Thursday, January 17, 2019

SEBERAPA SEMANGAT KITA UNTUK SHALAT BERJAMAAH ?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dapat cerita dari teman di Jerman, ada seorang yang sudah mengenal kajian Manhaj Salaf, sejak belajar Tauhid yang benar dan mengetahui pentingnya beramal ibadah bagi dirinya, dia sangat bersemangat untuk melakukan shalat secara berjamaah, padahal Masjid dimana dia lakukan shalat itu sangat jauh dari tempat tinggalnya, beberapa kilo meter dari tempat dia tinggal, bukan seperti di Indonesia dimana tiap RW hampir selalu ada masjid atau musholla sehingga jarak tempuhnya hanya beberapa meter dari rumah.
Saking semangatnya bahkan dia tetap melakukan shalat berjamaah ketika masuk musim dingin dimana badai salju sering datang ke wilayah itu, sehingga suhu sampai minus 30 derajat Celcius, itu super dingin, dan salju sampai tinggi selutut sehingga untuk berjalan saja sangat susah dan cukup menguras tenaga.
Bayangin dia berwudhu dengan air es saja bikin kita ngilu, namun terus dia lakukan shalat berjamaah di masjid meskipun sangat bersusah payah, jauh dari tempat tinggalnya dan harus menembus salju yang tebal, MasyaAllah.
Jika semangat dia dalam melakukan shalat fardhu berjamaah dibandingkan dengan semangat kita dalam melakukan hal yang sama malah bikin prihatin, banyak diantara kita secara jarak sangat dekat dengan masjid dan mudah dalam menjangkaunya, juga tidak perlu bersusah payah namun sangat sulit untuk hadir di masjid dan musholla guna melakukan shalat fardhu berjamaah.
Benar kata Ustadz Badrusallam, membangun umat dimulai dengan membenahi Aqidah Tauhid, karena dengan Aqidah Tauhid yang benar itu menjadi motor penggerak seseorang melakukan amal ibadah, semua amal ibadah menjadi ringan ketika Aqidah seseorang sudah lurus, waalahua'lam.
Allah berfirman:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, hendaknya ia mengerjakan amalan yang sholeh dan janganlah ia mempersekutukan seseorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya”.[Al Kahfi/18 : 110]
Ibnu Katsir berkata: ‘(Yaitu orang yang ) mengharapkan pahala, dan ganjaran dariNya, فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا hendaknya ia mengerjakan amalan yang sholeh yaitu amalan yang bertepatan dengan petunjuk syariat, وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا dan janganlah ia mempersekutukan seseorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya yaitu amalan yang ditujukan untuk mendapatkan wajah Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dua hal ini adalah dua syarat diterimanya amalan. Mesti murni karena Allah, lagi cocok dengan aturan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam”.[Tafsir Ibnu Katsir : 5/205]
Sumber Referensi, "Meningkatkan Amal Ibadah seorang Muslim", Oleh
Syaikh DR. Ibrahim bin ‘Amir Ar Ruhaili
Di web almanhaj.or

No comments:

Post a Comment