Wednesday, January 11, 2017

Kritik yang kehabisan bahan.


Tersenyum membaca post yang mengisahkan seorang kyai yang mempertanyakan kenapa salafi wahabi tidak memberantas bid'ah di tanah Arab Saudi dahulu, kemudian dia menyebutkan amalan2 bid'ah yang masih ada di Masjidil Haram seperti bacaan imam Shalat berjamaah yang disambung dan pengumuman untuk mengingatkan jamaah di Masjidil Haram untuk melakukan shalat tahajud di Bulan Ramadhan. Tentu kritik ini seperti kekurangan bahan, karena ucapan imam yang disambung oleh orang lain sudah ada sejak jaman Nabi, bahkan juga dalam khutbah atau menyampaikan risalah didepan ribuan orang kaum muslimin saat itu dilakukan dengan cara disambung, agar orang yang berada dibelakang juga mendengar apa yang disampaikan, lihat saat haji wadha' dimana Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam berdiri didepan puluhan ribu umat muslim, dan wasiat2 beliau dalam khutbahnya disambung sampai diposisi belakang. Demikian juga seperti kajian2 ilmu para imam madzhab juga dilakukan dengan cara disambung, maklum dalam kisah ulama madzhab sekali kajian mereka dihadiri ribuan orang, jika mengandalkan suara dari penyampai materi kajian niscaya yang duduk dibelakang tidak akan tau isi kajian.
Soal pengumuman peringatan shalat tahajud di Bulan Ramadhan juga bukan termasuk amalan bid'ah, karena tidak merubah sama sekali syariat dalam agama ini, itu seperti kita mengajak seseorang beribadah, sama halnya berkata kepada seseorang, "ayuk shalat tahajud", dimana letak bid'ah nya?.
Kelihatan sekali pak kyai itu kehabisan bahan, sesuatu yang bukan Bid'ah di bid'ah kan, dan sementara amalan2 yang jelas Bid'ah yang dia amalkan seperti tahlil kematian dan maulid nabi dianggap bukan Bid'ah, malah diyakini sebagai amalan Sunnah, SubhanaAllah.
Waallahua'lam.
Semoga pak kyai itu dan kita semua diberi hidayah oleh Allah, aamiin.

No comments:

Post a Comment