Tuesday, December 5, 2017

PUNYA PEMIMPIN DZALIM AKIBAT RAKYATNYA SUKA BERBUAT DZALIM.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dulu ketika saya masih bekerja di sebuah perusahaan, punya teman, dia suka memposting di akun sosmednya sering mengkritik pemerintah yang korup dan sering berlaku dzalim, namun setau saya dia sendiri suka berbuat dzalim, seperti merubah angka dikuitansi tagihan untuk kantor demi meraup keuntungan diri sendiri dan juga sering berbisnis pribadi disaat jam kerja yang jelas menunjukkan tidak amanah pada akad dengan perusahaan soal jam kerja.
Padahal ada korelasi antara penguasa dzalim dengan rakyat yang dzalim, sungguh benar Allah dengan segala firman-Nya.
Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah menyebutkan, "kita sering mengarahkan tuduhan buruk kepada penguasa, mengatakan penguasa berbuat dzalim dan tidak amanah, kemudian mengklaim diri kita bersih dari keburukan itu, padahal Allah Azza Wajalla sudah jelaskan bahwa penguasa dzalim diperuntukkan bagi rakyat yang suka berbuat dzalim.
Jadi kalau kita tidak ingin mendapat penguasa yang zalim maka perbaiki diri kita dahulu, maka pemimpin yang adil dan amanah akan berikan kepada kita.
Pemimpin yang baik, tidak akan pernah hadir menjadi pemimpin kita jika kita sebagai rakyatnya masih suka berbuat dzalim, seperti masih suka merubah timbangan bagi para pedagang, masih suka merubah kuitansi, masih suka ingkar terhadap amanah, masih suka berbohong dan menipu dan seterusnya. Waallahua'lam. "
Allah Ta’ala berfirman,
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi penguasa bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (Al An’aam: 129).
Munculnya pemimpin yang dzalim bisa jadi akibat perbuatan rakyatnya.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ وَمَا لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا ظَهَرَ فِيهِمُ الأَمْرَاضُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلَافِهِمِ وَمَا مَنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَ مَا لَمْ يُطَفِّفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِجَوْرِ السُّلْطَانِ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَالسِّنِينَ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ
“Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara, jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan kepada Allah agar kamu tidak mendapatkannya. Tidaklah muncul perbuatan keji (Zina,merampok, minum khamr, judi, dan lainnya) pada suatu masyarakat, sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka. Orang-orang tidak menahan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan. Tidaklah orang-orang mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan kezhaliman penguasa, kehidupan yang susah, dan paceklik. Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak menghukumi dengan kitab Allah. Dan memilih-milih sebagian apa yang Allah turunkan, kecuali Allah menjadikan permusuhan yang keras di antara mereka. "HR Ibnu Majah no. 4019 Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam ash-Shohihah no. 106,.
Sumber referensi" Rakyat terus bermaksiat akan diberi pemimpin dzalim", karya Ustadz Dr. RAEHANUL BAHRAEN di muslimafiyah. Co

No comments:

Post a Comment