau juga mungkin akan dilempar sandal karena mereka merasa mengamalkan sesuatu yang benar namun mereka mendapat teguran, tentu mereka sulit menerimanya.
Jika demikian kita wajib sabar dan doakan saja.
Imam Syafi'i adalah ulama besar, selalu meraih kemenangan dalam debat ilmu dengan siapapun juga dijamannya, namun beliau kalah berdebat dengan orang bodoh."

Seorang tabiin bernama Sufyan ats Tsauri mengatakan :

قال وسمعت يحيى بن يمان يقول سمعت سفيان يقول : البدعة أحب إلى إبليس من المعصية المعصية يتاب منها والبدعة لا يتاب منها

Ali bin Ja’d mengatakan bahwa dia mendengar Yahya bin Yaman berkata bahwa dia mendengar Sufyan (ats Tsauri) berkata, “Bid’ah itu lebih disukai Iblis dibandingkan dengan maksiat biasa. Karena pelaku maksiat itu lebih mudah bertaubat. Sedangkan pelaku bid’ah itu sulit bertaubat” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d dalam Musnadnya no 1809 dan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis hal 22).

Faktor terpenting yang mendorong seseorang untuk bertaubat adalah merasa berbuat salah dan merasa berdosa. Perasaan ini banyak dimiliki oleh pelaku kemaksiatan tapi tidak ada dalam hati orang yang gemar dengan bid’ah. Oleh karena itu, bagaimana mungkin seorang pelaku bid’ah bertaubat ketika dia tidak merasa salah bahkan dia merasa mendapat pahala dan mendekatkan diri kepada Allah dengan bid’ah yang dia lakukan.

Mungkin berdasarkan perkataan Sufyan ats Tsauri ini ada orang yang berkesimpulan bahwa orang yang melakukan bid’ah semisal tahlilan itu lebih rendah derajatnya dibandingkan yang melakukan maksiat semisal melacurkan diri.

Muhammad bin Husain al Jizani ketika menjelaskan poin-poin perbedaan antara maksiat dan bid’ah mengatakan, “Oleh karena itu maksiat memiliki kekhasan berupa ada perasaan menginginkan bertaubat dalam diri pelaku maksiat. Ini berbeda dengan pelaku bid’ah. Pelaku bid’ah hanya semakin mantap dengan terus menerus melakukan kebid’ahan karena dia beranggapan bahwa amalnya itu mendekatkan dirinya kepada Allah, terlebih para pemimpin kebid’ahan besar. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah,

أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآَهُ حَسَنًا

“Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)?” (Qs. Fathir:8)

Sufyan ats Tsauri mengatakan, “Bid’ah itu lebih disukai Iblis dibandingkan dengan maksiat biasa. Karena pelaku maksiat itu lebih mudah bertaubat. Sedangkan pelaku bid’ah itu sulit bertaubat”.

Referensi , " Mengapa dosa bid'ah lebih besar dari maksiat", di konsultasiSyariah.co

By Siswo Kusyudhanto
Fans page Sunnah Diaries