Friday, July 21, 2017

Menyalahkan takdir?

Manusia sering menyalahkan takdir Allah, padahal yang salah adalah dirinya.

Ada seorang teman bercerita tentang keadaan Islam yang terpuruk dijaman ini dan mengidamkan kejayaan Islam di jaman masa lalu, dan sepertinya ada nada putus asa kemudian menyalahkan takdir Allah akan hal ini, jadi ingat tabligh Akbar beberapa hari yang lalu oleh Syaikh DR. Sa'ad Al Anazi beberapa hari yang lalu, beliau mengatakan, " manusia sering menyalahkan takdir Allah atas apa yang terjadi kepada dirinya, padahal apa yang dia alami akibat dari pilihannya sendiri, tentu ini kurang benar, karena risalah telah disampaikan oleh Allah dan RasulNya berupa Alqur'an dan As Sunnah, itu adalah petunjuk bagi manusia dalam menimbang pilihan mana jalan yang mashlahat dan mana jalan yang mudharat, dan Allah jamin selama berpegang kepada keduanya manusia dalam keadaan selamat baik di dunia maupun akhirat. Maka tidak adil menyalahkan takdir Allah atas apa yang di alami oleh seorang manusia."
Dalam kajian lain Ustadz Maududi Abdullah menyebutkan, " wajib seorang mukmin beriman kepada takdir, namun takdir yang dimaksud adalah apa yang sudah terjadi, dan yang apapun sedang terjadi adalah atas pilihan manusia itu sendiri."

APAKAH MANUSIA DIBERI KEBEBASAN MEMILIH

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin ditanya : “Apakah manusia dibebaskan memilih atau dijalankan?”.

Jawaban.
Penanya seharusnya bertanya pada diri sendiri ; Apakah dia merasa dipaksa oleh seseorang untuk menanyakan pertanyaan ini, apakah dia memilih jenis mobil yang dia inginkan ? dan berbagai pertanyaan semisalnya. Maka akan tampak jelas baginya jawaban tentang apakah dia dijalankan atau dibebaskan memilih.

Kemudian hendaknya dia bertanya kepada diri sendiri ; Apakah dia tertimpa musibah atas dasar pilihannya sendiri ? Apakah dia tertimpa penyakit atas dasar pilihannya ? Apakah dia mati atas dasar pilihannya sendiri ? dan berbagai pertanyaan semisalnya. Maka akan jelas baginya jawaban tentang apakah dia dijalankan atau dibebaskan memilih.

Jawabnya.
Sesungguhnya segala perbuatan yang dilakukan oleh orang yang memiliki akal sehat jelas dia lakukan atas dasar pilihannya. Simaklah firman Allah.

“Artinya : Maka barangsiapa menghendaki, maka dia mengambil jalan menuju Rabb-Nya” [An-Naba : 39]

Dan firman Allah.

“Artinya : Sebagian dari kamu ada orang yang menghendaki dunia dan sebagian dari kamu ada orang yang menghendaki akhirat” [Ali-Imran : 152]

Dan firman Allah.

“Artinya : Barangsiapa menghendaki akhirat dan menempuh jalan kepadanya dan dia beriman, maka semua perbuatannya disyukuri (diterima)”. [Al-Isra’ : 19]

Dan firman-Nya.

“Artinya : Maka dia diwajibkan membayar fidyah, berupa puasa atau sedekah atau hajji” [Al-Baqarah : 196]

Di mana dalam ayat fidyah di atas, pembayar fidyah diberi kebebasan memilih apa yang akan dibayarkan.

Akan tetapi, apabila seseorang menghendaki sesuatu dan telah melaksanakannya, maka kita tahu bahwa Allah telah menghendaki hal itu, sebagaimana firman-Nya.

“Artinya : Sungguh barangsiapa dari kamu menghendaki beristiqomah, maka kamu tidak akan berkehendak kecuali Allah Rabb sekalian alam menghendakinya” [At-Takwir : 29]

Maka sebagai kesempurnaan rububiyah-Nya, tidak ada sesuatupun terjadi di langit dan di bumi melainkan karena kehendak Allah Ta’ala.

Adapun segala sesuatu yang menimpa seseorang atau datang darinya dengan tanpa pilihannya, seperti sakit, mati dan berbagai bencana, maka semua itu murni karena Qadar Allah dan manusia tidak punya kebebasan memilih dan berkehendak.

Semoga Allah memberi Taufiq.

[Disalin kitab Al-Qadha’ wal Qadar edisi Indonesia Tanya Jawab Tentang Qadha dan Qadar, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin’, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Abu Idris]

Sumber referensi almanhaj.or.id

No comments:

Post a Comment