Sunday, July 23, 2017

Kenapa Allah biarkan umatnya sesat?

Kenapa Allah membiarkan seorang hambaNya melakukan maksiat, bid'ah dan kesyirikan?

Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Haidar As Sundawy menjelaskan tentang kenapa seseorang dibiarkan oleh Allah melakukan maksiat, bid'ah dan kesyirikan, " apakah kehendak Allah jika terjadi ada seseorang melakukan perbuatan maksiat, bid'ah dan syirik?, ini dikehendaki oleh Allah karena terbukti benar-benar terjadi, namun hal demikian tidak dicintai oleh Allah meskipun kehendakNya. Sesungguhnya perbuatan maksiat, bid'ah dan syirik adalah ujian serta penghalang bagi seseorang untuk mendapatkan hidayah, agar ketika mendapatkan hidayah hal ini menjadi sangat berarti bagi seseorang, kenikmatan hidayah itu sangat indah jika didapatkan seseorang setelah melalui proses yang panjang dan usaha yang keras untuk mendapatkannya.
Ilustrasinya mungkin sama dengan seseorang pemain sepak bola ketika dia membawa bola kemudian dia berlari menuju gawang lawan untuk mencetak gol tentu pihak pemain musuh mencoba menghalangi si pemain pembawa bola, dia ditakling, dihambat,  namun setelah mengocek bola dan berlari menembus pertahanan lawan dia berhasil melewati hadangan lawannya, dilewatinya ada 11 pemain lawan, kemudian dia dapat menceploskan bola ke gawang lawan maka ketika itu si pemain sangat gembira karena telah berhasil dalam mencetak gol, dia sangat senang karena telah berhasil dalam usaha yang bersusah payah, maka dia meluapkan kegembiraannya itu dengan selebrasi berbagai macam, ada yang joget dipinggir lapangan, ada yang loncat-loncat, ada yang jumpalitan sampai tiga kali dan sebagainya. Bayangkan saja jika ada seorang pemain membawa bola kemudian pihak lawan tidak berusaha menghadangnya namun malah mempersilahkan lewat dan dipersilahkan memasukkan bola ke gawangnya pasti si pemain merasa dihina, dan kecewa karena apa yang dilakukan oleh pihak lawan mainnya adalah pelecehan, hal ini karena tidak ada usaha keras dalam mencetak gol dan penonton pertandingan bola itu juga akan kecewa.
Hal serupa sama dengan seseorang yang sebelumnya melakukan maksiat, bid'ah dan kesyirikan kemudian dia mendapatkan hidayah dari Allah, pasti ada rasa gembira dan rasa bahagia baginya, dia pasti sangat bersyukur kepada Allah karena dalam meraihnya dia sudah melalui berbagai cobaan dan halangan, sebaliknya jika seseorang mendapatkan hidayah begitu saja tanpa adanya usaha keras melalui halangan dan cobaan tentu sedikit kegembiraan dan kebahagiaan dalam dirinya, waallahua'lam."

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan [al-Anbiyâ’/21 : 35]

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu [Muhammad/47:31]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, niscaya Allah akan mengganti kalian dengan mendatangkan suatu kaum yang kemudian kaum tersebut berbuat dosa, kemudian mereka meminta ampun kepada Allah, dan Allah akan mengampuni mereka” (HR. Muslim).

Referensi Dr almanhaj.or.id dan konsultasi syariah.co

By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries

No comments:

Post a Comment