Saturday, April 28, 2018

KETIKA KITA MENGIKUTI PENDAPAT SESEORANG YANG SALAH.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dulu sekali ketika saya baru masuk sebuah bank nasional, saya mengikuti pendidikan tentang perbankkan selama 3 bulan, dalam masa pendidikan itu kami diajar oleh beberapa bankkir senior, dan dalam beberapa kesempatan kami diberi kesempatan untuk bertanya kepada nara sumber. Dalam sebuah kesempatan tanya jawab saya bertanya kepada pemateri, seorang bankkir dengam banyak gelar akademis, saya bertanya soal kegiatan perbankkan kami,"apakah pekerjaan ini termasuk riba? ", kontan saja teman-teman yang jumlahnya puluhan orang disekeliling melihat kearah saya, karena itu pertanyaan nyleneh menurut mereka. Lalu si nara sumber menjelaskan bahwa kegiatan bank seperti kami adalah berdagang bukan riba, jika orang berdagang barang maka perbankkan berdagang uang, yakni dari Bank Indonesia bunganya 11%, dan kami jual kepada masyarakat sebesar 24%, maka ini bukan riba. Karena mungkin masih jahil jawaban itu saya iyakan saja, dan saya pahami demikian selama kerja dibank. Alhamdulillah seiring waktu saya keluar dari bank itu kemudian mengetahui bahwa apa yang kami kerjakan jelas perbuatan riba yang dilarang oleh Allah dan RasulNya. Ketika saya keluar bank banyak teman-teman masih bertahan bekerja di bank itu padahal mereka Muslim juga, dan mungkin yang mereka pahami soal riba seperti yang disampaikan para nara sumber pendidikan yakni kegiatan mereka adalah berdagang, bukan riba, subhanaallah.
Jadi makin tau bahayanya mengambil pendapat yang salah soal agama, dapat saja seseorang memahami sesuatu secara salah dari seseorang selama bertahun-tahun, mungkin selama hidupnya merasa melakukan hal yang benar, padahal adalah sebuah kesalahan, dan ujungnya mungkin adalah azab didunia dan akhirat, dan ketika azab akhirat menimpa maka tinggallah hanya penyesalan yang amat sangat.
Maka berhati-hatilah dalam mengambil ilmu, jika salah ambil mungkin saja itu membuat anda akan mendapatkan azab neraka, dan ketika itu terjadi orang-orang yang menjerumuskannya akan berlepas diri atas hal tersebut.
Mau ustadz, kyai, habib, syaikh sekalipun jika perkataan mereka bertentangan dengan perkataan Allah dan RasulNya maka segera tinggalkan, karena ketaatan hanya ketika sesuai dengan syariat Allah dan RasulNya, Waalahua'lam.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ ﴿١٦٦﴾ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا ۗ كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ ۖ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ
Ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.
Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allâh memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. [al-Baqarah/2:166-167].

No comments:

Post a Comment