Sunday, October 29, 2017

KENAPA TIDAK BOLEH FANATIK PADA SATU MADZHAB?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Di Youtube ada video potongan kajian Ustadz Abu Yahya Badrusallam, soal najis atau tidaknya kotoran kucing, dan divideo itu juga pendapat seorang ustadz yang katanya ahli hadist yang lagi naik daun, dalam posting ini isinya full isinya kata-kata kasar dan ejekan kepada Ustadz Badru, prihatin, apalagi ada ucapan ustadz lain yang menyalahkan atas pendapat Ustadz Badru,"Riau ini mayoritas madhzabnya syafii, kenapa dibawaakan pendapat madzhab Hambali?", maka makin menjadi-jadi comment yang ada, subhanaallah.
Jadi ingat kajian Ustadz Firanda Adirja, beliau mengatakan, "dalam perbedaan masalah fiqih kita sebaiknya berlapang dada terhadap pendapat para ulama, karena jika terjadi perbedaan dan kita benci kepada suatu madzhab tertentu bisa jadi kita menggunakan madhzab itu pada suatu saat. Semisal seorang yang mengaku bermadzhab Syafiiyah tidak suka pada madzhab Hambali, kemudian suatu saat dia pergi berhaji dan melakukan thawaf, maka suka atau tidak suka saat itu dia harus hijrah ke madzhab Hambali , karena kalau dia menggunakan madzhab Syafi’i disaat thawaf mungkin dia akan pingsan kelelahan, karena ketika berwudhu kemudian thawaf bersama ribuan jamaah haji lainnya yang bercampur wanita dan lelaki akan batal wudhunya, karena dalam madzhab Syafi’i batal wudhu jika bersentuhan dengan wanita bukan mahramnya. Dalam keadaan demikian hanya madzhab Hanbali yang memungkinkan digunakan dalam beramal thawaf, yakni bersentuhan dengan selain mahram tidak membatalkan wudhu selama tidak ada kesengajaan, waallahua'lam. "
Ustadz Aris Munandar menuliskan sebuah artikel soal perpecahan dikalangan umat Muslim, diantaranya penyebab perpecahan adalah terlalu fanatik pada madzhab, dan ini pada akhirnya umat Muslim menjadi lemah meskipun jumlahnya sangat besar.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat adzab yang berat.” [Ali ‘Imrân/3:105]
وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴿٣١﴾ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
… Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allâh, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. [Ar-Rûm/30:31-32]
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan taatilah Allâh dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allâh beserta orang-orang sabar.” [Al-Anfâl/8:46]
Sumber referensi, "Persatuan ummat Islam", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or. Id

No comments:

Post a Comment