Friday, September 16, 2016

Tauhid adalah dasar agama ini.


Ada teman bilang, "dari dulu kok ngaji masih tauhid melulu?, orang lain udah jauh membahas politik dan kemajuan Islam", saya diem aja, mungkin dia kelewat jahil atau ilmu belum sampai padanya, mungkin dia belum tau bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam selama satu tahun pertama di masa kerasulan beliau hanya menerima wahyu soal tauhid saja, juga menyampaikan kepada kaumnya, dan selama satu tahun itu beliau belum menegakkan shalat, karena perintah shalat baru turun di tahun kedua kerasulan beliau, ini menunjukkan Ilmu tauhid adalah paling utama di bandingkan syariat lain dalam agama ini. Jadi ingat perkataan Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah, beliau mengatakan, " tauhid seseorang ibarat seperti bejana, dalam bejana itulah dia dapat menerima perintah dan larangan Allah dan RasulNya berupa ayat dan hadist. Jika bejana itu belum tersusun dengan sempurna mustahil dia akan dapat menerima risalah agama ini".
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َاْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ.
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.” - Shahîh: HR.al-Bukhâri dalam al-Adâbul Mufrad (no. 598), Muslim (no. 35), Abû Dâwud (no. 4676), an-Nasâ-i (VIII/110) dan Ibnu Mâjah (no. 57), dari Shahabat Abû Hurairah. Lihat Shahîhul Jâmi’ ash-Shaghîr (no. 2800).
Kesimpulannya perbaiki pemahaman tauhid kita dahulu sebelum melangkah kepada Ilmu lain dalam agama ini. Waallahua'lam.

No comments:

Post a Comment