Friday, November 24, 2017

Nikmatnya diatas Sunnah tiada tara


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dikajian kami ada seorang teman yang sejak mengenal dakwah Sunnah berusaha beramal atas ilmu yang didapatkan, termasuk soal riba. Dahulu dia bekerja disebuah bank nasional, jabatannya saat itu adalah supervisor marketing, dia mengepalai divisi marketing di cabangnya, kerjanya memproses pinjaman nasabah kepada bank, dan juga mencari nasabah untuk simpanan deposito, dan semua hal yang berkaitan dengan pekerjannya sangat erat berhubungan dengan riba. Tak jarang dia juga ikut menyetujui penarikan jaminan atas pinjaman, dan buruknya dia mengambil aset nasabahnya saat mereka terpuruk, dalam keadaan rugi justru diperparah dengan pengambilan asetnya, diambilnya rumah, mobil, tanah dan seterusnya dari tangan pemiliknya karena menunggak lebih dari waktu yang disepakati.
Namun sejak mengenal dakwah Sunnah dia tau pekerjaannya haram dan pada akhirnya setelah menimbang antara pekerjaannya atau ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya soal larangan riba , maka dia putuskan untuk keluar dari bank dan mencari pekerjaan halal baginya. Padahal saat itu gajinya sudah mencapai 10 juta perbulan, karena hal ini banyak teman dan anggota keluarganya menganggap dirinya bodoh. Dan akhirnya dia keluar dari bank kemudian mendapat pekerjaan dengan usaha kecil-kecilan dengan penghasilan hanya sekitar 3 juta sebulan, jauh dibawah gajinya sebagai karyawan bank, namun yang dia rasakan justru jauh lebih bahagia, karena sudah lepas dari perkara riba yang dia tau sendiri bagaimana kejamnya perbuatan riba kepada sesama manusia. Hal ini yang banyak tidak dipahami oleh kebanyakan anggota masyarakat lainnya.
Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah juga mengisahkan hal yang sama, beliau mengatakan, "diantara kita ada seseorang mantan kepala cabang sebuah bank, dulu gajinya sekitar 35 juta sebulan, namun sejak kenal dakwah ini dia tau bahayanya riba baginya juga orang lain, dan tau bahwa riba juga diperangi oleh Allah dan RasulNya maka dia putuskan untuk keluar dari pekerjaannya itu, dan dia usaha sendiri kecil-kecilan dengan penghasilan sekitar 7 juta perbulan, namun hal ini justru membuatnya jauh lebih bahagia, karena sudah lepas dari perkara riba, dan sudah mengamalkan akan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. "
Kadang ditengah masyarakat yang memuja hedonisme, memuja keduniaan, harta dan kepopuleran, amalan Sunnah sulit dipahami oleh orang awam, hanya mereka yang berada diatas pemahaman Sunnah yang tau betapa nikmatnya diatas ketaatan, waallahua'lam.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
”Katakanlah,’Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan’”. (QS. Yunus [10]: 58)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “karunia Allah” dalam ayat di atas adalah Al Qur’an, yang merupakan nikmat dan karunia Allah yang paling besar serta keutamaan yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Sedangkan yang dimaksud dengan “rahmat-Nya” adalah agama dan keimanan. Dan keduanya itu lebih baik dari apa yang kita kumpulkan berupa perhiasan dunia dan kenikmatannya
Referensi, "Nikmat dari Allah yang hakiki", oleh Ustadz Muhammad Saefudin Hakim, di muslim. Or. Id

No comments:

Post a Comment