Wednesday, November 1, 2017

Kenapa kajian Sunnah difitnah?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Abdullah Zein MA menyebutkan :
"amal ibadah yang benar dibangun diatas ilmu yang benar, sebaliknya jika ilmu seseorang salah maka amalannya pasti salah. Hal ini menjadikan kajian-kajian ilmu sangat penting, karena dengan banyaknya kajian ilmu agama akan memberikan bekal kepada umat pemahaman ilmu yang cukup untuk dapat diamalkan dalam kehidupannya , dari sinilah kekuatan Muslimin dihimpun. Jika umat Muslim memiliki ilmu yang benar maka segala penyimpangan aqidah, seperti paham radikal, kebid’ahan, paham kesyirikan, kemaksiatan dan segala penyimpangan dalam agama akan rontok dengan sendirinya.
Kesimpulannya dengan ilmu agama yang benar adalah kekuatan kaum Muslimin sesungguhnya . Oleh karenanya kajian-kajian Sunnah sangat tidak disukai oleh kaum kafirin dan kaum munafikun, mereka takut akan kebangkitan kekuatan Islam, dan untuk menghambat hal tersebut mereka ciptakan fitnah-fitnah agar umat Muslim menjauhi ilmu yang benar, yakni dengan cara menjauhkan Umat Muslim dari kajian-kajian Sunnah. Mereka menyebarkan fitnah bahwa kajian Sunnah menyebarkan paham radikal, tafkiri, mengabarkan berita bohong bahwa kajian Sunnah mendorong umat membuat bom dan melawan pemerintah, padahal hal tersebut jelas tidak ada dasarnya sama sekali. Dan hal inilah yang menyebabkan banyak kajian Sunnah dibubarkan dibanyak tempat , tentunya dengan alasannya yang sama sekali tidak ada dasarnya.
Juga mereka menyebarkan berita bohong bahwa MUI mengeluarkan daftar ustadz-ustadz berpaham tafkiri, suka mengkafirkan, jumlahnya ada 81 orang ditulis dalam daftar tembusannya kepada Departemen Agama Pusat di Jakarta , dan tidak berapa lama hal tersebut dibantah oleh MUI Pusat dan Depag, bahwa berita tersebut tidak benar, tidak pernah MUI atau Depag mengeluarkan daftar ustadz berpaham tafkiri tersebut.
Dan banyak lagi fitnah fitnah dibuat dan disebarkan dikalangan umat Muslim agar melemahkan kekuatan umat Muslim, waallahua'lam . "
Umar bin al-Khottob radhiyallaahu ‘anhu berkata :
تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا
“Belajarlah ilmu sebelum menjadi pemimpin” (riwayat Ibnu Abi Syaibah)
Umar bin al-Khottob radhiyallahu ‘anhu juga berkata :
لَا يَبِعْ فِي سُوقِنَا إِلَّا مَنْ قَدْ تَفَقَّهَ فِي الدِّينِ
“Janganlah berjualan di pasar kami orang yang belum paham tentang ilmu agama” (riwayat at Tirmidzi)
Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu berkata:
الْعِلْمُ إمَامُ الْعَمَلِ وَالْعَمَلُ تَابِعُهُ
“Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikut ilmu” (Dari kitab al-Amru bil Ma’ruf wan nahyu anil munkar karya Ibnu Taimiyyah halaman 15).
Umar bin Abdil Aziz rahimahullah berkata:
مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِح
“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka ia lebih banyak merusak dibandingkan memperbaiki” (Dari kitab Majmu’ Fataawa Ibn Taimiyyah: 2/383).
Sumber referensi, "Berilmu sebelum beramal", karya Ustadz Fuad Hamzah Baraba Lc. Di muslim.or.id

No comments:

Post a Comment