Thursday, January 11, 2018

JANGAN NAMBAH DOSA DENGAN MENUDUH IMAM AHMAD BERBUAT BID'AH.



Oleh Siswo Kusyudhanto

Ada teman mungkin saking kagum kepada seorang ustadz sampai semua pendapatnya diambil semua dan dianggap sebuah kebenaran mutlak, bahkan diantaranya yakni ketika si ustadz mengatakan dalam kajiannya atau bahkan bukunya menyebutkan bahwa Imam Ahmad berbuat bid'ah dengan shalat sunnah 300 rakaat sehari. Lalu saya ingatkan teman itu, " silahkan antum kagumi si ustadz tersebut, namun ambil yang benar dan tinggalkan hal yang salah, seperti mengatakan Imam Ahmad telah berbuat bid'ah dengan shalat 300 rakaat sehari adalah bagian yang salah, karena Imam Ahmad adalah seorang ulama besar, karyanya dipelajari orang sampai hari ini, beliau menulis kitab fenomenal seperti al-Musnad al-Kabir yang berisi sekitar 25 ribu hadist, mustahil beliau tidak tau mana amalan sesuai sunnahnya dan mana amalan bid'ah. Juga setelah beliau wafat( 12 Rabiul Awal 241 H ) banyak ulama besar Ahlu Sunnah hidup setelahnya seperti Imam Nawawi, Ibnu qoyyim Al jauziyah, Ibnu Katsir dan masih banyak lagi, namun tidak seorangpun diantara mereka mengatakan Imam Ahmad berbuat bid'ah dengan amalan shalatnya itu. Kemudian dijaman ini ada ustadz yang baru lulus beberapa tahun yang lalu, tidak pernah menulis kitab apapun kemudian mengatakan Imam Ahmad berbuat bid'ah, kayaknya keliru yaa. Lagian yang diamalkan Imam Ahmad adalah shalat sunnah mutlak, misal antum shalat sunnah mutlak melebihi beliau andai 400 rakaat sehari ya bukan bid'ah. Selain itu menuduh seseorang dengan tuduhan keji seperti berbuat bid'ah sangat berbahaya bagi si penuduh, karena tuduhan itu mungkin akan kembali kepada penuduh, sebaiknya jangan ikut-ikutan menuduh Imam Ahmad berbuat bid'ah, dosa kita udah banyak, gak usah ditambah lagi, bahaya."
Ketika hal ini saya tanyakan kepada Ustadz Maududi Abdullah tentang orang yang mengatakan Imam Ahmad berbuat bid;ah dengan amalan shalat 300 rakaat sehari beliau mengatakan, " Mereka tidak tau bagaimana Imam Ahmad berusaha berpegang teguh kepada pemahaman Sunnah yang hak."

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ مِنْ أَشْرِاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُلْتَمَسَ الْعِلْمُ عِنْدَ الْأَصَاغِرِ

“Sesungguhnya di antara tanda hari Kiamat adalah, ilmu diambil dari orang-orang kecil (yaitu ahli bid’ah)” .
(Riwayat Ibnul Mubarak, al Lalikai, dan al Khaththib al Baghdadi. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani di dalam Shahih al Jami’ ash Shaghir, no. 2203, dan Syaikh Salim al Hilali dalam kitab Hilyatul ‘Alim, hlm. 81.)

Imam Ibnul Mubarak rahimahullah ditanya : “Siapakah orang-orang kecil itu?”

Beliau menjawab : “Orang-orang yang berbicara dengan fikiran mereka. Adapun shaghir (anak kecil) yang meriwayatkan dari kabir (orang tua, Ahlus Sunnah), maka dia bukan shaghir (ahli bid’ah).(Lihat Jami’ Bayanil ‘ilmi, hlm. 246.)
Di dalam riwayat lain, Imam Ibnul Mubarak juga mengatakan: “Orang-orang kecil dari kalangan ahli bid’ah”. (Riwayat al Lalikai, 1/85).
Syaikh Bakar Abu Zaid –seorang ulama Saudi, anggota Komisi Fatwa Saudi Arabia- berkata : “Waspadalah terhadap Abu Jahal (bapak kebodohan), yaitu ahli bid’ah, yang tertimpa penyimpangan aqidah, diselimuti oleh awan khurafat; dia menjadikan hawa nafsu sebagai hakim (penentu keputusan) dengan menyebutnya dengan kata “akal”; dia menyimpang dari nash (wahyu), padahal bukankah akal itu hanya ada dalam nash? Dia memegangi yang dha’if (lemah) dan menjauhi yang shahih. Mereka juga dinamakan ahlusy syubuhat (orang-orang yang memiliki dan menebar kerancauan pemikiran) dan ahlul ahwa’ (orang-orang yang mengikuti kemauan hawa nafsu). Oleh karena itulah Ibnul Mubarak menamakan ahli bid’ah dengan ash shaghir (anak-anak kecil).

Referensi "JANGAN MENGAMBIL ILMU AGAMA DARI AHLI BID’AH". Oleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al Atsar di muslim.or.id

No comments:

Post a Comment