Monday, May 21, 2018

JANGAN BERBUAT ZALIM KEPADA USTADZMU

.
Oleh Siswo Kusyudhanto
Heran lihat kelakuan sebagian orang yang jika ustadznya dikritik tiba-tiba tensinya naik, marah-marah bahkan berkata kasar kepada si pengkritik, intinya mereka tidak mau ustadz pujaannya di kritik, padahal kadang kritik yang disampaikan ditujukan untuk menasehati dan menjauhkan orang yang mendengar fatwanya yang sebagian keliru dijauhkan dari kekeliruan juga. Namun para pengikut si ustadz menilai itu adalah hinaan bagi si ustadz,itu, dan mereka tidak menerima hal itu, karena mereka menganggap si ustadz bebas dari semua kesalahan. Ini sebenarnya adalah salah satu bentuk kezaliman para pengikut kepada si ustadz, kenapa demikian?, karena secara syariat manusia diluar level nabi dan rasul pasti pernah melakukan kesalahan karena manusia selain nabi dan rasul tidak mendapat bimbingan langsung dari Allah Ta'ala. Hanya nabi dan rasul saja yang terbebas dari kesalahan sekecilpun, karena tingkah laku mereka selalu diawasi oleh Allah Ta'ala, dan jika nabi dan rasul akan melakukan sebuah kesalahan maka teguran itu langsung datang dari langit, bukan datang dari teman nya, bukan dari tetangganya, bahkan bukan dari istri dan anaknya sekalipun. Kalau terjadi seorang ustadz salah dalam berpendapat urusan agama siapa yang menegur dan menasehatinya kalau tidak teman-temannya, kalau tidak tetangganya, kalau tidak keluarganya dan orang-orang yang mengetahui perkara itu?.
Maka meninggikan derajat seorang ustadz, hanya manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan selevel nabi dan rasul jelas adalah perbuatan zalim, akibatnya dapat membuat sebuah kekeliruan dan kesalahan dilakukan secara berjamaah, dan ujungnya dapat mengantar masuk neraka berjamaah, waallahua'alam.
Allah ta’alla berfirman,
بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ
“Mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” (QS. Az Zukhruf: 22).
Allah ta’alla juga berfirman,
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah: 31).
Ayat ini turun terkait dengan orang-orang Yahudi yang mempertuhankan para ulama dan rahib mereka dalam hal ketaatan dan ketundukan. Hal ini dikarenakan mereka mematuhi ajaran-ajaran ulama dan rahib tersebut dengan membabi buta, walaupun para ulama dan rahib tersebut memerintahkan kemaksiatan dengan mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram [lihat hadits riwayat. At-Tirmidzi no. 3096 dari sahabat ‘Ady bin Hatim].
Sumber Referensi " Jangan Hanya Taklid Buta", karya Muhammad Nur Ichwan Muslim di web muslim.or.id

No comments:

Post a Comment