Friday, January 6, 2017

Allah Azza Wajalla hanya melihat hati dan amal perbuatanmu.


Di jalan Ababil Pekanbaru ada sebuah Masjid umum, disitu selalu hadir seorang pemuda umur 20an tahun, dia hadir sering setengah jam sebelum adzan, tanda masuk waktu Shalat. Dulu orang disekitar jalan itu mengira si pemuda adalah salah satu siswa dari sekolah luar biasa yang diperuntukkan bagi bagi anak2 dengan keadaan istimewa(defabel) sejak lahir, dan kemudian hari orang2 sekitar dikemudian hari baru tau bahwa dia adalah salah satu pengajar disekolah itu, hal tersebut tentu bikin kagum setiap orang yang mengetahuinya.
Kadang kalau jumpa dia sering bikin mata saya berkaca-kaca, seorang pemuda yang jalanpun tidak normal, ngomong juga kadang sulit dimengerti namun soal Shalat kita kalah jauh dengannya, kadang dia datang ke Masjid setengah jam sebelum datangnya kumandang adzan, sementara kita yang normal secara fisik sering pas2san datang ke Masjid, bahkan juga masbuk alias telat, atau banyak lagi yang lebih normal fisiknya namun malas datang ke Masjid untuk Shalat, atau juga mungkin tidak menegakkan Shalat sama sekali.
Semoga dia jadi ahli surga, Aamiin.
Jadi ingat perkataan Ustadz Abdullah Zein MA., "seseorang menjadi mulia di mata Allah bukan karena kegantengannya, bukan karena kecantikan fisiknya, atau tidak juga karena kekayaan atau jabatan yang dia sandang, namun seseorang yang mulia di mata Allah Azza Wajalla adalah karena hatinya, amal dan perbuatannya".
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini diriwayatkan oleh:
1. Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah Wal Adab, bab Tahrim Dzulmin Muslim Wa Khadzlihi Wa Ihtiqarihi Wa Damihi Wa ‘Irdhihi Wa Malihi, VIII/11, atau no. 2564 (33).
2. Ibnu Majah dalam kitab Az Zuhud, bab Al Qana’ah, no. 4143.
3. Ahmad dalam Musnad-nya II/ 539.
4. Baihaqi dalam kitab Al Asma’ Wa Shifat, II/ 233-234, bab Ma Ja’a Fin Nadhar.
5. Abu Nu’aim dalam kitab Hilyatul Auliya’, IV/103 no. 4906.
Referensi dr almanhaj.or.id

No comments:

Post a Comment