Monday, January 16, 2017

Ya ustadz gimana mengatasi istri yang mudah emosi.



Seseorang bertanya kepada Ustadz Maududi Abdullah, " ya ustadz bagaimana mengatasi istri saya yang mudah marah, sehingga dia harus melampiaskannya, kalau gak dilampiaskan dia pusing, bagaimana mengatasinya?'. beliau menjawab, " Tau anda sabar itu apa?, sabar yaitu tidak terpicu sesuatu sehingga emosi, sabar adalah sesuatu yang ada dalam hati, sikap sabar adalah kemampuan menahan emosi, maka kalau anda sabar akan tidak mudah terpicu sesuatu, pada akhirnya menjadikannya tidak mudah emosi, dan sabar itu disiapkan sebelum suatu saat datang padanya. Sehingga seseorang yang terbiasa menyiapkan sikap sabar dirinya tidak mudah terpicu emosi. Jika istri anda demikian, mudah terpicu sesuatu sehingga emosi berarti dia belum menyiapkan sikap sabar sebelumnya, atau tidak memiliki kesabaran dalam hatinya.
Maka sejatinya sabar ini berhubungan pemahaman seseorang dengan adanya takdir, seperti dijelaskan oleh Syaikh As Sa'adi ketika membahas hadist larangan marah, misal ketika ada anak2 bermain didalam rumah kemudian tidak sengaja anak2 itu menyenggol Vas Bunga mahal yang dibeli di Hongkong, dan itu adalah hadiah si suami kepada istrinya, jika si suami dan istri tidak percaya dengan adanya takdir mereka akan marah luar biasa kemudian mungkin memukul anak2nya, karena mungkin sulit mencari Vas serupa dan nilai memorinya sulit tergantikan, berbeda jika suami istri itu percaya adanya takdir, menyakini bahwa memang sudah waktunya vas itu jatuh dan pecah dengan demikian mereka tampa menyalahkan anak-anaknya, dan cukup meminta anak2nya bermain diluar rumah kemudian membersihkan pecahan vas itu.

Hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِيْ. قَالَ (( لاَ تَغْضَبْ )) فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Berikanlah nasihat kepadaku.’ Beliau berkata: ‘Janganlah engkau marah.’ Orang itu mengulangi permintaannya beberapa kali, beliau tetap berkata: ‘Janganlah engkau marah.’”
HR. Al-Bukhari kitab al-Adab, bab al-Hadru minal Ghadab (no. 6116), dan siapa yang ingin menambah pengetahuan lebih dalam lagi tentang definisi marah dan batasan-batasannya, dan juga apa yang dimaksud dalam hadits-hadits ini, maka silahkan menelaah kitab Fat-hul Baari (X/635-638).


referensi: "Marah dan hakikatnya"Oleh
Khumais as-Sa‘id, dalam almanhaj.or.id.co

No comments:

Post a Comment