Tuesday, December 4, 2018

SAYA TIDAK IKUT MELAWAN PEMERINTAH DAN SAYA DIPANGGIL"CEBONG"


Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada seseorang bertanya ikut demo kemarin itu, saya jawab enggak, saya mengikuti sunnahnya saja dalam menasehati penguasa, yakni dilakukan dengan cara tersembunyi dan setelah itu doakan, cukup.
Tapi jawaban saya, rupanya bikin dia marah lalu memanggil saya, "Dasar Cebong!", subhanaAllah, mudahnya lidah seseorang mengatakan saudara Muslimnya binatang. Jadi makin yakin orang-orang yang demo lebih banyak mengikuti hawa nafsunya, bukan dalil sahhih dari Al-Quran dan Hadist Sahhih dalam beramal ibadah, termasuk bersikap kepada penguasa.
Jadi ingat dulu dimasa era orde baru, saya termasuk tukang demo, dan tidak jarang berurursan dengan polisi karena hal tersebut, namun sejak mengenal Dakwah Sunnah baru mengetahui cara demikian adalah cara yang keliru, dan memang saya rasakan demikian, cara yang jauh dari syariat Allah dan RasulNya tidak akan mendatangkan mashlahat bagi Umat Muslim, bahkan Umat manusia secara keseluruhan.
Kembali kepada perkataan cebong, sesungguhnya dalam Islam diajarkan bagaimana berakhlak mulia yang pertama akhlak dan adab kepada Allah dan RasulNya berupa Tauhid dan Sunnah, juga berakhlak dan adab yang baik kepada manusia, dan perkataan merendahkan dengan istilah" cebong" atau "kampret" jelas bukan dari ajaran Islam , tapi jelas ajaran setan, karena jelas menunjukkan akhlak dan adab yang buruk.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَلاَتَنَابَزُوا بِاْلأَلْقَابِ
“Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar yang buruk.” (Al-Hujarat: 11)
Yakni julukan-julukan yang jelek yang menyakiti seseorang. Sedangkan ungkapan yang biasa terucap di lisan dalam rangka bercanda, maka sekalipun ia tidak dapat dikenakan hukum namun tidak semestinya orang-orang yang memiliki muru’ah untuk saling memanggil dengan julukan-julukan yang buruk sekalipun dalam rangka bercanda karena barangkali canda bisa menyebabkan perselisihan dan pertengkaran di masa yang akan datang dan bisa jadi pula ada orang lain yang mendengarkannya lantas menggunakan julukan tersebut dan mengungkapkannya kepada orang yang dijuluki itu secara sungguh-sungguh bukan untuk bercanda.
Oleh karena itu, kami melihat sebaiknya bagi orang-orang yang memiliki muru’ah untuk menghindari panggilan dengan julukan-julukan tersebut sekalipun dalam rangka bercanda.
[Dari Fatwa Syaikh Ibn Utsaimin yang beliau tanda tangani]
Sumber Referensi asofwa,co

No comments:

Post a Comment