Thursday, March 2, 2017

Mencintai ustadz boleh, berlebihan adalah jalan sesat.




Waktu beberapa teman mendengar bahwa Tabligh Akbar Ustadz Syafiq Reza Basalamah akan diadakan di Masjid Ibnu Katsir dan Masjid Imam Syafii di Pekanbaru beberapa waktu yang lalu, mereka bertanya-tanya, "gak salah nih?", karena kedua masjid itu kecil, mungkin kapasitas 1000 orang saja, padahal kalau Ustadz Syafiq Reza Basalamah bikin kajian di Pekanbaru pasti dihadiri ribuan orang, bahkan pernah diadakan di Masjid An Nur yang merupakan masjid terbesar di Provinsi Riau dengan kapasitas lebih 5000 orang itupun gak sanggup menampung jamaah yang hadir. Ditengah pembicaraan kami akhirnya disela seorang ustadz, beliau berkata, " jangan berlebihan membesarkan beliau, semua ustadz sama saja gak berbeda. Justru dengan membesarkan Ustadz Syafiq Reza Basalamah secara berlebihan jadi beban bagi beliau, itu merupakan ujian baginya, dan tidak mudah bagi seseorang menerima pujian dan sanjungan secara terus menerus. Dan paling bahaya dari hal ini dapat menjerumuskan kita pada sikap ghuluw yang tercela", subhanaallah, nasehat yang sangat kami perlukan karena jadi mengingatkan kami agar menjauhi ghuluw yang dicela oleh para ulama bahkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam sendiri. Karena ghuluw(berlebihan dalam agama) dapat menjerumuskan seorang ulama menjadi ujub dan bagi jamaah yang mengikutinya dapat terjerumus dalam kesalahan berjamaah jika ulama yang diikuti berpendapat menyalahi syariat Allah dan RasulNya.
Seperti yang terjadi pada kaum nasrani sebegitu ghuluwnya mereka kepada Isa Al Masih sampai memjadikannya Tuhan, sehingga pemahaman nasrani itu berlangsung sampai hari ini, subhanaallah.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari `Abdullah bin Abbâs Radhiyallahu anhu, dia berkata: “Pada pagi hari di Jumratul Aqabah ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di atas kendaraan, beliau berkata kepadaku: “Ambillah beberapa buah batu untukku!” Maka aku pun mengambil tujuh buah batu untuk beliau yang akan digunakan melontar jumrah. Kemudian beliau berkata:

أَمْثَالَ هَؤُلاَءِ فَارْمُوْا ثُمَّ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ

“Lemparlah dengan batu seperti ini!” kemudian beliau melanjutkan:
“Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluw (melampaui batas) dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam agama.”[Tafsîrul-Qur’ân al-Azhîm, Ibnu Katsîr.]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”. [al-Mâ`idah/5:77]

Sumber referensi: //almanhaj.or.id-fenomena-ghuluw-melampaui-batas, oleh Ustadz Abu Ihsan Atsari.

No comments:

Post a Comment