Saturday, October 27, 2018

JANGAN MELIHAT KEBAHAGIAAN DARI MATERI



Oleh Siswo Khusyudhanto
Pada suatu sore disebuah kedai Bakso dan Mie Ayam yang ramai oleh pengunjung, ada diantara mereka yang memesan bakso dan menunggu didepan kedai, yakni ada seorang bapak yang datang membawa sepeda motor Astrea 800 warna merah duduk diatas motornya menunggu pesanan, dan ada satu lagi seorang bapak datang dengan mengendarai Mobil BMW seri terbaru dan duduk dibelakang kemudi sambil menelpon seseorang dengan HP Android terbarunya menunggu pesanannya.
Bagi orang yang awam dan hanya melihat sepintas pemandangan dua orang pemesan bakso ini kebanyakan mungkin akan mengira bahwa orang yang datang ketempat itu dengan mengendarai Mobil BMW adalah orang yang lebih berbahagia dari orang yang datang dengan mengendarai Motor Honda Astrea 800 warna merah itu.
Namun ketika kita dalami bisa jadi orang yang datang ketempat itu dengan Honda 800nya adalah orang yang lebih bahagia, karena dia baru saja menerima gaji bulan ini yang hanya sebesar UMR, dan saking bahagianya dia sebelum pulang kerumah mampir dulu ke kedai bakso itu untuk membelikan bakso bagi istri dan anak-anaknya.
Sementara orang yang datang membawa Mobil BMW ketempat itu ternyata bukanlah orang yang berbahagia seperti kita kira, yang terjadi sebenarnya didalam mobilnya dia sedang sibuk menelepon rekan-rekan kerjanya untuk dapat membantu dirinya, dia sedang sangat gelisah karena besok sudah jatuh tempo tunggakan angsuran kredit ribanya yang sebesar 1 milyar, dia harus membayarnya esok hari atau semua jaminan kreditnya ke bank berupa rumah mewah dan mobil BMW yang dia kendarai ditarik oleh pihak bank.
Maka jangan sekali-kali menilai kebahagiaan dari apa yang terlihat, bisa jadi tidak demikian adanya, waalahua'lam.
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan tidaklah diukur dengan banyaknya harta, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari dan Muslim; dari Abu Hurairah)
Dikutip dari Ustadz Maududi Abdullah.
Referensi, "Orang Paling Kaya", karya Ustadz Abdullah Zein MA. Di web Muslim.or.id

No comments:

Post a Comment