Friday, May 26, 2017

Kita ingatkan karena cinta.



Tadi pagi-pagi sudah dapat pesan dari teman jamaah Travelling, menurut cerita dia saya penebar fitnah atas paham mereka, subhanallah, saya sampaikan, Alhamdulillah semoga jadi pahala bagi saya.
Lalu saya jelaskan bahwa apa yang saya sampaikan tentang mereka sebenarnya bertujuan untuk mengingatkan mereka, sama halnya ketika saya melihat seorang teman menjalankan shalat subuh empat rakaat, tentu selesai dia melakukan shalat itu saya akan mengingatkan dia, bahwa Shalat Subuh yang dicontohkan oleh Rasulullah hanya dua rakaat, dan jika dia mengatakan yang benar adalah empat rakaat tentu saya akan bertanya dimana penjelasan tersebut di Ayat Alquran dan Hadist, karena dalam beramal ibadah yang benar tentu berada diatas dalil Sahhih, karena sayapun masih perlu banyak belajar, dan pelajaran terbaik adalah dengan bukti, jika dalam agama Islam tentu Alquran dan Hadist sebagai patokan utamanya. Kalau tindakan saya menanyakan hal ini disebut sebagai memfitnah tentu pertanyaan nya dimana letak perbuatan fitnah tersebut?.
Jadi ingat perkataan Ustadz Maududi Abdullah, " kerusakan dan penyimpangan umat dijaman ini sungguh luas dan sangat jauh, sehingga ketika kita menyampaikan kebenaran, justru kita yang menyampaikan nampak sangat buruk karena pengekor kesalahan jauh lebih besar jumlahnya dari pengekor kebenaran. Padahal kita sering mengingatkan hal ini kepada umat muslim agar mereka juga selamat, kita sampaikan karena mencintai mereka karena risalah agama ini sudah sangat jelas, mana jalan hidayah mana jalan kesesatan, semisal ketika kita ketahui disebuah jalan ada lubang besar, kemudian ada mobil melintas didepan kita, maka tentu kita akan berusaha mengingatkan​ sipengendara mobil agar menghentikan laju mobilnya, karena jika terus melaju niscaya dia akan celaka, waallahua'lam."
Berikut adalah risalah ringkas dari Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah mengenai amar ma’ruf nahi munkar. Berikut penjelasan beliau rahimahullah:
Allah Ta’ala berfirman,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
Sebagian ulama salaf mengatakan, “Mereka bisa menjadi umat terbaik jika mereka memenuhi syarat (yang disebutkan dalam ayat di atas). Siapa saja yang tidak memenuhi syarat di atas, maka dia bukanlah umat terbaik.”
Para salaf mengatakan, telah disepakati bahwa amar ma’ruf nahi munkar itu wajib bagi insan. Namun wajibnya adalah fardhu kifayah, hal ini sebagaimana jihad dan mempelajari ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur kewajibannya. Walaupun pahalanya akan diraih oleh orang yang mengerjakannya, begitu pula oleh orang yang asalnya mampu namun saat itu tidak bisa untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar yang diwajibkan. Jika ada orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar, wajib bagi yang lain untuk membantunya hingga maksudnya yang Allah dan Rasulnya perintahkan tercapai. Allah Ta’ala berfirman,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan melampaui batas.” (QS. Al Maidah: 2)
Setiap rasul yang Allah utus dan setiap kitab yang Allah turunkan, semuanya mengajarkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Yang dimaksud ma’ruf adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhoi oleh Allah.
Yang dimaksud munkar adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dibenci dan dimurkai oleh Allah.
Meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar adalah sebab datangnya hukuman dunia sebelum hukuman di akhirat. Janganlah menyangka bahwa hukuman meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya menimpa orang yang zholim dan pelaku maksiat, namun boleh jadi juga menimpa manusia secara keseluruhan.
Orang yang melakukan amar ma’ruf hendaklah orang yang faqih (paham) terhadap yang diperintahkan dan faqih (paham) terhadap yang dilarang. Begitu pula hendaklah dia halim (santun) terhadap yang diperintahkan, begitu pula terhadap yang dilarang. Hendaklah orang tersebut orang yang ‘alim terhadap apa yang ia perintahkan dan larang. Ketika dia melakukan amar ma’ruf nahi munkar, hendaklah ia bersikap lemah lembut terhadap apa yang ia perintahkan dan ia larang. Lalu ia harus halim dan bersabar setelah ia beramar ma’ruf nahi munkar. Sebagaimana Allah berfirman dalam kisah Luqman,
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)
Sumber referensi , ",Menjadi umat yang saling menasehati agar jadi umat terbaik", oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal MSc.di web muslim.or.id.co.

No comments:

Post a Comment