Friday, January 4, 2019

CINTA ITU DARI HATI, BUKAN DARI MATA


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Ali Ahmad bin Umar menyebutkan, " Banyak orang mengatakan bahwa cinta itu berasal dari mata(pandangan), jika demikian tentu orang buta tidak berhak mencintai dan dicintai?, tentu ini tidak benar, yang benar adalah cinta berasal dari hati. Seperti kita mencintai Nabi Muhammad Shallahu alaihi wa sallam, padahal kita tidak pernah bertemu sekalipun, namun kita berhak mencintai beliau meskipun tidak pernah melihat dengan mata kita.
Dan sifat cinta yakni ketika disebutkan nama yang dicintai harusnya hati kita bergetar, seperti halnya ketika seseorang mengaku mencintai Alla Azza Wa Jalla, maka ketika disebutkan Asma Allah Azza harusnya bergetar hatinya, itu disebabkan rasa cinta didalam hatinya."
Semoga kita termasuk orang yang bergetar hatinya ketika disebutkan nama-nama Allah Azza Wa Jalla, aamiin, karena jika hati kita tidak bergetar ketika mendengar nama Allah Azza Wa Jalla disebutkan jangan-jangan kita masuk golongan orang yang munafik, Walahua'lam.
Allah ta’ala berfirman ,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanan mereka. Dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” (QS. Al-Anfal: 2)
az-Zajaj mengatakan, “Maksudnya, apabila disebutkan tentang kebesaran dan kekuasaan-Nya dan ancaman hukuman yang akan ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka kepada-Nya maka hati mereka pun merasa takut.” (lihat Zaadul Masir, hal. 540)
‘Umair bin Habib radhiyallahu’anhu berkata, “Iman mengalami penambahan dan pengurangan.” Ada yang bertanya, “Dengan apa penambahannya?” Beliau menjawab, “Apabila kita mengingat Allah ‘azza wa jalla dan memuji-Nya maka itulah penambahannya. Apabila kita lupa dan lalai maka itulah pengurangannya.” (lihat Tafsir al-Baghawi, hal. 511)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Orang-orang munafik itu tidak pernah sedikit pun meresap dzikir kepada Allah ke dalam hatinya pada saat mereka melakukan amal-amal yang diwajibkan-Nya. Mereka sama sekali tidak mengimani ayat-ayat Allah. Mereka juga tidak bertawakal [kepada Allah]. Mereka tidak mengerjakan sholat apabila dalam keadaan tidak bersama orang. Mereka pun tidak menunaikan zakat dari harta-harta mereka. Oleh sebab itulah Allah mengabarkan bahwasanya mereka itu memang bukan termasuk golongan orang-orang yang beriman.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [4/11])
Sumber Referensi "Ciri Seorang Mukmin", karya Ustadz Ari Wahyudi di web muslim.or

No comments:

Post a Comment