Friday, January 6, 2017

Sesatnya dimana?


Seseorang akhwat bertanya dalam sebuah sesi tanya jawab kepada Ustadz Elvisyam, "ya ustadz saya seorang ibu rumah tangga, karena kesibukan saya mengurus rumah dan anak sehingga saya sulit datang kekajian, saya mendapatkan ilmu syar'i dari radio dan tv, juga media sosial, namun cara saya mendapatkan ilmu seperti ini kata beberapa orang di lingkungan saya salah, dapat menjerumuskan saya kepada kesesatan karena tidak berhadapan langsung dengan para ustadz, apakah ini perkataan yang benar ya ustadz?".
Ustadz menjawab, " Na'am, paling terbaik dalam mengaji memang datang kekajian, berhadapan dengan nara sumbernya yakni para ustadz, namun jika cara ini sulit dilakukan karena kendala mengurus rumah dan semacamnya, dapat dilakukan dengan mendengar radio atau tv, atau media yang lain yang merupakan rahmat Allah berupa dengan adanya kemajuan teknologi, dan cara demikian tidaklah salah, dan sejauh ilmu yang didapat adalah ilmu syar'i insyaAllah itu benar, dapat menuntun seseorang kepada amalan yang benar sejauh ada dalil sahhih diatas amalan itu. Kalau cara seperti ini dianggap sesat, pertanyaannya sesatnya dimana?, tidak usah kita menggunakan dalil untuk membenarkan, cukup dengan logika saja kita akan mengetahui hal ini salah atau benar, jika seseorang mendapatkan ilmu dari radio dan tv atau media lain kemudian dia beramal dengan ilmunya itu apa salahnya?, jika seseorang kemudian berhijab makin lebar pertanyaannya sesatnya dimana?, jika seseorang puasa sunnahnya makin sering sesatnya dimana?, kemudian jika seseorang makin banyak amalan shalat tahajudnya sesatnya dimana?, jika kemudian seseorang makin baik akhlaknya sesatnya dimana? Dan seterusnya. Maka pernyataan2 seperti itu tidaklah sepenuhnya benar, dan tidak usah ditanggapi dengan serius, karena pernyataan demikian tentu tidak ada dasarnya sama sekali, waallahua'lam."

No comments:

Post a Comment