Monday, October 23, 2017

Ketahuilah jalan kesesatan itu bercabang-cabang.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Salah satu ciri kesesatan adalah bercabang-cabang, dijelaskan oleh Ustadz Maududi Abdullah dalam salah satu kajian beliau, "awalnya kesesatan itu terlihat sederhana dan tidak berbahaya , namun tampa disadari pelakunya kesesatan itu menciptakan kesesatan baru berikutnya dan berikutnya. Semisal ada orang yang meyakini dzat Allah ada dimana-mana, dzat Allah ada dilangit, ada dibumi, bahkan ada dalam hati seseorang. Karena menyakini dzat Allah ada dalam tubuh manusia, kemudian dia mengatakan Allah adalah aku, dan aku adalah Allah, maka karena dia meyakini Allah ada dalam dirinya akhirnya dia tidak menunaikan syariat yang diwajibkan kepadanya, semisal shalat, dia enggan menunaikan Shalat karena menegakkan Shalat adalah sifat hamba, sementara Rabb/Tuhan tidak punya kewajiban untuk menegakkan syariat shalat. Paham seperti ini kadang kita temui dalam masyarakat, namun orang yang tidak shalat kemudian kita tegur justru dia berdalih, shalatnya di hati dan semacamnya, subhanaallah. Padahal Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam, manusia paling mulia di permukaan bumi, manusia yang paling mengetahui agama dari siapapun selalu menegakkan shalat, bahkan mungkin paling banyak menunaikan nya diantara kita. Maka jauhi kesesatan sejak awal, agar tidak terjerumus kepada kesesatan berikutnya, waallahua'lam. "
Mungkin sama soal shalat ini dengan tahlil kematian, awalnya tahlil kematian dianggap baik, karena mengumpulkan orang untuk membaca Alquran dan berdzikir, namun amalan inj selanjutnya menjerumuskan kepada kesesatan berikutnya, yang terjadi berikutnya tahlil kematian dianggap lebih penting ditunaikan dari shalat berjamaah, akibatnya tahlil kematian jauh lebih ramai jamaahnya dari shalat berjamaah yang lebih jelas ada tuntunannya dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam. Seperti kita ketahui salah satu sifat amalan bid'ah adalah menjadi saingan bagi syariat utamanya, waallahua'lam. "
Suatu saat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkisah,
خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هذه سبل و عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ {وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,’ kemudian beliau membaca,
{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya’” ([Al An’am: 153] Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya)
Sumber referensi, "Jalan kebenaran hanya satu", karya Ustadz Abu Ukkasyah di muslim. Or. Id

No comments:

Post a Comment