Sunday, September 4, 2016

Mengukur ini benar dan salah kembalikan kepada Rasulullah.


Ada banyak kelompok dalam Islam melakukan perjuangan menegakkan agama ini dengan berbagai cara, mulai melalui jalur politik hingga melakukan tindakan terorisme, lalu dari sekian banyak cara yang mereka lakukan manakah yang benar?, untuk mengukur ini salah atau benar maka kembalikan perkara itu kepada cara yang telah disunnahkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Ada sebagian kelompok yang bercita-cita menegakkan khilafah Islamiyah atau daulah Islamiyah lewat jalur politik, melakukan penggalangan massa dan jalur politik, dengam cara mengkritik pemerintah dan menghinakan pemimpin, apakah cara ini benar?.
Ustadz Maududi Abdullah ketika ditanya hal ini beliau menjawab, "kembalikan semua perkara itu kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam untuk mengetahui ini perkara yang benar atau salah, dalam sejarahnya beliau berada di bawah pemerintahan jahiliyah selama 13 tahun, dan beliau tidak melakukan perebutan kekuasaan atau mengusai pemerintahan jahiliyah, namun beliau justru mendakwahkan aqidah tauhid ditengah masyarakat, artinya cara mereka tidak sesuai sunnahnya, tentu cara mereka adalah salah. Cita-cita menegakkan khilafah, pemerintah yang menegakkan hukum Islam adalah baik, kamipun ingin hal tersebut terwujud, namun cara yang kami inginkan tentu berusaha mengikuti cara yang benar, yakni sesuai sunnahnya. Apa yang terjadi di Mesir dan Aljazair adalah bukti nyata cara berjuang lewat kekuatan politik bukan jalan yang diridhoi oleh Allah, bukan cara yang benar, mereka menguasai parlemen dan pemerintahan di dua negara tersebut, dan hanya tegak beberapa saat saja, dan setelah itu roboh".
Ustadz Abdullah Zein MA juga mengatakan serupa, " menegakkan khilafah, menegakkan hukum Islam ditengah masyarakat yang masih menyukai perbuatan kemaksiatan, bid'ah dan kesyirikan adalah sesuatu yang mustahil, karena cita-cita itu niscaya roboh sebelum ditegakkannya khilafah Islamiyah, karena yang akan melawan hukum Islam yang akan diterapkan adalah masyarakat itu sendiri. Bagaimana mungkin menerapkan hukuman bagi pezina jika masyarakatnya suka perbuatan zina?, bagaimana mungkin menerapkan hukuman bagi pelaku kesyirikan jika masyarakatnya suka melakukan amalan kesyirikan? Dst.".
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
خَطَّ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ: هَذَا سَبِيْلُ اللهِ مُسْتَقِيْمًا وَخَطَّ خُطُوْطًا عَنْ يَمِيْنِهِ وَشِمَالِهِ، ثُمَّ قَالَ: هَذِهِ سُبُلٌ (مُتَفَرِّقَةٌ) لَيْسَ مِنْهَا سَبِيْلٌ إِلاَّ عَلَيْهِ شَيْطَانٌ يَدْعُوْ إِلَيْهِ، ثُمَّ قَرَأَ قَوْلَهُ تَعَالَى
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis dengan tangannya kemudian bersabda: ‘Ini jalan Allah yang lurus.’ Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda: ‘Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai (sesat) tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaitan yang menyeru kepadanya.’ Selanjutnya beliau membaca firman Allah Jalla wa ’Ala: ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.’” [Al-An’aam: 153]
Hadits shahih riwayat Ahmad (I/435, 465), ad-Darimy (I/67-68), al-Hakim (II/318), Syarhus Sunnah oleh Imam al-Baghawy (no. 97), dihasankan oleh Syaikh al-Albany dalam as-Sunnah libni Abi Ashim (no. 17), Tafsir an-Nasaa’i (no. 194). Adapun tambahan (mutafarriqatun) diriwayatkan oleh Imam Ahmad (I/435).
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebe-naran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahan-nam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisaa’: 115]
Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.” [an-Nûr/24: 55]
Istikhlâf (menjadikan penguasa) merupakan janji Allah bagi orang-orang beriman pada setiap generasi sampai datang takdir Allah. Dia berfirman:

“Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa”. [an-Nûr/24:55].
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengetahui segala yang akan terjadi, tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya, tidak ada yang dapat membatalkan hukum-Nya, dan tidak ada yang dapat mengganti kalimat-kalimat-Nya.

No comments:

Post a Comment