Monday, May 15, 2017

Siapakah yang lebih santun???


Di inbox saya ada teman menceritakan peristiwa pembubaran Kajian Ustadz Firanda Adirja di Tegal yang dilakukan sekelompok orang, sebenarnya miris dan prihatin, sekaligus marah, namun itulah pernak-pernik dakwah, dalam dakwah tentu ada suka dan dukanya. Pelaku pembubaran kajian itu datang dari orang-orang yang selalu mengaku diri mereka santun dalam berdakwah justru mereka pelaku utama dari ketidak santunan itu.
Namun sebagaimana disampaikan banyak ustadz dan Syaikh bahwa kita tidak boleh membalas perbuatan anarkisme yang disebabkan keawaman mereka, penyebab tindakan mereka disebabkan ketidak tahuannya ditambah taklid buta pada kyai atau habibnya, akhirnya apapun yang disampaikan habib atau kyainya dianggap paling benar dan paham yang menyelisihinya dianggap salah dan sesat. Maka justru disinilah bukti bahwa perlu banyak lagi kegiatan dakwah sesuai Sunnah agar yang awam jadi paham dan mengerti, jika sudah mengerti tentu akan minim terjadinya anarkisme. Mengutip perkataan Ustadz Khalid Basalamah, jika hal ini terjadi yang perlu kita lakukan adalah berdakwah dan doakan.
Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, " jika antum berdakwah sudah sesuai syariatnya, sudah menyampaikan dengan santun kemudian mendapat perlakuan buruk, maka biarkan saja jangan dibalas. Jika antum dicaci maki kemudian membalas dengan caci maki serupa, atau di perlakukan kasar dan antum balas dengan perlakuan serupa, lalu dimana bedanya antara antum dan mereka?".
Ustadz Abdullah Zein dalam salah satu kajian beliau juga mengatakan, " jika sampeyan di caci maki, dikatai buruk, maka diam dan dengarkan, dan ucapkan Alhamdulillah, sepanjang apapun caci maki itu. Karena jika caci maki dibalas caci maki maka tentu buruk akibatnya bagi dia dan sampeyan, karena level selanjutnya pasti berkelahi. Maka biarkan dia menyampaikan caci maki dan sampaikan terima kasih, itu adalah cara menang yang paling mudah dan aman, waallahua'lam."
Firman Allah
“Artinya : Dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”. [Al-Furqan : 72]
Lebih dari itu, Ahlul Iman akan menolak perbuatan yang tidak mendatangkan faedah, sebagaimana firman Allah berikut :
“Artinya : Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata : ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu…” [Al-Qashash : 55]
“Artinya : Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah mengahadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta”. [Al-Furqan : 73]
Sumber referensi: almanhaj.or.id

No comments:

Post a Comment