Saturday, February 24, 2018

KARENA ANTUM BERDAKWAH TIDAK DENGAN CINTA.


 


Oleh Siswo Kusyudhanto

Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah ditanya seorang ibu yang merasa sulit menasehati anak remajanya, padahal si ibu ingin si anak hijrah mengikutinya kepada pemahaman beragama yang benar, sesuai Sunnahnya, "bagaimana caranya mengajak anak saya ya ustadz?". 
Ustadz menjawab, "caranya ya ajak terus, jangan pernah berhenti untuk mengajaknya dan menasehatinya.
Kalau ditanya kepada saya bagaimana caranya, tentu sulit bagi saya menjelaskan karena setiap orang punya karakter yang berbeda dan juga cara berbeda dalam mendakwahinya.
Tidak ada jaminan sedikitpun jika seorang ustadz dalam menasehati dapat menggetarkan hati seseorang, lihat bagaimana manusia paling mulia diatas muka bumi ini, yakni Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, beliau tidak dapat mengajak seorang yang sangat dekat dengan beliau, orang yang sangat menyayangi beliau, juga selalu membela beliau dari gangguan kaum Quraish, yakni pamannya, Abu Thalib, beliau tidak dapat memberikan hidayah, karena hidayah mutlak milik Allah Ta’ala, hanya Allah Ta’ala yang mengetahui siapa saja yang berhak mendapatkan hidayah dariNya.
Jika seorang Rasul saja tidak dapat memberikan hidayah kepada seseorang apalagi hanya seorang ustadz?.
Hal ini juga menunjukkan bahwa dakwah hanya sebatas menyampaikan, bukan merubah seseorang, karena hanya Allah Ta’ala yang mampu merubah seseorang.

Namun demikian tentu dalam dakwah diperlukan adab dan akhlak yang mulia, agar dakwah mendapatkan kemudahan.
Masalahnya ada dikalangan jamaah kita, ketika mereka sudah ngaji akhlaknya justru makin buruk, jika sebelumnya jarang marah namun setelah ngaji justru jadi mudah marah-marah.
Misal jika sebelumnya seorang ibu jarang marah kepada anaknya, kemudian setelah si ibu ngaji Sunnah dia makin sering marah-marah kepada anaknya, tentu hal ini membukan peluang bagi setan menebarkan fitnahnya, setan akan berbisik kepada si anak, "lihat ibumu sejak sering ngaji makin sesat dia".
Maka rubah cara menasehati anak, jika dulu belum ngaji dalam perkara maksiat seorang ibu melakukannya dengan cinta, peluk dan kasih sayang kepada anak, kenapa untuk urusan kepada keimanan dan ketatan tidak menggunakan juga cara yang penuh cinta, peluk dan kasih sayang?. "

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia [HR. at-Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar, dan beliau menilai hadits ini hasan shahih]

No comments:

Post a Comment