Wednesday, May 9, 2018

HATI-HATI MUSIM POLITIKUS MENYAMAR JADI ULAMA.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Mungkin karena tahunnya politik yaa, sampai tiba-tiba semua serba politik, dan sering kali disekitar kita beredar slogan dan semboyan bermuatan politis, bahkan demi mendapat dukungan sering dikemas seolah agamis atau Islami. 
Diantaranya mungkin yang sering kita dengar adalah ada seseorang mengklaim dirinya ulama sekaligus juga politikus, tentu ini sebenarnya tidak benar, karena jika dia ulama mustahil dia juga berpolitik, mustahil dia ikut berlomba dengan yang bukan ulama meraih kekuasaan.
Hal ini diperburuk dengan banyaknya orang awam dengan definisi ulama, penjelasan siapa yang dimaksud dengan ulama dijelaskan sendiri oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, siapa yang dimaksud dengan ulama?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. al-Imam at-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimah-nya, serta dinyatakan sahih oleh al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan, “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 182, dan Shahih at-Targhib, 1/33/68)
dengan terang dan jelas bahwa yang di maksud dengan ULAMA oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah mereka yang menjaga keaslian warisan para nabi dan rasul, orang yang disebutkan sebagai ulama mereka sibuk mempelajari ilmu warisan itu dan menyampaikan kepada masyarakat luas, dan tentu orang yang sibuk dengan politik tidak masuk definisi ini, dan ini dibuktikan dengan kisah para ulama besar seperti para imam mahzab semisal Imam Syafi'i tidak sekalipun disebutkan sibuk dengan urusan kekuasaan, justru selama hidup beliau sibuk belajar, menuntut ilmu dan mengajarkannya.
Maka cerdaslah, bedakan mana ulama beneran, dan mana politikus menyamar menjadi seorang ulama, waalahua'lam.

No comments:

Post a Comment