Friday, February 16, 2018

MAMPU MENJAGA PANDANGAN DIJAMAN INI ADALAH KAROMAH


Oleh Siswo kusyudhanto
Setiap hari mungkin tampa sadar atau tidak kita selalu disuguhi pemandangan maksiat, dan kadang menghindar juga sulit, namun kita sering tidak peduli apakah ini bikin dosa atau tidak, kata Ustadz Zainal Abidin, "mungkin kita sudah kebal terhadap maksiat, sehingga menganggap maksiat itu sebagai hal yang lumrah. Ketika menuju suatu tempat didepan ada sepasang remaja berboncengan dengan sepeda motor, si gadis duduk dibelakang dengan memakai celana jeans yang press body sehingga menampakkan lekukan pantatnya. Ketika kita mencari aplikasi tajwid di playstore yang muncul duluan justru aplikasi lain yang menonjolkan foto-foto wanita berpakaian namun sejatinya telanjang. Ketika melihat tv justru penuh acara dan iklan yang mengumbar aurat, dan seterusnya. lama-lama kita kebal terhadap maksiat ini, kita tidak merasa itu adalah perbuatan yang mendatangkan dosa."
Kata Ustadz Firanda Adirja, " jika dulu yang disebut karomah adalah kesaktian orang yang dianggap berilmu tinggi, dijaman ini istilah karomah lebih tepat diberikan kepada orang yang mampu menjaga pandangannya, karena kemaksiatan merajalela disekitar kita dan kebanyakan kemaksiatan itu jadi menu sehari-hari mata kita, karena itulah yang kita lihat setiap saat."
Jadi makin paham kenapa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam 1438 tahun yang lalu sudah mengingatkan hal ini, jauh sebelum ada tv, internet, android dst., karena maksiat mata dijaman ini jauh lebih berat, dari maksiat mata memicu orang berkhayal dan paling berbahaya jika kemudian orang yang terfitnah syahwat melakukan kejahatan, itu menjadi sebab dijaman ini sangat sedikit orang yang mampu menjaga pandangannya.
Jika seseorang mengumbar pandangan matanya, maka dia telah mengumbar syahwat hatinya. Sehingga mata pun bisa berbuat durhaka karena memandang, dan itulah zina mata. Rasulullah bersabda,
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
”Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina. Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri. Mata bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan (yang diharamkan). Zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan). Lidah (lisan) bisa berzina, dan zinanya adalah perkataan (yang diharamkan). Tangan bisa berzina, dan zinanya adalah memegang (yang diharamkan). Kaki bisa berzina, dan zinanya adalah ayunan langkah (ke tempat yang haram). Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657. Lafadz hadits di atas milik Muslim).
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْعَيْنُ تَزْنِي، وَالْقَلْبُ يَزْنِي، فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا الْقَلْبِ التَّمَنِّي، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ مَا هُنَالِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ
“Mata itu berzina, hati juga berzina. Zina mata adalah dengan melihat (yang diharamkan), zina hati adalah dengan membayangkan (pemicu syahwat yang terlarang). Sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu.” (HR. Ahmad no. 8356. Dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth.)
Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan zina mata pertama kali, karena inilah dasar dari zina tangan, kaki, hati, dan kemaluan. Kemaluan akan tampil sebagai pembukti dari semua zina itu jika akhirnya benar-benar berzina, atau mendustakannya jika tidak berzina. Oleh karena itu, marilah kita menundukkan pandangan kita. Karena jika mengumbarnya, berarti kita telah membuka berbagai pintu kerusakan yang besar.
Referensi dr artikel "Menundukkan Pandangan"By Muhammad Saifudin Hakim, di muslim.or.id

No comments:

Post a Comment