Monday, December 11, 2017

SEMUA KELOMPOK MENGAKU BERPEGANG KEPADA ALQURAN DAN HADIST.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Zainal Abidin Syamsudin mengatakan, "corak tafsir itu sangat banyak, mungkin ada ratusan atau bahkan ribuan jenis tafsir atas Alquran dan hadist. Hal ini yang menyebabkan umat Muslim berpecah belah menjadi banyak kelompok, mengikuti tafsir yang mereka yakini. Ketika ditanya kenapa kalian berbuat seperti ini dan seperti itu mereka beralasan hal tersebut didasarkan kepada Al-Quran dan Hadist.
Bahkan seperti kelompok yang jelas menyimpang seperti Jaringan Islam Liberal(JIL) dan Jaringan Islam Nusantara(JIN) yang merupakan hasil kawin mut'ah antara Syi'ah, JIL dan kejawen juga berdasarkan Al-Qur'an dan Hadist.
Dari ribuan kelompok umat Muslim yang kita kenal semua mengaku benar dan berdasarkan Al-Qur'an dan Hadist, lalu mana yang paling benar dari semua kelompok itu?.
Jawabannya yang paling benar yakni adalah paham yang paling mendekati dengan pemahaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam dan para sahabatnya terhadap ayat Al-Quran dan As Sunnah, yakni paham para shalafus shaleh.
Namun jika mengikuti paham kaum salaf ada resiko yang akan kita hadapi, karena paham Shalafus shaleh tentu jelas dihadapan kita mana Tauhid dan mana Syirik, mana Sunnah dan mana Bid'ah, mana Halal dan mana haram dan seterusnya, maka orang yang berpegang pada pemahaman Salaf pasti dituduh paham garis keras, radikal, teroris, wahabi dan semacamnya.
Sementara paham agama yang serba remang-remang, penuh syubhat didalamnya, tidak jelas mana Tauhid dan mana syirik, tidak jelas mana Sunnah dan mana Bid'ah, mana Halal dan mana haram, mana jual beli dan mana riba dan seterusnya justru dianggap sebagai Islam yang Rahmatan lil alamin.
Waallahua'lam. "
Suatu saat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkisah,
خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هذه سبل و عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ {وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,’ kemudian beliau membaca,
{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya’” ([Al An’am: 153] Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya)
Para imam tafsir menjelaskan bahwa pada ayat ini, Allah Tabaraka wa Ta’ala menggunakan bentuk jamak ketika menyebutkan jalan-jalan yang dilarang manusia mengikutinya, yaitu {السُّبُلَ}, dalam rangka menerangkan cabang-cabang dan banyaknya jalan-jalan kesesatan. Sedangkan pada kata tentang jalan kebenaran, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan bentuk tunggal dalam ayat tersebut, yaitu {سَبِيلِهِ}. karena memang jalan kebenaran itu hanya satu, dan tidak berbilang. (Sittu Duror, hal.52).
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Dan ini disebabkan, karena jalan yang mengantarkan (seseorang) kepada Allah hanyalah satu. Yaitu sesuatu yang dengannya, Allah mengutus para Rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Tiada seorangpun yang dapat sampai kepada-Nya, kecuali melalui jalan ini” (Sittu Duror, hal.53).
Sumber referensi, "Jalan kebenaran hanya satu!", karya Ustadz Abu Ukasyah di almanhaj.or.id

No comments:

Post a Comment