Tuesday, April 16, 2019

MEMANUSIAKAN USTADZ




Oleh Siswo Kusyudhanto
Dulu saya pernah ditegur oleh seorang ustadz karena saya posting foto dimana didalamnya motor ustadz tersebut nampak dikelilingi mobil mewah milik para jama'ah kajian, saya ingin menampilkan kezuhudan si ustadz, bayangkan saja beliau naik motor untuk mengisi kajian sementara para jama'ah kajian datang kebanyakan dengan mobil. 
Saya ingin memberikan contoh baik kepada khalayak tentang pentingnya sikap tawadhu'(rendah hati) dan juga sikap Zuhud(mengutamakan urusan akhirat dari dunia).
Namun Ustadz tersebut menilai ada potensi bahaya dibalik posting saya tersebut, kata beliau beragama yang benar adalah didasarkan kepada Allah Ta'ala, bukan karena taklid buta kepada seorang ustadz atau pemuka agama.
Karena beragama didasarkan kepada Allah Ta'ala akan lebih menjaga keistiqomahan seseorang dalam beramal ibadah, sebaliknya jika ada seseorang beragama hanya didasarkan kepada seorang ustadz atau pemuka agama maka ini sangat rapuh, dia akan tidak akan beramal ibadah dengan baik seperti sebelumnya ketika dia melihat keburukan dari Ustadz atau pemuka agama yang dianutnya. Nasehat yang baik.
Namun faktanya justru yang terjadi dikalangan umat Islam kebanyakan mereka beramal ibadah didasarkan kepada figur yang dianutnya, dan mereka terjebak taklid buta ketika tidak melihat sedikitpun kesalahan figur yang dianutnya, padahal dia bukan nabi atau rasul yang jelas ma'shum, bersih dari dosa dan kesalahan. Figur yang dianutnya adalah manusia biasa yang bisa saja melakukan kesalahan dan dosa.
Maka penting bagi kita "memanusiakan" seseorang ustadz, kyai, habib dan seterusnya, karena jika menganggap lebih dari porsinya dapat membuat kita mudah untuk menyimpang dari jalan Allah Ta'ala dan RasulNya.
Semoga dijauhkan dari sikap taklid buta, aamiin, karena hal tersebut berbahaya dapat menjerumuskan kita dalam kesalahan dan dosa berjamaah.
Waalahua'lam.
Allah ta’alla mencela taklid dan kaum musyrikin jahiliyah yang mengekor perbuatan nenek moyang mereka tanpa didasari ilmu. Allah ta’alla berfirman,
بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ
“Mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” (QS. Az Zukhruf: 22).
Allah ta’alla juga berfirman,
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah: 31).
Ayat ini turun terkait dengan orang-orang Yahudi yang mempertuhankan para ulama dan rahib mereka dalam hal ketaatan dan ketundukan. Hal ini dikarenakan mereka mematuhi ajaran-ajaran ulama dan rahib tersebut dengan membabi buta, walaupun para ulama dan rahib tersebut memerintahkan kemaksiatan dengan mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram [lihat hadits riwayat. At-Tirmidzi no. 3096 dari sahabat ‘Ady bin Hatim].
Sumber Referensi " Jangan Taklid Buta!", karya Ustadz Muahmmad Nur Ichwan Muslim di muslim.or

No comments:

Post a Comment