Friday, October 6, 2017

Bertemanlah dengan orang miskin maka engkau akan bahagia.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kalau duduk dengan teman yang secara ekonomi pas-pasan atau bahkan kurang efeknya bagus, jadi lebih banyak bersyukur dan mendoakan teman itu agar dimudahkan oleh Allah, sebaliknya jika duduk dengan teman yang mampu secara ekonomi atau kaya secara materi efeknya jadi tertekan secara psikologis, maklum yang diomongin jauh diatas kemampuan kita, jika membicarakan gaya hidup jelas kita tidak akan nyambung, apalagi jika membicarakan bisnis milyaran.
Dalam sebuah kajian Ustadz Firanda Adirja mengatakan, " para ulama Salaf menasehati tentang bagaimana dalam berteman agar kita bahagia, mereka mengatakan, bertemanlah dengan orang-orang miskin agar hidupmu bahagia, dan jangan berteman dengan orang-orang kaya karena itu membuatmu menderita. Kenapa berteman dengan orang miskin kita jadi bahagia? Dan berteman dengan orang kaya membuat diri kita menderita?, Karena dengan berteman dengan orang miskin membuat kita banyak melihat kebawah dalam hal ekonomi, tentu dengan banyak melihat kebawah hal ini membuat kita banyak bersyukur, sebaliknya jika berteman dengan orang kaya cenderung membuat kita melihat keatas, kita akan berusaha mengikuti gaya hidup orang kaya teman kita, padahal hal itu diluar kemampuan kita, tentu kita akan menderita karenanya."
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الْفَخْرُ وَالْخُيَلاَءُ فِي الْفَدَّادِينَ أَهْلِ الْوَبَرِ وَالسَّكِينَةُ فِي أَهْلِ الْغَنَمِ
Kesombongan dan keangkuhan terdapat pada orang-orang yang meninggikan suara di kalangan pengembala onta. Dan ketenangan terdapat pada pengembala kambing .(HR. al-Bukhâri no. 3499 dan Muslim no. 187).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa mengembalakan onta akan berpengaruh akan timbulnya kesombongan dan keangkuhan dan mengembalakan kambing berpengaruh akan timbulnya sifat ketenangan. Jika dengan hewan saja, makhluk yang tidak punya berakal dan kita tidak tahu apa maksud dari suara yang dikeluarkannya, manusia saja bisa terpengaruh .… maka bagaimana pendapat Anda dengan orang yang bisa bicara dengan Anda, paham perkataan Anda, bahkan terkadang membohongi dan mengajak Anda untuk memenuhi hawa nafsunya serta memperdayai Anda dengan syahwat?( Khuthuwât ila as-Sa’âdah hlm. 141)
Sumber referensi "Teman cerminan diri kita", karya Ustadz Abu Ahmad Said Yai di almanhaj.or.id

No comments:

Post a Comment